Kehancuran Brasil & "Hadiah Hiburan" Belanda

Pemain Belanda, Daley Blind, usai bobol gawang Brasil
Sumber :
  • REUTERS/Ruben Sprich
VIVAbola
Rekor Buruk Mourinho di MU
- Piala Dunia 2014 hanya menyisikan ironi bagi kubu tuan rumah, Brasil. Angan-angan mengangkat trofi berlapis emas untuk kali keenam di negeri sendiri musnah tak bersisa.

MU Juara Community Shield, Mourinho Ingatkan Andil Van Gaal

Jangankan merebut lambang supremasi tertinggi di pentas sepakbola dunia, menobatkan diri sebagai tim terbaik ketiga dalam pagelaran empat tahunan saja mereka tak punya daya. Hanya rasa malu dan tangis pilu yang mampu dipersembahkan pasukan Selecao kepada khalayaknya.
Ledakan Terjadi di Lintasan Balap Sepeda Olimpiade 2016


Mungkin sejak awal tak ada yang menyangka nasib Brasil bisa berakhir tragis seperti ini di Piala Dunia. Apalagi, di awal-awal turnamen, Tim Samba tampil menjanjikan. Tim-tim kuat seperti Kroasia, Chile dan Kolombia berhasil dilumpuhkan.

Tapi, petaka itu justru hadir saat mereka hanya beberapa langkah lagi dari tangga juara. Adalah Jerman yang memberikan mimpi buruk bagi Brasil di semifinal. Luar biasa kejam, David Luiz cs digilas Panser di depan publiknya sendiri dengan skor 1-7.

Itu melengkapi duka mereka yang sebelumnya sudah kehilangan sang pujaan hati, nyawa Tim Samba, Neymar. Pemuda 22 tahun itu harus menyudahi petualangan di Piala Dunia lebih awal. Dia mengalami cedera serius, retak tulang vertebrata, ketika menghadapi Kolombia.


Bahkan, hanya 2 inci lagi ke atas, hantaman lutut Juan Zuniga ke punggung Neymar akan mengirim bintang Barcelona tersebut ke kursi roda sepanjang hayatnya. Namun, rupanya ada sesuatu yang benar-benar telah lumpuh karena aksi brutal itu, jiwa petarung Brasil di lapangan hijau.


Belum kering air mata suporter menyaksikan tim kesayangannya dipermainkan di tanah sendiri oleh Jerman, Brasil kembali mengoyak luka dalam hati publiknya dengan gagal mempersembahkan kemenangan di partai pelipur lara, perebutan tempat ketiga.


Rasanya kebobolan tujuh gol dari Jerman belum terasa sempurna untuk menjadikan Piala Dunia 2014 ini sebagai memori paling kelam dalam sejarah sepakbola juara dunia lima kali ini. Brasil seperti memberikan kehormatan kepada Belanda untuk ikut andil mencoreng wajah dengan menggapai "rekor" 10 kali kebobolan dalam dua pertandingan.


"Saya pikir kami tidak layak berakhir dengan hasil seperti ini. Kami harus minta maaf kepada fans. Mereka mencemooh kami di penghujung laga, dan itu wajar. Ini sangat sulit," kata kapten Thiago Silva.


Hal senada diungkapkan gelandang Ramires. "Ini akan membekas selama sisa hidup kami. Kami harus mencoba dan mengangkat kepala kami, mencari kekuatan dalam keluarga kami. Kami meminta maaf kepada rakyat Brasil."


Ada apa dengan Brasil? Pelatih Luiz Felipe Scolari yang kini terus dicerca dan didesak untuk segera meletakkan jabatannya juga tak mampu memberikan jawaban. Yang terlontar dari mulutnya hanya sebuah permintaan maaf serta janji untuk tidak mengulangi hasil buruk serupa di masa depan.


"Apa yang saya rasakan? Saya sedih, tapi saya harus katakan siapapun yang memimpin tim ini harus senantiasa optimis. Setidaknya, Brasil punya generasi bagus untuk menghadapi turnamen yang sama 4 tahun ke depan. Tapi, bagaimanapun saya harus meminta maaf kepada publik," ungkapnya.


Kabar buruk lain bagi Brasil adalah, tetangga sekaligus musuh besar mereka di ranah Latin, Argentina tampil dalam laga final di stadion keramat Maracana. Sebuah hal yang sangat diharamkan oleh mereka.


"Jangan pernah berpikir Argentina bisa juara di Brasil. Bahkan, sampai neraka membeku, hal itu tak akan pernah jadi kenyataan. Mereka punya tim yang hebat, namun Brasil tidak akan membiarkannya. Jika ingin juara di Brasil, maka mereka harus mengalahkan Brasil," seru playmaker Brasil, Oscar, jauh hari sebelum Piala Dunia digelar.


"Hadiah Hiburan" Belanda


Berbeda dengan Brasil yang mengalami kehancuran di Piala Dunia ini, Belanda justru mendulang pujian. Tak begitu diunggulkan pada awal turnamen, mereka tampil mengejutkan. Kesan luar biasa langsung diberikan tim asuhan Louis van Gaal di laga pembuka. Juara bertahan Spanyol yang juga menjadi favorit diluluhlantakkan 5-1.


Lima gol sukses disarangkan Die Oranje ke gawang La Furia Roja. Hegemoni itu kemudian berlanjut. Dua lawan lain di fase grup mampu dilibas. Australia ditumbangkan 3-2 dan Chile dikalahkan 2-0.


Pada putaran 16 besar, Belanda baru mulai tersengal. Mereka nyaris dipulangkan Meksiko. Sempat tertinggal 0-1 hingga menit 87, namun dua menit jelang bubaran mereka sukses membalikkan keunggulan menjadi 2-1 melalui lesakan Wesley Sneijder serta eksekusi penalti Klas-Jan Huntelaar yang didahului aksi berbau tipu muslihat Arjen Robben dalam kotak terlarang.


Di perempatfinal, Belanda ditantang kuda hitam Kosta Rika. Mereka kembali kerepotan. Bahkan, Robin van Persie cs baru bisa memastikan satu tiket semifinal usai melewati sebuah drama adu penalti.


Pada fase 4 besar, ambisi juara Belanda menguap. Mereka kalah dari Argentina, kembali lewat babak tos-tosan dari titik putih.


Yang tersisa tinggal laga kurang bergengsi, perebutan tempat ketiga. Berkaca dari pengalaman, sejumlah tim tak terlalu bernafsu tampil di partai tersebut. Namun, sikap profesional ditunjukkan Belanda. Mereka tetap serius menghadapi laga di Estadio Nacional Mane Garrincha di ibukota Brasilia itu.


Namun, sejatinya bukan titel tim terbaik ketiga yang ingin mereka kejar. Belanda ingin menutup penampilan pada Piala Dunia ini dengan rekor tak terkalahkan di waktu normal, alias di luar adu penalti.


"Kami akan pulang dengan membawa sejarah baru. Belanda selalu kalah di Piala Dunia, walaupun tampil di final pada 1974, 1978 dan 2010. Tapi, kami tidak ingin mengalaminya kali ini," ujar Van Gaal sebelum laga.


Tiga gol dilesakan Belanda ke gawang Brasil pada Sabtu 12 Juli 2014. Maka tuntaslah misi alternatif De Oranje di Negeri Samba. Sebuah hadiah hiburan yang layak diterima oleh tim yang telah tiga kali menjajak laga pamungkas Piala Dunia itu. (one)


Baca juga:


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya