Semenanjung Iberia Membara di Laga Eropa

Pemain Spanyol merayakan gol Cesc Fabregas
Sumber :
  • REUTERS

VIVAbola - Salah satu semifinal Piala Eropa 2012 akan mempertemukan dua negara dari semenanjung Iberia yakni  Spanyol dan Portugal. Bukan cuma mendominasi secara geografis, keduanya kini tak bisa dipungkiri menjadi kutub utama perkembangan sepakbola di kawasan yang berbatasan langsung dengan samudera Atlantik  tersebut.

Status juara Eropa sekaligus dunia jadi bukti shahih keperkasaan Spanyol. Sedangkan fakta bahwa Portugal telah tiga kali sukses menembus semifinal turnamen sepakbola antarbangsa benua biru dalam empat perhelatan terakhir, kecuali 2008, jadi bukti konsistensi mereka di kejuaraan ini.

Tapi patut dicatat, bukan hanya gengsi sebagai penguasa semenanjung Iberia yang dipertaruhkan pada duel di Donbass Arena, Donetsk, Ukraina, Kamis, 27 Juni 2012, namun itu akan membuka jalan bagi masing-masing tim untuk mewujudkan mimpinya.

Sejak awal turnamen Spanyol telah menegaskan tekad untuk menjadi tim pertama yang berhasil mempertahankan gelar juara Eropa. Sementara Portugal tentunya berambisi membawa pulang trofi Henry Delaunay ke negara mereka untuk pertama kali.

"Sangat menyenangkan memiliki kesempatan kembali berada di final setelah delapan tahun yang lalu. Ini sangat sulit, namun kami tinggal selangkah lagi untuk melakukannya," cetus kapten Portugal, Cristiano Ronaldo.

Menilik rekam jejak pertemuan, Spanyol lebih diunggulkan. Dari 35 laga, 17 di antaranya dimenangkan oleh La Furia Roja. Portugal sendiri cuma mampu menang 6 kali. Sementara sisanya (12) berkesudahan imbang.

Akan tetapi dalam 13 perjumpaan terakhir, tim Matador cuma sanggup menang dua kali. Pertemuan terakhir keduanya terjadi pada 18 November 2010. Pada laga ujicoba di Lisbon, Portugal tersebut, Ronaldo Cs menang 4-0.

Semifinal Rasa 'El Clasico'

Hal yang menarik dari pertemuan antara Spanyol dengan Portugal ini adalah hadirnya aroma El Clasico. Tidak hanya karena banyaknya pemain Real Madrid dan Barcelona yang akan tampil di laga itu, namun juga filosofi permainan yang dianut masing-masing tim bisa dianalogikan dengan dua raksasa La Liga.

Spanyol identik dengan Barcelona. Mereka sama-sama menerapkan tiki-taka, di mana Xavi Hernandez menjadi motor utama dengan dibantu rekan setimnya di tim asal Catalonia, Andres Iniesta.

Sedangkan Portugal disamakan dengan Madrid. Tim asuhan Paolo Bento merasa tidak perlu lama-lama memegang bola, mereka hanya menunggu lawan di garis belakang dan ketika ada celah, Seleccao das Quinas akan langsung melancarkan serangan balik kilat ke jantung pertahanan.

Dan yang membuat mereka semakin mirip dengan Madrid ialah kehadiran Ronaldo. CR7 jadi pemain yang paling diandalkan di lini depan Portugal untuk menggedor gawang Iker Casillas, apalagi bomber utama tim Samba Eropa, Helder Postiga sudah dipastikan tidak hadir karena dililit cedera.

"Anda bisa membandingkan semifinal ini seperti pertandingan Madrid melawan Barcelona dalam hal gaya permainan tim," ungkap Cesc Fabregas.

"Portugal adalah salah satu tim terkuat di dunia. Mereka bertahan dengan bagus dan berbahaya dalam serangan balik. Mereka mirip dengan Real Madrid dan kami harus dalam kondisi terbaik untuk bermain," sambungnya.

Ada 15 pemain dari kedua tim yang biasa terlibat El Clasico. Dari Spanyol ada 12 pemain di antaranya Casillas, Victor Valdes, Gerard Pique, Alvaro Arbeloa, Sergio Ramos, Raul Abiol, Sergio Busquets, Xavi, Iniesta, Xabi Alonso, Cesc Fabregas dan Pedro Rodriguez. Sementara tiga sisanya dari Portugal yakni Ronaldo, Pepe dan Fabio Coentrao.

Adu Mulut Sebelum Laga

Kedua tim terlibat adu mulut jelang laga digelar. Ronaldo mengkritik keluhan Spanyol tentang waktu istirahat lebih buat Portugal. Tim asuhan Vicente Del Bosque memang memainkan laga perempat final melawan Perancis pada 23 Juni 2012, atau dua hari setelah Portugal mengalahkan Republik Ceko.

"Kami punya waktu istirahat dua hari lebih sedikit dari mereka. Saya memikirkan masalah ini. Kami sangat kelelahan, karena panas yang kami alami malam ini sangat kejam bagi pemain," ujar Del Bosque usai Spanyol mengalahkan Perancis 2-0.

Ronaldo sendiri sadar Portugal punya waktu istirahat lebih banyak, namun menurutnya Del Bosque tidak pantas mengeluhkan hal semacam itu. Sebagai tim profesional, Ronaldo menilai Spanyol harusnya siap bermain dalam kondisi apapun.

"Waktu istirahat tiga hari lebih dari cukup. Spanyol mengklaim waktu istirahat dua hari bukan keuntungan buat mereka. Tapi, sebagai profesional, saya pikir itu bukan faktor yang penting," ujar Ronaldo.

Ini memang bukan pertama kali Spanyol mengeluh, pada laga pembuka Grup C, mereka memprotes panitia karena tidak menjaga kelembaban rumput lapangan. Spanyol merasa permukaan yang tandus telah menghambat permainan cepat sehingga akhirnya mereka harus rela ditahan imbang 1-1 oleh Italia.

Sementara dari pihak Spanyol, Casillas mengatakan kalau timnya hanya perlu mempercayai seorang Pique untuk mematikan pergerakan Ronaldo. "Pique selalu melakukan tugasnya dengan baik bersama Barcelona dan Spanyol," ujar Casillas.

Seperti halnya Casillas, Pedro juga yakin barisan pertahanan Spanyol akan sanggup meredam terjangan Ronaldo di laga nanti. Apalagi sejumlah pemain bertahan Spanyol sudah sangat mengenal permainan kekasih Irina Shayk itu.

"Ronaldo merupakan pemain luar biasa. Tapi kami tahu cara menghentikannya, beberapa pemain kami sudah pernah bermain dengannya. Jadi mari kita tunggu dan lihat apa yang terjadi. Meski sulit, kami sangat yakin bisa memenangi pertandingan nanti,” ungkap Pedro. (sj)

Aneh, Klub Portugal Gaet Pemain Umur 5 Tahun
Pemain Real Madrid, Cristiano Ronaldo

Tanah Kelahirannya Terbakar, Ronaldo Kirim Bantuan

Tiga orang dinyatakan meninggal dan 300 lebih luka-luka.

img_title
VIVA.co.id
11 Agustus 2016