Gaya Kasar Ahok Bikin Kinerja Bagusnya Kurang Dipandang

Calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA.co.id – Kendurian politik di Jakarta pada Pilkada DKI 2017 mendatang disebut sebagai “pertarungan besar.” Terlebih jika melihat calon-calon yang bakal bersaing dalam pilgub tersebut.

Permintaan Maaf Ahok Diapresiasi

Pengamat politik dan Dosen FISIP Universitas Indonesia, Vishnu Juwono, memprediksi Pilkada DKI mendatang bakal berlangsung dua putaran, mengingat begitu ketatnya persaingan. Meskipun sejauh ini pasangan bakal calon petahana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Djarot Saiful Hidayat di satu sisi dianggap memiliki kinerja bagus.

"Dalam survei masyarakat setuju dengan kinerja yang bagus dan mendapat lebih dari 60 persen. Tapi, di sisi lain elektabilitas mereka tidak bisa menembus 50 persen. Jadi masih ada gap antara kinerja dan elektabilitasnya. Saya menduga ini karena gaya komunikasi Ahok," kata Vishnu, dalam diskusi publik “Seteru Panas Pilkada DKI, Siapa Kuat?” di kawasan SCBD Jakarta, Kamis 29 September 2016.

MKD Segera Panggil Ruhut Sitompul

Menurut Vishnu, gaya komunikasi Ahok yang konfrontatif mungkin cocok ketika menghadapi elite pejabat yang diduga korupsi. Namun, di sisi lain, jika gaya komunikasi ini dipakai dalam menghadapi masyarakat miskin, terutama yang pengangguran, ini akan menjadi kontraproduktif. Inilah yang kemudian menyebabkan elektabilitas Ahok belakangan ini cenderung stagnan.

"Tidak heran Ahok cukup keras melobi PDIP dan memilih meninggalkan Teman Ahok untuk maju. Karena Ahok membutuhkan mesin politik kuat. Dia tahu elektabilitasnya terbatas," imbuh Vishnu.

101 Pilkada Pada Februari 2017 Memiliki Potensi Konflik

Vishnu menilai, dengan dicalonkannya kambali Ahok menjadi Gubernur DKI, Ahok perlahan sudah mengubah gaya komunikasinya. Apalagi, menurut laporan sebuah media, Ahok diminta untuk menjalankan 10 prinsip PDIP, salah satunya adalah mengubah cara berkomunikasi.

"Akhirnya ada tekanan dari partai untuk memperbaiki komunikasi. PDIP takut pengalaman pada saat pencalonan Fauzi Bowo terulang. Pada pemilihan di Tahun 2012, Fauzi berkomunikasi kasar pada masyarakat kampung kampung dan terjadi backfire (bumerang). Ternyata, Jokowi-Ahok yang pada saat itu tidak diperhitungkan, melecut menjadi pemenang," kata Vishnu.

(ren)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya