5 Hal dari Kemenangan Jerman atas Slowakia

Pemain timnas Jerman, Mario Goetze.
Sumber :
  • Zimbio.com

VIVA.co.id – Jerman melaju ke perempatfinal Piala Eropa 2016, dengan mengalahkan Slowakia pada Senin 27 Juni 2016. Die Mannschaft dengan mudah mencetak tiga gol, ke gawang skuat Jan Kozak yang menyulitkan Inggris di Grup B.

Detik-detik Mengerikan Pemain Timnas Jerman Kena Tendangan Brutal

Jerome Boateng mencetak gol pembuka di menit 8, disusul Mario Gomez pada menit 42, serta Julian Draxler di menit 63. Bintang Arsenal Mesut Oezil, menyia-nyiakan kesempatan menambah keunggulan Jerman, dengan gagal mengeksekusi penalti di menit 13.

Slowakia menahan Inggris imbang tanpa gol di Saint-Etienne, untuk mendapatkan tiket ke babak 16 besar. Mereka juga punya modal bagus, dengan kemenangan 3-1 atas Jerman dalam laga persahabatan sebulan lalu.

Mengerikan, Jerman Cukur Habis Liechtenstein 9 Gol

Namun, Jerman yang terlihat memiliki masalah dalam ketajaman para penyerangnya di fase grup, bermain luar biasa melawan Slowakia. Pemain sayap Wolfsburg Julian Draxler, mencuat sebagai motor permainan Jerman yang baru.

Dilansir dari Mirror, berikut ini lima hal dari laga Jerman vs Slowakia:

Timnas Jerman Ingin Tutup 2021 dengan Catatan Positif

1. Kepercayaan pada Mario Goetze mulai pudar.

Sudah dua tahun berlalu, sejak Goetze menjadi pahlawan Jerman di Piala Dunia 2014. Piala Eropa 2016 menjadi kesempatannya membuktikan diri, setelah karirnya terus merosot di Bayern Munich. Dia tidak menjadi pilihan utama Pep Guardiola.

Loew tetap memberinya kepercayaan, kesempatan bagi Goetze untuk membuat pelatih baru Munich Carlo Ancelotti terkesan. Goetze menjadi target serangan pada pertandingan pertama Jerman di Prancis, namun pemain 24 tahun itu gagal memberikan hasil.

Dia sudah dimainkan sebagai false nine, juga sayap kiri, tidak ada yang berhasil. Menghadapi Slowakia, Loew akhirnya hanya menaruh Goetze di bangku cadangan. Julian Draxler sukses mengambil kesempatan, yang tampaknya akan menjadi akhir karir Goetze di timnas Jerman.

2. Boateng adalah bek terbaik Jerman

Beberapa tahun lalu, Jerome Boateng hanyalah seorang bek yang kerap melakukan kesalahan di Manchester City. Dia hanya 16 kali dimainkan di Premier League musim 2010/2011, sebagian besar sebagai bek kanan, sebelum kembali ke Bundesliga dan bermain di Bayern Munich.

Boateng telah jauh lebih matang, berkembang menjadi salah satu bek tengah terbaik di dunia. Pemain berusia 27 tahun, itu telah menjadi kunci tangguhnya pertahanan Bayern Munich dan Jerman. Kondisi Boateng meragukan jelang laga lawan Slowakia, tapi Loew memutuskan tetap menurunkannya.

Boateng mencetak gol pertama Jerman di menit 8. Tapi. bukan gol yang membuat Boateng jadi pemain krusial bagi Jerman. Dia tidak hanya tangguh menjaga pertahanan, tapi juga kreatif dalam membantu serangan.

Dia bisa memberikan umpan pendek atau panjang yang akurat, baik dengan kaki kiri maupun kaki kanannya. Tidak ada bek lain di Piala Eropa 2016, yang bisa memberi operan dan menginisiasi serangan, sebaik yang dilakukan Boateng. Hanya bek Italia Leonardo Bonucci, yang bisa dianggap pesaingnya.


berikutnya, pembuktian Mario Gomez..

3. Pembuktian Mario Gomez

Dua kali jadi starter dan memberikan dua gol. Mario Gomez membuktikan ketajamannya sebagai pemain no 9 murni. Tidak ada striker lain yang dipercaya Loew di turnamen besar sejak Miroslav Klose, dan Gomez memperlihatkan dirinya pantas jadi pilihan utama.

Dia sudah mencetak 30 gol dari 68 pertandingan untuk Jerman. Tapi, statusnya sebagai penyerang Besiktas di liga Turki, membuatnya hanya menjadi opsi darurat. Gomez tidak memiliki kecepatan seperti Goetze, namun jelas lebih efektif dalam menyelesaikan peluang menjadi gol.

4. Marek Hamsik tidak bisa melakukan segalanya

Slowakia mendapat pujian, untuk pertahanan ketat mereka saat menghadapi Inggris. Pemain Napoli Marek Hamsik, menjadi pemain terbaik saat itu. Setiap kali timnya dipaksa bertahan, Hamsik bersedia meninggalkan perannya sebagai gelandang pengatur serangan, untuk ikut menjaga pertahanan.

Dia kembali memperlihatkan permainan luar biasa menghadapi Jerman. Tapi, laga melawan skuat Joachim Loew, adalah pertarungan yang jauh lebih sengit ketimbang menghadapi Inggris. Pemain-pemain Jerman jauh lebih kreatif, dengan distribusi umpan pendek, panjang, dan silang yang merepotkan Slowakia.

Hamsik tidak bisa menjalankan banyak peran sekaligus. Tidak mungkin menuntutnya bisa turun jauh ke lini pertahanan untuk memenangkan bola, kemudian maju mengatur serangan dan memberikan umpan-umpan mematikan. Pemain berusia 28 tahun itu luar biasa, tapi satu Hamsik tak mungkin menghadapi 10 pemain Jerman.

5. Penegasan Jerman

Jerman menjadi favorit juara di Piala Eropa 2016. Namun, hasil di kualifikasi dan fase grup, memunculkan keraguan apakah skuat Joachim Loew bisa mengulang kesuksesan di Piala Dunia 2014. Mereka tidak bermain layaknya seorang juara, saat menang 2-0 atas Ukraina di pertandingan pembuka.

Loew dianggap beruntung, bisa bermain imbang 0-0 lawan Polandia, yang menciptakan lebih banyak peluang dalam pertandingan. Permainan Jerman lawan Slowakia jelas jauh lebih baik, layak menjadi pernyataan dari Jerman, tentang niat serius mereka menjadi juara Piala Eropa 2016.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya