Tarian Duo Madrid yang Rusak Impian Dua Arsitek

Para pemain Real Madrid.
Sumber :
  • Reuters / Paul Hanna

VIVA.co.id – Real Madrid akhirnya melengkapi formasi final Liga Champions musim 2015/16. Kepastian tersebut didapat usai Madrid mengalahkan Manchester City di leg kedua Liga Champions, Rabu 4 Mei 2016 atau Kamis dini hari WIB.

Mikel Arteta Menolak Panik, Yakin Arsenal Bakal Bangkit

Dalam duel tersebut, Madrid menang dengan skor 1-0. Gol tercipta di menit 19, usai Gareth Bale melepaskan sepakan ke gawang Joe Hart.

Bola hasil sepakan Bale membentur Fernando. Namun, bola justru mengarah ke gawang Hart.

Liverpool Tersingkir dari Liga Europa Saat Bayer Leverkusen Melaju ke Semifinal

Dengan demikian, Madrid menyusul rival sekotanya, Atletico Madrid di partai final. Ini adalah final kedua yang melibatkan dua tim asal Madrid.

Sebelumnya, mereka sudah bertemu pada musim 2013/14. Kala itu, Madrid berhasil meraih kejayaan.

5 Klub Sepakbola yang Sering Tampil di Final Liga Champions, Real Madrid Teratas?

Mereka menang dengan skor 4-1 atas Atletico. Alhasil, Los Blancos mengangkat trofi Liga Champions untuk kali ke-10 atau disebut La Decima.

Pertemuan dengan Atletico di musim ini, diprediksi Madrid tak akan berlangsung mudah. Kapten Madrid, Sergio Ramos, menyatakan Atletico akan tampil habis-habisan untuk bisa menyabet gelar Liga Champions pertama mereka.

"Bisa saja menjadi masalah bagi kami. Melawan Bayern Munich, mereka bertahan dengan sangat baik dan cuma meninggalkan celah yang sedikit. Kami tak memikirkan mereka. Justru, yang kami pikirkan adalah diri sendiri. Kami tak boleh membuat kesalahan," kata Ramos seperti dilansir Soccerway.

Sebenarnya, dalam tiga musim beruntun, Madrid selalu bertemu Atletico di Liga Champions. Hanya saja, pada musim 2014/15, mereka berduel di babak perempatfinal bukan final.

Kala itu, Madrid pun berjaya. Mereka berhasil melenggang ke semifinal usai mengalahkan Atletico dengan agregat 1-0.

Meski Atletico selalu kalah di pentas Eropa, pelatih Madrid, Zinedine Zidane, sepakat dengan pernyataan Ramos. Atletico, dianggap Zidane, punya potensi besar menjegal Madrid untuk meraih gelar Liga Champions ke-11.

"Tak ada yang difavoritkan, seimbang 50-50. Tapi, fans mendukung kami, seperti yang mereka lakukan di Bernabeu," terang Zidane.

Selanjutnya

Bukti Hegemoni Spanyol

Kelolosan Madrid dan Atletico ke final Liga Champions membuktikan bagaimana perkasanya klub-klub asal Spanyol di pentas Eropa. Sudah tiga musim beruntun, Spanyol mengirimkan wakilnya ke partai final.

Ada tiga klub Negeri Matador yang tampil di partai puncak dalam tiga musim terakhir. Mereka adalah Madrid, Atletico, dan Barca.

Ditambah musim ini, Madrid dan Atletico sudah tampil dua kali di tiga final terakhir Liga Champions. Dengan ini pula, dipastikan juara Liga Champions berasal dari Spanyol dalam tiga edisi terakhir.

All Spanish-final musim ini juga menjadi yang ketiga sepanjang sejarah Liga Champions. Musim 1999/2000, Madrid berhadapan dengan Valencia di Stade de France. Kala itu, Madrid keluar sebagai juara karena menang dengan skor 3-0.

"Melawan Atletico selalu spesial. Sebab, mereka adalah tim dari Spanyol pula," ujar bintang Real Madrid, Cristiano Ronaldo seperti dilansir AS.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh pelatih Atletico, Diego Simeone. Bisa bertemu dengan Madrid di partai final, disebutnya, menjadi sebuah kebanggaan.

Namun, ada sisi lain yang dilihat Simeone dalam pertemuan 28 Mei 2016 nanti. Atletico bisa membalaskan dendam kepada Madrid atas apa yang mereka lakukan, dua tahun silam.

"Saya berharap takdir berpihak pada kami kali ini. Tapi, saya bangga dengan pencapaian klub ini. Kami sudah menunjukkan bisa mengalahkan tim terbaik dunia dan kami menampilkan apa yang bisa dilakukan untuk sampai ke final," jelas Simeone.

Keinginan Atletico menjuarai Liga Champions untuk kali pertama, dipastikan sulit. Bale menjamin, Madrid akan membuat Atletico kembali menangis.

"Final selalu menghadirkan lawan yang sulit. Atletico tim yang tangguh, tapi kami selalu antusias berhadapan dengan mereka. Kami selalu siap," ujar Bale.

Selanjutnya

Diwarnai Kegagalan Dua Arsitek

Kebahagiaan duo Madrid menembus partai final menyisakan luka bagi dua arsitek, Pep Guardiola serta Manuel Pellegrini. Bagaimana tidak, keduanya bertekad ingin memberikan persembahan terakhir bagi Bayern Munich maupun Manchester City.

Guardiola dipastikan meninggalkan Bayern di akhir musim. Dia akan bergabung ke ManCity musim depan.

Pellegrini pun demikian. Setelah gagal total di Premier League, dia berharap bisa memenangkan Liga Champions musim ini.

Sayang, semua harapan tersebut sirna. Guardiola harus menerima kenyataan, gagal mengantarkan Bayern juara Liga Champions selama tiga musim.

Dan Pellegrini, gagal mempersembahkan gelar di pentas Eropa selama memimpin ManCity.

"Sangat memalukan karena kami gagal memberikan penghargaan kepada diri sendiri serta pelatih yang sudah tiga musim berada di sini. Sangat sedih karena tersingkir, tapi kami tetap bisa selebrasi di akhir musim," sesal kapten Bayern, Philipp Lahm.

Sementara itu, Guardiola sama sekali tak menunjukkan penyesalannya. Dia menilai pencapaian Bayern musim ini di Liga Champions telah memberikan gambaran mengenai masa depan klub.

Mantan pelatih Barca tersebut menuturkan, Bayern memiliki peluang besar untuk meraih kesuksesan di Liga Champions pada musim-musim berikutnya. Dia berharap, kesuksesan tersebut muncul di era Carlo Anceloti.

"Saya berharap Ancelotti bisa memberi langkah final pada tim, yang mana tak bisa saya lakukan dalam tiga tahun terakhir. Saya senang sudah datang ke sini," kata Guardiola seperti dikutip Marca.

"Saya sudah berusaha sebaik mungkin. Saya memberikan hidup saya sejak menit pertama sampai terakhir. Terserah kata orang," lanjutnya.

Berbeda dengan Guardiola, Pellegrini justru masih meratapi hasil yang diraih ManCity. Kemenangan yang diraih Madrid atas ManCity, diklaim Pellegrini, sangat kental dengan aroma keberuntungan.

"Tak ada dari kedua tim yang bisa dinilai lebih baik. Mereka beruntung dengan gol yang dicetak. Sedangkan kami sial, karena bola berbelok ke arah samping atas dari gawang kami," kecam Pellegrini seperti dilansir Sky Sports.

Tapi, pada dasarnya, baik Guardiola dan Pellegrini harus menerima kenyataan. Ya, fakta bahwa mereka tak bisa memberikan gelar Liga Champions di akhir masa bakti masing-masing.

Guardiola harus menyaksikan dua klub yang pernah jadi rivalnya berlaga di final. Sedangkan, Pellegrini harus merelakan mantan klubnya, Madrid, tampil di partai puncak Liga Champions.

Mungkin bukan sekarang bagi Guardiola dan Pellegrini untuk memimpin klub masing-masing tampil di final Liga Champions. Masih ada kesempatan berikutnya. Buena suerte, Guardiola y Pellegrini!

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya