Generasi yang Hilang di Timnas Belanda

Timnas Belanda
Sumber :
  • REUTERS

VIVA.co.id – Raksasa Eropa itu telah tertidur. Ungkapan yang tepat bagi Belanda yang dua kali terjungkal, tak tampil di ajang kompetitif seperti Piala Eropa 2016 dan Piala Dunia 2018.

Akhir Kisah Raphael Varane dengan Timnas Prancis, Mimpi Jadi Kenyataan

Dua tahun belakangan menjadi periode kelam bagi Belanda. Bagaimana tidak, saat tim-tim berkembang dan mampu memberi kejutan, Belanda justru tampil stagnan.

Masa kegelapan bagi Belanda dimulai pada kualifikasi Piala Eropa 2016. Ketika itu, Belanda harus bersaing dengan tim-tim macam Republik Ceko, Islandia, dan Turki.

Raphael Varane Pensiun dari Timnas Prancis

Kejutan terjadi dalam fase kualifikasi. Belanda ternyata tak mampu bersaing dengan Republik Ceko, Turki, bahkan Islandia.

Usai gagal total, kritikan pun datang dari berbagai penjuru. Federasi Sepakbola Belanda (KNVB) berjanji untuk memperbaiki penampilannya dan bertekad lolos ke Piala Dunia 2018, demi menebus kesalahan.

Pamer Foto Ini di Instagram, Paul Pogba Banjir Hujatan dari Fans Juventus

Yang terjadi, Belanda justru terjungkal lagi. Di awal kualifikasi, Belanda sempat menunjukkan penampilan yang menjanjikan.

Kejutan terjadi saat Belanda kalah dari Bulgaria pada 25 Maret 2017. Usai kekalahan ini, Belanda mulai limbung.

Puncaknya, ketika Belanda dipermak Prancis pada 31 Agustus 2017. Dalam laga yang digelar di Stade de France itu, Belanda dihantam empat gol tanpa balas oleh Prancis.

Hasil ini menjadi momen paling penting atas tersingkirnya Belanda. Kekalahan 0-4 dari Prancis, membuat perolehan selisih gol Belanda dengan Swedia menjadi lebih buruk.

Dengan hasil tersebut, peluang Belanda menyalip Swedia semakin sulit. Mereka diwajibkan menang besar di dua laga pamungkas melawan Belarus dan Swedia.

Saat menghadapi Belarus, Belanda gagal menang besar, 3-1. Dengan hasil tersebut, Belanda harus menang dengan skor 7-0 saat jumpa Swedia di partai pamungkas demi bisa lolos.

Misi yang sulit. Dan, hal tersebut diakui oleh pelatih Belanda, Dick Advocaat. "Mereka tak akan menang dengan skor 8-0. Pertanyaan yang bodoh!" kata Advocaat dilansir Independent.

Benar saja, Belanda tak menang besar atas Swedia. Mereka cuma menang dengan skor 2-0 dan gagal lolos karena kalah selisih gol.

Ada Apa Belanda?

Menjadi menarik untuk ditelusuri, sebenarnya apa yang membuat Belanda terpuruk dalam dua tahun terakhir.

Ditinjau dari tren yang berkembang di Belanda, saat ini mereka memang sedang krisis dalam proses regenerasi pemain. Sampai sekarang, Belanda masih mengandalkan pemain-pemain gaek macam Arjen Robben dan Wesley Sneijder. Ke mana pemain muda mereka?

Ada, bahkan saat ini lumayan banyak darah muda di skuat Timnas Belanda. Tapi, bagaimana kualitas mereka?

Pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Sebab, di awal banyak dari para pemain muda Belanda yang diprediksi akan menjadi bintang masa depan Eropa.

Sebut saja Memphis Depay, Marco van Ginkel, Vincent Janssen, hingga Nathan Ake. Nyatanya, keempat pemain tersebut kesulitan berkembang.

Usai meninggalkan Belanda dan bermain di Premier League, Bundesliga, serta Ligue 1, keempat pemain itu justru lebih sering menghuni bangku cadangan. Alhasil, kualitas mereka pun stagnan, tak mengalami perkembangan justru mundur.

Masalah kedua adalah pelatih. Filosofi yang diterapkan oleh para pelatih Belanda usai era Louis van Gaal terlihat tak cocok dengan materi pemainnya.

Sebenarnya, materi pemain saat ini tak beda jauh dengan yang dimiliki Van Gaal. Gaya oportunis yang diterapkan Van Gaal sudah selayaknya dipertahankan dan dikembangkan.

Namun, saat Guus Hiddink masuk, terjadi perombakan gaya main. Pun di era Danny Blind. Filosofi makin tak jelas. Blind tak tahu harus membentuk Belanda seperti apa.

Mereka pun hancur lebur di kualifikasi Piala Eropa 2016. Selanjutnya, tongkat estafet beralih ke Advocaat.

Pelatih yang satu ini memiliki pandangan yang kuno terkait gaya main. Terpengaruh dengan mentornya, Rinus Michels, Advocaat mengadopsi skema 4-3-3 sebagai andalan. Artinya, Advocaat lebih suka main dengan gaya menyerang. Begitu catatan Football Oranje.

Nah, hal ini tak diimbangi dengan kualitas pemain belakang yang baik. Penyebab Belanda sering kebobolan di kualifikasi Piala Dunia 2018 dikarenakan tak adanya komposisi lini belakang yang kuat. Hasilnya, Belanda kebobolan 12 gol.

"Masih banyak pemain bagus di Belanda. Hanya saja, kalian harus menemukan ritme yang tepat. Lihat saja negara-negara lain yang tampil," ujar Advocaat dikutip Telegraaf. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya