- VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id – Insiden memalukan kembali mencoreng wajah sepakbola nasional. Terjadi kericuhan yang melibatkan suporter Persija Jakarta, Jakmania, dengan aparat keamanan dalam laga kontra Sriwijaya FC di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Jumat 24 Juni 2016. Apa sebabnya?
Pertandingan yang berlangsung di pekan delapan Torabika Soccer Championship (TSC) tersebut, sebenarnya berlangsung aman di babak pertama. Wasit Djumadi Effendi sama sekali tak menghentikan laga di 45 menit pertama.
Gangguan asap dari flare atau petasan sama sekali tak ada. Paruh pertama berlangsung aman, dan berakhir dengan skor 0-0.
Tetapi, saat babak kedua baru berlangsung empat menit, flare, serta petasan sudah menyala. Jumlahnya tak sedikit dan membuat para pemain kesulitan bernafas. Wasit akhirnya memutuskan laga dihentikan sementara.
Selang lima menit, pertandingan dilanjutkan lagi. Tetapi, tak berlangsung lama. Menit 62, laga terpaksa kembali dihentikan, karena asap flare yang semakin mengganggu.
Parahnya, bek Sriwijaya, Wildansyah, terkena imbas dari asap tersebut. Dia sesak nafas dan harus dilarikan ke ambulans demi mendapat perawatan intensif akibat menghirup asap dari flare dan petasan yang terlalu banyak.
Demi menertibkan penonton, polisi sempat menembakkan gas air mata. Keputusan yang kurang tepat, karena pemain dan wasit terkena dampaknya. Mata mereka menjadi perih. Tim medis harus bekerja keras dengan meneteskan obat mata ke setiap pemain.
Pertandingan sempat berlangsung selama beberapa menit sebelum akhirnya kembali terhenti di sekitar menit 77. Kali ini, duel dihentikan akibat adanya sekelompok suporter yang masuk ke dalam tribun melalui VIP Timur hingga belakang gawang.
Polisi anti huru-hara harus bekerja keras mengusir mereka. Kalah jumlah, polisi akhirnya kembali menembakkan gas air mata.
Para pemain akhirnya digiring masuk ke ruang ganti. Status laga akhirnya ditunda dengan kondisi Sriwijaya sedang unggul 1-0 atas Persija.
Dari gambaran kronologi seperti ini, bisa dipastikan kericuhan terjadi, karena tindakan kurang tertib dari Jakmania. Ketua Umum Jakmania, Richard Ahmad Supriyanto, menilai tindakan anggotanya disebabkan oleh kondisi fisik yang sudah lelah.
"Semuanya di luar kendali. Main malam bisa memengaruhi psikologi penonton juga. Mungkin mereka sudah kelelahan, beda jika main siang," terang Richard.
Dia juga mengakui kericuhan di SUGBK disulut oleh tindakan suporter yang nekat masuk ke dalam lapangan. "Semua tak akan terjadi andai mereka tak masuk ke lapangan. Kami akan lakukan evaluasi dengan manajemen tim. Sekali lagi, kondisi pertandingan malam jadi faktor yang berpengaruh," kata Richard.
Diketahui, dari bentrok suporter semalam, beberapa kendaraan rusak berat. Bahkan, ada motor yang dibakar di dekat Hall Basket. Mobil milik pegawai Persija, Viola Kurniawati, ikut menjadi korban. Kaca serta kap mobilnya rusak.
For whoever did this to my car tonight in Gelora Bung Karno, hope you be happy now. pic.twitter.com/q3KhcV4uNf
— Viola | ????? (@veeola) June 24, 2016
Terkait korban jiwa, belum diketahui hingga sekarang. Hanya saja, ada satu pedagang minuman yang tewas di tengah bentrokan. Dan, tiga polisi diketahui mengalami luka serius dan mendapat perawatan intensif di RS Polri, Kramat Jati. (asp)