Liga 1 Ukir Sejarah Baru dan Sederet Kontroversi

Penyerang Bhayangkara FC, Ilija Spasojevic (kanan)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

VIVA – Gelar juara Liga 1 memang sudah dikunci oleh Bhayangkara FC. Namun, kompetisi ini meninggalkan sejumlah masalah yang mengundang sorotan tajam dari pemerhati sepak bola nasional.

Dihantui Degradasi, Bhayangkara FC Tolak Menyerah Lawan Persib Bandung

Sejatinya, Liga 1 ini menjadi sumber harapan masyarakat sebagai awal baru bagi reformasi sepak bola Indonesia, agar tercipta kompetisi yang sehat, sportif, jauh dari borok-borok model kompetisi lama. Namun, ibarat orang sakit yang hanya ganti baju baru, Liga 1 selama debutnya tahun ini malah masih menunjukkan sejumlah penyakit lama: tetap ada keributan antar-pemain di lapangan hijau, penonton yang brutal, wasit yang berat sebelah, maupun tim yang ngambekan setelah merasa “dizalimi” oleh wasit sehingga tidak mau melanjutkan pertandingan, dan sederet kasus lain.

Pun saat Liga 1 akan mengakhiri musim kompetisi pertamanya ini, publik malah lebih sibuk mendebatkan kontroversi soal klaim juara Bhayangkara FC, keputusan sanksi Komisi Disiplin (Komdis) PSSI kepada Mitra Kukar, serta anggapan Mitra Kukar dan PT. Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai operator Liga 1 yang tak maksimal. Cerita-cerita miris itu membuat publik dan media ini bertanya: lantas apa bedanya Liga 1 dengan model kompetisi yang lama selain hanya berganti nama? Tentu ini tantangan besar bagi PSSI untuk perbaiki lagi kualitas kompetisi sepak bola nasional.

Persib Bandung Hadapi Bhayangkara FC dalam Kondisi Pincang

Di satu sisi, patut disyukuri bahwa Bhayangkara FC berhasil membuat sejarah sebagai klub pendatang baru yang langsung berhasil jadi juara di kompetisi nasional. Namun, di sisi lain, klub yang berbasis di Bekasi itu harus melewati sejumlah kisah kontroversial sebelum mengunci gelar juara Liga 1.

Hasil Imbang 1-1 dalam laga kontra Mitra Kukar di pekan ke-32, ternyata berbuntut panjang. Sebab, Bhayangkara FC akhirnya diberikan kemenangan WO (walk out) 3-0, lewat sanksi Komite Disiplin (Komdis) PSSI, lantaran Mitra Kukar memainkan Mohamed Sissoko.

5 Fakta Menarik Jelang Duel Persib Bandung vs Bhayangkara FC di Liga 1

Eks gelandang Juventus dan Liverpool itu jadi penyebab Mitra Kukar terkena sanksi dari Komdis, kalah WO dari Bhayangkara. Karena, Sissoko masih dalam masa sanksi larangan bermain. Karena memainkan pemain yang tengah dalam masa sanksi, Mitra Kukar akhirnya dinyatakan kalah WO 0-3, dan peluang Bhayangkara FC menjadi juara sangat besar.

Setelah putusan Komdis PSSI yang memenangkan Bhayangkara FC 3-0, jelas respons keras muncul dari berbagai pihak. PT. LIB dianggap menguntungkan satu pihak dan  merugikan pihak lain, dalam hal ini Bali United. 

Bali United meradang soal putusan tersebut, lantaran persaingannya dengan Bhayangkara FC menuju gelar juara Liga 1. Bali United yang sebelumnya memiliki poin 62 dan terpaut empat poin dari Bhayangkara FC, adalah tim yang paling berpeluang juara.

Setelah Bali United mengalahkan 1-0 PSM Makassar dalam laga pekan ke-33 di Stadion Andi  Mattalatta, Makassar, catatan poin Bali United dan PSM hanya tinggal terpaut satu poin saja.

Namun, setelah putusan komdis yang memenangkan Bhayangkara FC atas Mitra Kukar, jarak poin kembali bertambah menjadi tiga poin. Kemenangan Bhayangkara FC atas Madura United jelas tak mungkin lagi dikejar Bali United.

Sebab, meski Bhayangkara FC kalah di laga terakhir dari Persija Jakarta sementara Bali United menang atas Persegres Gresik, Bhayangkara FC tetap saja unggul. Sebab, Evan Dimas cs menang head to head atas Bali United. 

Sebelumnya, Bhayangkara FC berhasil mengalahkan 3-1 Bali United saat bertandang ke Stadion Kapten I Wayan Dipta, 9 Juni 2017. Bhayangkara kembali menang 3-2 saat menjamu Bali United di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, 29 September 2017.

"Kita di klub selalu berhitung siapa pemain yang kena kartu, yang kena sanksi dan lain-lain. Kita tahu persis aturan itu. Jadi, tidak mungkin kita melanggar aturan, jika memang salah satu pemain tidak bisa diturunkan akibat sanksi," ujar CEO Bali United, Yabes Tanuri.

Pembelaan Sang Jawara

Tak mau dituding mendapat untung dari keputusan Komisi Disiplin Komdis, Bhayangkara FC akhirnya memberikan pernyataan. Manajemen Bhayangkara FC menegaskan, pihaknya tak pernah mendapat bantuan dari siapapun, termasuk dari Komdis. 

Bhayangkara protes. Komdis PSSI lewat surat nomor 112/L1/SK/KD-PSSI/X/2017, yang ditandatangani sang ketua, Asep Edwin Firdaus, memutuskan Mitra Kukar dinyatakan kalah 0-3 dan juga harus membayar denda Rp100 juta.

Sedikit disinggung dalam pernyataannya,  Bhayangkara FC  tahu betul jika Komdis PSSI adalah sebuah badan independen. Bhayangkara FC yakin jika keputusan yang diambil oleh Komdis PSSI, tak menguntungkan pihak manapun termasuk Bhayangkara FC.

"Komdis adalah badan independent yang tidak pernah dan tidak bisa di intervensi.  Faktanya kami menang di setiap pertandingan tidak pernah mendapatkan bantuan siapapun baik di kandang atau tandang," bunyi pernyataan manajemen Bhayangkara FC dalam rilis yang diterima VIVA, Rabu 8 November 2017 sore WIB.

Selain itu, Bhayangkara FC juga memberikan sedikit penjelasan soal teknis. Dalam pernyataan lanjutan, Bhayangkara FC melihat hasil pertandingan dalam 33 pertandingan Liga 1. Di papan klasemen, Bhayangkara FC adalah tim dengan jumlah kemenangan terbanyak, dan mengklaim berhak menggenggam trofi Liga 1.

"Faktanya,  kalau melihat klasemen Bhayangkara adalah tim yg paling banyak menang dari tim lain di Liga1," lanjut pernyataan manajemen Bhayangkara FC.

Skenario Kontroversi, Siapa yang Salah?

Kecerobohan Mitra Kukar membuat Bhayangkara FC mengadukan klub asal Tenggarong, Kalimantan Timur, kepada PT. LIB selaku operator, soal legalitas Sissoko dalam laga tersebut. Mitra Kukar ternyara bukan tanpa alasan menurunkan Sissoko. Mitra Kukar berani menurunkan Sissoko lantaran namanya tidak ada dalam Nota Larangan Bermain (NLB) yang diterbitkan PT. LIB.

Pihak  Mitra Kukar jelas berang jika sepenuhnya dituding jadi satu-satunya aktor dalam kontroversi ini. Mitra Kukar juga dianggap kurang tanggap soal ini. Sebab, surat salinan putusan Komdis PSSI tak terbaca oleh manajemen Mitra Kukar, dan PT. LIB dianggap tak mengingatkan.

"Benar, surat itu tak dikirimkan ke admin kami. Demi Allah, tak terbaca. Betul, ada keteledoran kami soal Sissoko," kata Direktur Operasional Mitra Kukar, Suwanto, saat dihubungi VIVA, Kamis, 9 November 2017.

"LIB juga terima surat itu, seharusnya kami diberitahu ketika MCM. Itu yang kami sayangkan, harusnya saling mengingatkan," ujarnya.

Kekecewaan Para Bintang

Kontroversi yang terjadi di penghujung musim membuat sejumlah bintang Liga 1 naik pitam dan mengungkap kekecewaannya. Nama pertama adalah pemain belakang PSM Makassar, Hamka Hamzah.

Eks defender Timnas Indonesia ini sangat berang lantaran keputusan kontroversial PT. LIB. Hamka menuding PT. LIB tidk jelas dalam memberikan informasi, terkait status pemain dalam sebuah pertandingan.  Lewat akun Instagram pribadinya, eks pemain Persija Jakarta dan Arema FC ini menuliskan kekecewaannya.

"Wooowwww..Trus Duel PSM VS BALI kalian anggap apa PT LiB uji coba?Bahkan Kami dengan Bali memperlihatkan pertandingan yg begitu ngotot untuk mengejar gelar juara...#berbenahlahwahaiPTLIB#untukmusimdepan#ligaygbagusmenghasilkan#timnasygberprestasi," tulis Hamka di Instagram.

Tak cuma Hamka yang protes. Penyerang Bali United asal Belanda, Sylvano Comvalius, juga memberikan sindiran keras kepada PT. LIB. Comvalius yang mencatat rekor penyerang dengan gol terbanyak di Liga Indonesia (35 gol), menyebut Liga 1 bak sirkus.

Bak sulap, PT. Liga dianggap menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain, akibat persoalan regulasi. Hal ini yang membuat kecewa bomber 30 tahun ini.

"Selamat datang ke acara sirkus. Siapa yang ingin melihat sulap," tulis Comvalius di akun Instagram pribadinya.

"Apapun yang terjadi kita patut bangga musim ini. Bersama-sama kita melakukan pekerjaan yang luar biasa. Mari berharap dan berdoa untuk akhir yang baik," lanjutnya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya