Thoriq Alkatiri, Wasit Termuda di Pentas ISL

Wasit Thoriq Alkatiri
Sumber :
  • facebook
VIVAbola
Tim 'Gemuk' PS Polri Diresmikan
- Berstatus sebagai wasit termuda di ajang Liga Super Indonesia (ISL) tak membuat Thoriq M Alkatiri gentar memimpin partai-partai krusial bertensi tinggi. Bagianya, keberhasilan menjaga sportifitas selama pertandingan merupakan sebuah kepuasan tersendiri.

Piala Proklamasi Tak Jelas, Arema Enggan Ambil Pusing

Thoriq merupakan salah seorang wasit yang cukup populer di pentas ISL musim ini. Setidaknya, pria asal Karawang, Jawa Barat itu sudah memimpin 11 pertandingan plus delapan kali sebagai wasit cadangan. Total wasi berusia 24  tahun itu sudah bertugas pada 19 laga.
Mahaka Kembali Ubah Nama Turnamen Pramusim ISL


"Saya hanya berusaha menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya dan berusaha mengurangi kesalahan," ujar Thoriq kepada VIVAbola.


Menjadi wasit awalnya bukanlah cita-cita Thoriq. Pemain kelahiran kelahiran 19 November 1988 tersebut justru memulai karirnya di dunia sepak bola sebagai pemain. Thoriq sempat bermain di Piala Suratin U-17 mewakili Purwakarta. Sayang, karirnya sebagai seorang pemain terpaksa harus terhenti lebih awal akibat mengalami cedera.


Agar tetap terlibat di panggung sepak bola, Thoriq lalu banting setir menjadi wasit. Dia mulai mengikuti kursus wasit pada 2006 di Sukabumi. Setelah melewati berbagai tahapan kursus, Thoriq mulai mendapat kepercayaan memimpin laga Divisi II. Selanjutnya dia naik ke Divisi I sampai akhirnya mendapat kesempatan di Divisi Utama.


Thoriq menjelaskan, dualisme kompetisi yang sempat melanda sepak bola Indonesia juga ikut mempercepat karirnya. Pasalnya, saat PT Liga Indonesia kekurang stok wasit, Thoriq pun mendapat kesempatan untuk memimpin pertandingan Divisi Utama pada 2012. Kinerjanya terus dipantau oleh Komite Wasit. Setelah memimpin tiga pertandingan, Thoriq pun diberi kepercayaan untuk naik ke level yang lebih tinggi.


"Di musim itu juga saya mendapat kesempatan memimpin pertandingan ISL. Pertandingan pertama di ISL antara Persegres Gresik United lawan Persidafon Dafonsoro," kata wasit berpostur jangkung itu.


"Saya bangga namun ini menjadi beban agar bisa terus mempertahankan performa. Ada tekanan sendiri bisa mendapatkan kepercayaan. Terutama dari pemain dan offisial tim," beber wasit jebolan Universitas Pendidikan Indonesia jurusan pendidikan pelatihan olahraga itu.


Bagi Thoriq, sebuah kenikmatan sendiri bila sukses memimpin laga dengan aman dan lancar serta hasilnya diterima oleh kedua tim. Terlebih, bila pertandingan tersebut disiarkan secara langsung.


Meski demikian, Thoriq sadar bahwa profesinya juga penuh resiko. Apalagi bila sedang berhadapan dengan tekanan suporter, intimidasi pemain dan offisial saat membuat keputusan yang kontroversial.

Saat berhadapan dengan situasi seperti itu, Thoriq hanya melakukan pendekatan psikologis kepada pihak yang keberatan. "Saya memiliki kuasa penuh dalam pertandingan. Di sini, memahami peraturan pertandingan sangat penting untuk menjelaskan alasan utama saya mengeluarkan sebuah keputusan. Itu membuat saya percaya diri ketika berada dalam situasi seperti itu, termasuk menghadapi ofisial tim dan pelatih yang usianya di atas saya," ungkap Thoriq. 


Thoriq juga mengaku pernah mengalami situasi yang tidak mengenakkan usai memimpin pertandingan Persiram Raja Ampat vs Persipura Jayapura, musim ini. Saat hendak meninggalkan lapangan, tiba-tiba dari belakang ada yang memukul bagian kepalanya.


"Padahal saat itu, saya sudah dikawal dua petugas Kepolisian. Namun saya tidak menaruh dendam. Saya serahkan masalah ini kepada Komisi Disiplin PSSI," kenang Thoriq. 




Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya