Kisah Berdarah di Balik Laga Liverpool Vs Roma

Final Piala Eropa 1984 antara Liverpool versus AS Roma
Sumber :
  • talkSport

VIVA – Bagaikan nostalgia, duel Liverpool versus AS Roma dalam semifinal Liga Champions, jadi yang paling ditunggu fans karena sarat akan makna sejarah. Aroma balas dendam Roma terhadap Liverpool atas kekalahan di final Piala Eropa 1984 lalu, begitu kental di pertandingan ini.

5 Klub Sepakbola yang Sering Tampil di Final Liga Champions, Real Madrid Teratas?

Namun, di balik kemegahan pertandingan ini, ada sebuah kisah tragis yang tercipta. Kemenangan Liverpool atas Roma pada 30 Mei 1984 lalu, nyatanya memakan korban di kalangan pemain.

Sudah pasti, saat itu, Roma yang bermain di kandangnya dan diperkuat oleh barisan generasi emas, menargetkan kemenangan. Mereka sangat berhasrat merebut trofi pertama kompetisi kasta tertinggi antarklub Eropa itu di depan pendukungnya sendiri.

5 Fakta Menarik AS Roma Usai Singkirkan AC Milan di Liga Europa

Malang tak dapat ditolak. Setelah bermain imbang 1-1 selama 120 menit, Roma akhirnya kalah dari Liverpool lewat babak adu penalti. Mereka menanggung malu di kandangnya, Stadio Olimpico.

Pertandingan Liverpool kontra AS Roma di ajang Piala Champions 1983/1984

Hasil Lengkap Liga Europa: Liverpool Menang tapi Menangis, AS Roma Singkirkan AC Milan

Kekalahan ini meninggalkan luka yang begitu dalam bagi para pemain saat itu. Termasuk, sang kapten, Agostino Di Bartolomei.

10 tahun setelahnya, Bartolomei ditemukan tewas di kediamannya, kawasan San Marco di Castellabate. Luka tembak di bagian jantung terdapat dalam jasad Bartolomei.

Polisi pun melakukan investigasi. Dan, dilansir The Sun, ada secarik kertas yang berisikan pesan dari Bartolomei.

Isi pesan tersebut tampak menunjukkan alasan sebenarnya Bartolomei mengakhiri hidupnya. "Saya tak bisa mencari jalan keluar," begitu isi surat Bartolomei.

Gelandang yang tewas di usia 39 tahun tersebut mengalami depresi berat. Kekalahan dari Liverpool di 1984 bisa jadi salah satu alasannya. Terlebih, tanggal kematian Bartolomei sama dengan final Piala Eropa 1984.

Bartolomei mendapat perlakuan kurang menyenangkan di penghujung karier dan setelah pensiun. Dia sempat dibuang, lalu tak ditawari pekerjaan di klub yang sudah dibelanya selama 15 tahun itu.

Berbagai cara dilakukan agar kondisi finansialnya kembali prima. Bartolomei sempat membangun sebuah sekolah sepakbola, tapi gagal di tengah jalan.

34 tahun setelah kematian Bartolomei, ada kesempatan bagi Roma untuk balas dendam. Serigala Ibukota tentu tak mau mengulang tragedi di Olimpico. Mereka pun siap tampil habis-habisan demi menyingkirkan Liverpool. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya