Kejutan Pendatang Baru dan Krisis 2 Raksasa

Para pemain Madura United merayakan gol.
Sumber :

VIVA.co.id – Torabika Soccer Championship (TSC) sudah memasuki masa paruh musim. Madura United dinobatkan sebagai juara di putaran pertama.

Drama 4 Gol Lawan Madura United, Dewa United Jaga Asa Tembus Championship Series

Madura United berhasil menjadi juara TSC putaran pertama setelah mengoleksi 37 angka dari 17 laga. Hebatnya, mereka berhasil membuat jarak lima poin dengan salah satu tim bertabur bintang, Arema Cronus.

Keberhasilan Madura United menjadi juara merupakan sebuah kejutan. Sebab, tim pendatang baru tersebut awalnya hanya ingin bersaing di posisi empat besar.

Hasil Liga 1: Bhayangkara FC Pesta Gol, Duel Dewa United vs Madura United Dihentikan

Hal tersebut diakui oleh gelandang Madura, Ahmad Maulana. Menurutnya, status juara paruh musim yang diraih oleh Madura United merupakan hasil kerja keras dari seluruh pemain.

"Kerja keras tak membohongi hasil. Kami mendapatkan yang terbaik. Alhamdulillah bisa juara paruh musim. Baru sekali saya merasakan juara paruh musim," kata pemain berambut kribo tersebut.

Keluar dari Zona Degradasi, Arema FC Fokus Tatap 2 Laga Sisa

Sementara itu, bagi Arema, finis di bawah Madura United pada putaran pertama merupakan bukti bahwa performa mereka menurun drastis. Ya, Arema memang sempat mengalami krisis kemenangan di pekan 15 hingga 17. 

Di periode tersebut, Singo Edan imbang dua kali dan dikalahkan oleh Pusamania Borneo FC di Stadion Kanjuruhan.

Arema sebenarnya sudah kehabisan bensin di pekan 12. Kala itu, mereka ditahan imbang Barito Putera tanpa gol. Bertandang ke Stadion Pakansari, pada pekan 13, Arema menelan kekalahan dari PS TNI.

Selang sepekan, Arema sempat bangkit. Mereka mengalahkan Bali United dengan skor 2-1.

Pelatih Arema, Milomir Seslija, tak merasa panik dengan kondisi yang dialami oleh timnya. Finis di posisi kedua pada paruh musim, bagi Milo, bukan prestasi yang buruk.

"Kami memang butuh enam poin untuk ada di puncak. Tapi, kami puas dengan peringkat sekarang. Kami juga belum bisa memainkan pemain inti saat lawan Persib, sehingga hasil imbang adalah yang terbaik," kata Milo.

Keterpurukan yang dialami Arema, disebut Milo, disebabkan oleh badai cedera. Memang, banyak pemain Arema yang tumbang dan membuat keseimbangan tim menjadi terganggu. 

"Kami hanya kurang beruntung. Itu masalah kami, terutama cedera. Kalau setiap tim punya empat pemain cedera, tidak banyak yang bisa dilakukan. Tapi, itu bagus karena saya bisa mencetak pemain muda, dengan memberi kesempatan tampil," jelas Milo.

Arema punya peluang bangkit pada pekan 18 TSC, Jumat 2 September 2016. Di kesempatan tersebut, mereka akan menghadapi Madura United.

Duel diprediksi berlangsung seru. Sebab, jika Arema menang, marjin poin akan menipis. Sebaliknya, andai Arema kalah, maka Madura United semakin menjauh.

Menghadapi laga panas ini, Madura United melakoni persiapan khusus. Mereka datang lebih awal dan menggelar pemusatan latihan (TC) di Batu.

"Kami menggelar pemusatan latihan di Agro Kusuma. Tentunya, harus ada persiapan yang maksimal untuk menghadapi Arema, salah satu klub besar, di kandang mereka," ujar pelatih Madura United, Gomes de Olivera.

"Mereka punya pemain, pelatih, dan suporter, yang hebat. Kami harus menyiapkan mental, fisik, serta strategi terbaik, demi menghadapi Arema," lanjutnya.

Selanjutnya

Dua Raksasa Terpuruk

Ketika pendatang baru membuat kejutan, dua raksasa justru mengalami keterpurukan. Mitra Kukar dan Persija Jakarta sedang berada dalam fase sulit.

Berstatus sebagai juara Piala Jenderal Sudirman, Mitra Kukar justru terdampar hingga posisi 13 klasemen sementara TSC.

Mereka cuma mengumpulkan 20 poin. Naga Mekes juga hanya merasakan empat kemenangan. Delapan laga diakhiri dengan hasil imbang, lima lainnya berujung kekalahan.

Ditinjau dari statistik, sektor pertahanan menjadi PR besar bagi Mitra Kukar. Terbukti, dalam 17 pertandingan, mereka sudah kemasukan 20 kali.

Hal tersebut diakui oleh pelatih Mitra Kukar, Jafri Sastra. Namun, baginya tak cuma sektor pertahanan yang bermasalah.

"Saya baru empat laga memimpin Mitra Kukar. Saya tak mau menyalahkan siapa pun atas kondisi ini. Tapi, memang banyak yang harus dibenahi. Tak cuma di sektor pertahanan, depan dan tengah juga harus ada pembenahan," kata Jafri.

Pelatih 50 tahun tersebut menyatakan, Mitra Kukar tak pantas berada di posisi 13 klasemen sementara TSC. Dengan materi pemain yang ada, masih disebutkan Jafri, Mitra Kukar seharusnya menghuni posisi lima besar.

Jafri menuturkan seluruh elemen klub merasa malu dengan prestasi di paruh musim TSC. Dia menegaskan, Mitra Kukar bakal bangkit di putaran kedua.

"Kami, manajemen, pelatih, dan pemain, sepakat torehan ini tak layak untuk Mitra Kukar. Kami merasa malu dan harus segera bangkit. Kami optimistis," terang Jafri.

Situasi yang lebih buruk dialami oleh Persija. Krisis yang melanda mereka begitu akut.

Buktinya, Persija kini terbenam di posisi 17 klasemen sementara TSC. Mereka cuma mengantongi 14 poin atau unggul satu angka dari sang juru kunci, Persela Lamongan.

Parahnya, Macan Kemayoran juga tak bisa menang di 11 laga secara beruntun. Tren yang begitu buruk bagi klub sekelas Persija. Apalagi, di awal musim, Persija sempat menghuni posisi lima besar. 

Ada apa dengan Persija?

Banyak pihak berpendapat, keterpurukan yang dialami Persija diakibatkan oleh kinerja buruk para pemain depan. Ya, produktivitas Persija di putaran pertama TSC terbilang buruk.

Mereka cuma mengoleksi 10 gol dari 17 laga. Di sisi lain, Persija kemasukan 22 kali.

Banyak pihak menyarankan agar Persija merekrut bomber asing baru yang berkualitas. Nyatanya, mereka malah mendatangkan gelandang bertipikal playmaker, Tarik Boschetti.

Kedatangan Boschetti membuat lini tengah Persija semakin sesak. Sutanto Tan, Amarzukih, Syahroni, dan Hong Soonhak, sudah lebih dulu mengisi pos di sektor tengah Persija.

Tapi, pelatih caretaker Persija, Jan Saragih, punya pendapat lain. Sosok Tarik, disebutnya, memang dibutuhkan oleh Persija. Dilihat lebih jauh, Persija memang tak punya gelandang bertipe playmaker. Sutanto, Amarzukih, Syahroni, dan Soonhak, adalah gelandang pekerja keras.

"Kami ingin membuat semuanya tak terduga. Jangan berpikir, masalah kami hanya soal menciptakan gol. Sebab, itu bukan satu-satunya masalah Persija," kata Jan.

"Saya sudah bicara dengannya. Tarik harus bisa beradaptasi dengan tim secepatnya. Kami sudah lihat kemampuannya dalam beberapa pertandingan," lanjutnya.

Pria 32 tahun itu pun yakin Persija bisa bicara lebih banyak di putaran kedua TSC. Bahkan, Jan cukup percaya diri pasukannya bisa tampil maksimal di 17 laga sisa dan segera beranjak dari papan bawah klasemen sementara.

Selanjutnya

Keras dan Brutal

Patut dicatat, laga-laga TSC putaran pertama berlangsung begitu keras. Bahkan, beberapa di antaranya berlangsung begitu brutal.

Terbukti, dari statistik yang dikeluarkan oleh IndonesianSC.com, sudah ada 4.181 pelanggaran selama putaran pertama. Sebanyak 642 kartu keluar dari kantong wasit, 27 di antaranya merupakan kartu merah.

Di putaran pertama, Persiba Balikpapan menjadi klub yang paling brutal. Mereka menciptakan 193 pelanggaran. Sebanyak 54 pelanggaran berbuah kartu kuning dan Beruang Madu sudah mendapatkan empat kartu merah.

Tak cuma Persiba, Semen Padang ternyata juga memiliki catatan hitam dalam hal kedisiplinan. Kabau Sirah mengoleksi empat kartu merah dari 251 pelanggaran yang dibuat. Terkait kartu kuning, Semen Padang mendapatkannya 39 kali.

Berstatus juara paruh musim, bukan berarti Madura United bermain bersih. Mereka juga punya catatan buruk dengan melakukan 295 pelanggaran, 41 di antaranya berbuah kartu kuning, dan dua lainnya berujung kartu merah. 

Dalam putaran pertama, sempat terjadi beberapa kerusuhan. Bentrokan antar suporter, sempat terjadi di laga Gresik United versus PS TNI.

Namun, yang paling diingat adalah kericuhan antara Jakmania dan polisi di duel Persija kontra Sriwijaya FC, Jumat 24 Juni 2016 silam. Insiden tersebut membuat salah satu anggota polisi, Brigadir Hanafi, mengalami cacat lantaran dikeroyok oleh oknum suporter. Jakmania akhirnya mendapat sanksi berat dari operator TSC, PT Gelora Trisula Semesta.

Tak cuma pertandingan dan atmosfer penonton yang keras. Persaingan menuju gelar top scorer pun begitu ketat.

Sampai sekarang, ada tiga pemain yang bersaing ketat demi mendapatkan gelar pencetak gol terbanyak. Mereka adalah Luis Carlos Junior (Barito Putera), Pablo Rodrigues Aracil (Madura United), dan Marcel Silva Sacramento.

Junior sementara merajai klasemen sementara top scorer TSC. Dia sudah mengoleksi 12 gol. Sementara, Pablo serta Marcel, menguntit di belakang dengan hanya berselisih satu angka.

Sayangnya, tak ada nama bomber lokal yang bertengger di posisi lima besar pencetak gol terbanyak. Ferdinand Alfred Sinaga dan Boaz Solossa justru ada di posisi 10 besar.

Ferdinand menempati peringkat keenam klasemen top scorer dengan torehan tujuh gol. Sementara, Boaz berada dua strip di bawah Ferdinand karena cuma mencetak enam gol.

Putaran kedua TSC diprediksi bakal lebih banyak menghadirkan drama. Persaingan memperebutkan posisi teratas pastinya lebih sengit. Dan, tim-tim terbawah akan berjuang keras untuk bisa keluar dari kesulitan. 

Jadi, kejutan apa yang tersaji di putaran kedua TSC? Mari kita nantikan!

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya