Bagaimana Suara Sejumlah Partai Usai Pilkada 2017

Ilustrasi bendera partai-partai politik beberapa waktu lalu.
Sumber :
  • Antara/ Fanny Octavianus

VIVA.co.id - Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio menilai hasil Pilkada DKI Jakarta 2017, bisa berdampak pada suara sejumlah partai di Pemilu 2019. Salah satunya adalah Partai Demokrat yang dinilai kansnya tidak terlalu bagus, karena bersikap aman dalam putaran kedua Pilkada DKI.

Ketum Granat: Partai Jangan Usung Mantan Pecandu Narkoba di Pilkada

"Ruginya adalah masyarakat tidak melihat konstelasi perjuangan Demokrat, setelah (putaran kedua) itu. Nah, ini cukup merugikan," kata Hendri saat dihubungi VIVA.co.id, Rabu 26 April 2017.

Partai-partai yang diuntungkan setelah Pilkada, menurut Hendri, adalah para pemenang, yakni Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Elektabilitas kedua partai itu dinilai menjanjikan di 2019.

Siap-siap Gaduh Gara-gara Reshuffle Kabinet

"Untuk Gerindra dan PKS, yang pasti elektabilitas mereka terangkat. Bahkan, PAN (Partai Amanat Nasional) yang kemudian di ujung-ujung join pun bisa ikut terangkat," ujar Hendri.

Mengenai Partai Golkar yang jagoannya kalah, Hendri mengakui, partai ini memiliki 14-15 persen suara dari para loyalis senior jika berkaca dari dua Pileg sebelumnya. Namun, dia menilai, suara Partai Golkar akan tetap segitu, atau menurun, jika partai Pohon Beringin ini tidak berhasil mengonsolidasikan para kader mudanya.

Ketua Jokowi Mania Masuk Partai Golkar?

"Selama loyalis-loyalis di Golkar masih ada, (suara) dia ya segitu. Tapi saya duga, mungkin akan turun 2-3 persen," kata dia.

Apalagi, Partai Golkar juga tengah mendapat cobaan, dengan dikaitkannya nama Ketua Umum Setya Novanto dengan kasus korupsi proyek e-KTP. Sehingga, Hendri menyarankan, agar Partai Golkar tidak membuat citranya hanya sebagai partai Novanto saja.

"Golkar sebaiknya menciptakan presidium, agar Golkar tidak semata-mata bahwa Golkar adalah Setya Novanto. Kan, banyak sekali tokoh Golkar menurut saya yang mumpuni. Jadi, citra Golkar tidak tergantung ketua umum," papar Hendri. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya