Akhir Era Drogba di Chelsea

Penyerang Chelsea, Didier Drogba, usai menjuarai Piala FA 2012
Sumber :
  • REUTERS/Eddie Keogh

VIVAbola - Mendapat cemoohan ketika kali pertama datang ke Inggris, Didier Drogba kini menjelma sebagai "dewa" Chelsea. Namun, era "Tito" di Stamford Bridge telah berakhir.

Tidak bisa dipungkiri peran Drogba bagi Chelsea saat merebut gelar Liga Champions untuk kali pertama saat melawan Bayern Munich, akhir pekan lalu, sangatlah penting. Selain mencetak gol penyeimbang Chelsea, striker 34 tahun tersebut juga menjadi penentu di drama adu penalti.

Keberhasilan Drogba menjadi pahlawan Chelsea di Allianz Arena sekaligus membalas "dosa" pada final Liga Champions 2008 melawan Manchester United di Moskow. Ketika itu Drogba mendapat kartu merah pada menit ke-116 karena menampar Nemanja Vidic. Alhasil Chelsea kalah lewat adu penalti.

Sayang, tendangan penalti Drogba yang mengecoh kiper Manuel Neuer akan menjadi tendangan terakhirnya untuk Chelsea. Ya, striker internasional Pantai Gading tersebut enggan memperpanjang kontrak dan akan meninggalkan Stamford Bridge.

24 jam setelah Chelsea juara Liga Champions, Drogba memberitahu rekan setimnya kalau dirinya akan meninggalkan klub. "Kita tidak akan bersama-sama lagi musim depan," ucap Drogba sambil menangis seperti dilansir The Sun.

Melalui situs resmi Chelsea, Drogba juga memastikan kepergiannya. "Saya ingin mengakhiri semua spekulasi dan memastikan saya akan meninggalkan Chelsea. Ini keputusan yang sulit dan saya bangga dengan pencapaian saya. Tapi, sekarang waktu yang tepat untuk tantangan baru," tegasnya.

Drogba diyakini akan mencoba peruntungan bersama Shanghai Shenhua. Sebelumnya mantan pemain Chelsea, Nicolas Anelka, sudah lebih dulu bergabung dengan klub asal China tersebut. Rumor lain menyebutkan Drogba tengah melakukan negosiasi dengan Barcelona

Sempat Diragukan

Kepergian Drogba akan mengakhiri suatu era di Chelsea, terutama di lini depan. Maklum keberadaan Drogba di lini depan The Pensioners tidak tergantikan sejak dibeli dari Marseille pada 2004. Kedatangan striker-striker papan atas seperti Andriy Shevchenko, Nicolas Anelka, dan Fernando Torres tidak menggoyahkan posisi Drogba.

Padahal kedatangan Drogba di Chelsea sempat diragukan banyak pihak, bahkan oleh suporter klub asal London Barat tersebut. Drogba mengaku di musim pertamanya bersama Chelsea sangatlah sulit.

Adalah Jose Mourinho yang mendatangkan Drogba dari Marseille. The Special One kepincut dengan permainan Drogba setelah sukses mengantarkan Marseille melangkah ke final Piala UEFA, sebelum akhirnya tumbang 0-2 dari Valencia.

"Ketika saya tiba di Inggris, orang-orang mengatakan: 'Siapa pemain ini? Kita mengharapkan pemain besar dan dia datang dari Marseille? Marseille! Saya hanya mendengar Marseille pada 1993'. Saya sedih, karena saya bermain di final Piala UEFA, menjadi pemain terbaik tahun itu, dan ketika Anda bilang, 'Saya Didier Drogba', dan mereka bilang, 'Drogba siapa?'," paparnya.

Namun, Drogba membuktikan kemampuannya di atas lapangan dan langsung memberi dua gelar Premier League beruntun pada 2004 dan 2005. Sejak saat itu karir Drogba terus melejit dan memberi Chelsea sejumlah trofi, termasuk empat gelar Piala FA, dua trofi Piala Carling, dan puncaknya adalah memberi gelar Liga Champions.

Untuk gelar individu, Drogba merebut top skor Premier League 2007 dan 2010, Pemain Terbaik Afrika 2006 dan 2009. Drogba juga menjadi pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah Pantai Gading dengan 54 gol, dan menjadi pemain ketiga asal Afrika yang mampu mencetak gol di final Liga Champions, setelah Rabah Madjer dan Samuel Eto'o.

Striker Dermawan

Kehidupan Drogba di luar lapangan sama gemilangnya saat ketika dia bermain di lapangan hijau. Striker yang dipanggil "Tito" oleh keluarganya tersebut dikenal sangat dermawan. Dia tidak segan-segan menyerahkan £3 juta (setara Rp44,1 miliar) hasil pendapatnya sebagai bintang Pepsi, untuk membangun rumah sakit di Pantai Gading pada 2009.

Rencana Drogba sempat terganjal perang saudara di Pantai Gading. Menariknya, Drogba pula yang berperan mendamaikan perang tersebut. Sampai-sampai pemain yang lahir di Abidjan, 11 Maret 1978 itu sempat dijagokan menjadi presiden Pantai Gading.

"Saya tidak sabar melihat rumah sakit ini dibangun. Jika bukan karena perang, mungkin saat ini sudah dibuka. Saya juga ingin membangun enam klinik yang tersebar di Pantai Gading," paparnya.

Inspirasi membangun rumah sakit datang sebelum pertandingan Pantai Gading melawan Malawi di Pra Piala Dunia 2010. Ketika itu tembok di Stadion Nasional Pantai Gading roboh dan merenggut 19 nyawa.

Drogba yang menjenguk korban-korban luka terkejut dengan fasilitas rumah sakit. Striker yang memulai karir profesional di Le Mans tersebut semakin tergugah hatinya ketika melihat anak kecil penderita leukemia, Nobel, di rumah sakit tersebut.

"Kami kemudian mengirim Nobel ke Eropa dan dia berjuang di sana selama satu tahun, tapi dia tidak bertahan. Sepupu saya, Stephan, juga terkena leukemia. Di hari yang sama, saya mendapatkan visa untuk keduanya ke Prancis untuk mendapatkan perawatan, tapi dia meninggal," cetus Drogba.

Meski sudah meninggalkan Stamford Bridge, Drogba tetap akan diingat sebagai salah satu legenda Chelsea. Mungkin hanya satu ungkapan yang bisa menggambarkan seorang Drogba, yakni pernyataan yang diungkapkan Mourinho.

"Dia adalah tipe pemain yang saya akan katakan: "Bersama kamu, saya akan pergi ke setiap perang." (irb)

Conte Haramkan Beberapa Makanan Masuk ke Tim Chelsea
Eks bos Chelsea Guus Hiddink

Bertemu Conte, Hiddink Minta Saran soal Inter Milan?

Pemilik baru Inter Milan menginginkan Hiddink jadi bos sementara.

img_title
VIVA.co.id
4 November 2016