10 Tugas Berat yang Menanti Mourinho di MU

Jose Mourinho
Sumber :
  • Action Images via REUTERS/ Andrew Couldridge Livepic

VIVA.co.id – Manajemen Manchester United segera mengumumkan Jose Mourinho sebagai manajer anyar, menggantikan Louis Van Gaal. Bukan hal mengejutkan karena The Special One memang sejak lama dikaitkan dengan klub yang bermarkas di Old Trafford tersebut.

Hadapi MU, Atletico Madrid Tak Mau Terkecoh dengan Magis Ronaldo

Bergabung dengan tim besar, tugas yang disandang Mourinho juga dipastikan berat. Kondisi tersebut semakin runyam karena MU juga tidak dalam posisi ideal sekarang.

Sejak ditinggal Sir Alex Ferguson, MU berantakan. Hampir tidak ada prestasi mencolok yang ditorehkan. Malah musim ini mereka hanya mampu finish di posisi kelima klasemen, yang artinya mereka gagal menembus Liga Champions.

Manchester United Diganggu COVID-19 Jelang Lawan Atletico Madrid

Maka sudah sangat jelas, saat bergabung nanti Mourinho harus melakukan benyak pembenahan. Berikut adalah 10 pekerjaan rumah (PR) eks arsitek Chelsea tersebut di MU nanti.

1. Memberikan Hasil Secepat Mungkin

Harry Maguire Belum Pantas Jadi Kapten Manchester United

Berbagai pandangan muncul dengan penunjukan Mourinho. Kalangan fans tentu memiliki berbagai pendapat. Ada yang ragu ataupun yakin.

Untuk menjawab itu semua, satu-satunya jalan yang bisa ditempuh adalah memberikan trofi secepat mungkin. Untuk sekarang, setidaknya Mourinho punya sedikit jamina, yakni 22 gelar yang telah diukir selama berkarier sebagai manajer.

2. Beri Dukungan untuk Luke Shaw

Badai cedera tak bisa dihindari MU dalam beberapa musim terakhir. Cedera terparah dialami bek kiri, Luke Shawyang mengalami patah kaki saat melawan PSV Eindhoven di Liga Champions September lalu.

Untuk menambal lubang yang ditinggalkan Shaw, MU kerap memasang Marcos Rojo, Matteo Darmian, Cameron Borthwick-Jackson, Daley Blind, atau Ashaley Young. Sayangnya, mereka belum mampu menjelankan tugas dengan baik.

Oleh karena itu, salah satu tugas Mourinho nanti adalah memberikan dukungan moril dan tentunya waktu bermain yang layak untuk Shaw, supaya bisa kembali menemukan bentuk permainan pasca cedera.

3. Cerdas Memangkas "Kayu Mati"

Kayu mati digunakan sebagai analogi untuk pemain yang sudah tak lagi memiliki peran atau kontribusi optimal untuk tim. Ini yang harus dilakukan Mourinho, agar tim lebih efisien.

Era Ferguson, dia melepas pemain seperti Wes Brown, Jesper Blomqvist, dan Park Ji-Sung yang dianggap sebagai kayu mati. Kini, pemain seperti Marcos Rojo, Antonio Valencia, dan Marouane Fellaini, bukan tak mungkin menjadi pemain yang dilepas.

4. Tanda Tanya Posisi Rooney

Sejak beberapa tahun lalu, Mourinho mengatakan kalau dia suka dengan gaya permainan Wayne Rooney. Impiannya memiliki Rooney di dalam skuat akan segera terkabul.

Tapi ingat, beberapa tahun lalu, posisi Rooney adalah sebagai ujung tombak. Sedangkan sekarang, dia kerap berperan sebagai gelandang penyuplai bola. Lalu bagaimana Mourinho bisa mengatur kembali posisi Rooney, di tengah performa Marcus Rashford dan Anthony Martial yang semakin menjanjikan?

5. Belanja dengan Cermat

Apa lagi yang bisa membuat fans senang kalau bukan klub kesayangannya memberikan konfirmasi soal penandatanganan pemain anyar. Inilah yang harus dilakukan Mourinho.

Dengan catatan, anggaran £200 juta yang diberikan klub, harus dibelanjakan dengan cermat. Kualitas pemain, efisiensi harga dan posisi, serta program jangka panjang, tentu harus dipikirkan Mourinho.

6. Mengembalikan Citra Baik

Ada banyak aspek karakter Mourinho sebagai manajer. Ada yang baik, yakni tiga kali juara Premier League, juara Eropa, pemenang dari empat liga domestik terpisah. Ada pula yang buruk, sifat abrasif, arogan, tokoh kontroversial, dan sepakbola ketat.

Kasus nyata dari absurd-nya sifat Mou adalah kala dia terlibat perseteruan dengan dokter Chelsea, Eva Carneiro, yang berakibat putusnya kerja sama di antara mereka.

Memang, Ada garis tipis antara keberanian dan nekat, antara karakter dan pertentangan pendapat, serta superioritas dan kebodohan. Mou harusnya bisa belajar dari apa yang dialaminya selama melatih, khususnya kultur sepakbola Inggris.

7. Menegaskan Perbedaan Manchester Merah dan Biru

Sejak 2013, Manchester didominasi warna Biru. Mereka selalu finish di atas Manchester United. Keadaan ini tentu bukan yang ideal bagi fans MU. Karena bagi mereka, Manchester itu merah.

ManCity menikmati selisih 22 poin dari MU di 2013-2014 sebelum mengakhiri musim 2014-2015 dengan sembilan poin, dan hanya berselisih gol di akhir musim ini. Dengan adanya Mourinho, diharapkan MU bisa kembali finish di atas ManCity seperti yang terjadi di era Ferguson.

Namun, ManCity juga punya senjata baru musim depan, yakni Pep Guardiola yang menggantikan Manuel Pellegrini. Mou vs Pep, akan menjadi daya tarik tambahan untuk Derby Manchester.

8. Jangan Lepas David De Gea

Untuk poin ini, tentu para fans MU akan serentak mengatakan "setuju". Keberadaan David De Gea di bawah mistar sangat vital di setiap pertandingan. Kemajuan performa De Gea kian membuat Real Madrid bernafsu membawanya ke Santiago Bernabeu.

Untuk Mourinho, tugasnya sebagai pelatih adalah mengajak Dave untuk berkomunikasi dengan tujuan menahan langkahnya untuk pergi, meskipun mereka akan absen di Liga Champions, serta di tengah tawaran menggiurkan dari El Real.

9. Prioritaskan Pemain Muda

Aspek ini sudah dijalankan oleh Louis Van Gaal. Pertanyaannya, apakah Mou bisa meneruskan warisan LvG ini? mengingat Mourinho dan Van Gaal adalah dua pribadi yang berbeda.

Menurut catatan, pemain muda yang berhasil meroket di bawah arahan Mourinho hanyalah Raphael Varane, Davide Santon, dan Kurt Zouma. Mou seharusnya terus bisa mengoptimalkan peran pemain muda seperti Marcus Rashford dan Jesse Lingard.

10. Merubah Gaya Permainan

Di tangan Van Gaal, MU adalah tim yang selalu unggul dalam penguasaan bola, minim gol, dan pergerakan bola yang lamban. Ini lah yang label yang harus dilepas Mourinho.

Bila melihat rekam jejaknya, saat Mourinho menukangi Inter Milan pada 2010, Inter hanya memiliki penguasaan bola sebesar 24 persen. Hasilnya, mereka mampu meraih treble winners.

Lalu, saat Chelsea melawan Liverpool pada 2014, skuat Mourinho hanya memegang bola sebanyak 27 persen. Tapi, pada akhirnya The Blues sukses menang di Anfield dengan skor 2-0. Permainan artaktif, menyerang, cepat menusuk area lawan, dan tembakan yang berani. Menjadi pola yang diidamkan para fans.

Laporan: Anang Fajar Irawan

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya