Pasang Surut Karier Kepelatihan Luis Milla

Pelatih Timnas Indonesia, Luis Milla
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

VIVA.co.id – Luis Milla Aspas telah resmi ditunjuk sebagai pelatih tim nasional Indonesia oleh PSSI. Pria asal Spanyol tersebut dibebani target mengantarkan Skuat Garuda meraih medali emas SEA Games 2017 Malaysia. Gelar yang sudah lama tak pernah direbut oleh tim kebanggaan masyarakat Tanah Air.

Momen Tegang dan Panik Saat Bus Pawai Timnas U-22 Masuk Terowongan Semanggi

Penunjukan Milla sebagai juru taktik timnas Indonesia berdasarkan alasan teknis. Berasal dari Spanyol, dan jebolan akademi La Masia Barcelona membuatnya memiliki nilai tambah. Selain itu, dia pernah membawa tim besutannya meraih gelar juara.

PSSI berharap, dia bisa menularkan ilmu kepelatihannya kepada para pemain Indonesia yang sedang mencari bentuk permainan terbaik. Durasi kontrak untuk dua tahun ke depan diberikan kepada Milla. Proyeksi akhirnya, dia diharap mampu membentuk tim yang kuat untuk Asian Games 2018 Jakarta-Palembang nanti.

5 Fakta Marselino Ferdinan, Pemain Timnas yang Lagi Viral

"Kita tahu Milla merupakan lulusan akademi La Masia. Ia juga bermain untuk, Barcelona, Real Madrid dan Valencia. Yang pasti ia memiliki kualitas dasar yang bagus," kata Direktur Teknik PSSI, Danurwindo dalam konferensi pers di Kantor PSSI Grand Rubina Park, Jakarta, Jumat 20 Januari 2017 lalu.

Pria yang kini sudah berusia 50 tahun tersebut memulai karier kepelatihan bersama klub peserta Tercera Division (kompetisi kasta keempat dalam piramida sepakbola Spanyol) pada 2006/2007. Dia hanya semusim di sana, dan memilih bergabung dengan Getafe sebagai asisten.

5 Fakta Iwan Bule Trending di Twitter Karena Unggahan Situs PSSI

Pada 2008, Milla dipercaya Federasi Sepakbola Spanyol (RFEF) untuk menangani timnas U-19 dan U-20 sekaligus. Tim tersebut diproyeksikan mengikuti Piala Dunia U-20 2009 lalu yang berlangsung di Mesir. Namun sayang, tim yang berisikan pemain seperti Cesar Azpilicueta, Sergio Asenjo, dan Jordi Alba tersebut tak mampu berbuat banyak.

Mereka memang sukses meraih poin sempurna di fase Grup B, dengan mengalakan Venezuela, Nigeria, dan Tahiti. Akan tetapi, begitu masuk babak 16 besar, Tim Matador dipaksa menelan pil pahit. Menghadapi Italia, mereka kalah dengan skor 1-3. Capaian itu menjadi yang terburuk seusai memenangi gelar juara pada 1999 lalu.

Setahun berselang, Milla memimpin timnas Spanyol U-19 mentas di ajang Piala Eropa 2010 di Prancis. Eks pemain Barcelona dan Real Madrid itu memberi bukti RFEF tak salah memilihnya sebagai pelatih. Tim yang berisikan nama beken seperti David de Gea dan Thiago Alcantara tersebut sukses diantarkan ke babak final, namun kalah 1-2 dari tuan rumah.

Berkat keberhasilan itu, RFEF memberi kepercayaan kepadanya untuk menangani timnas Spanyol U-21 yang dipersiapkan berlaga di Piala Eropa U-21 2011 di Denmark. Dan disinilah puncak karier Milla sebagai pelatih. Dia sukses mempersembahkan gelar juara berkat kemenangan 2-0 atas Swiss di babak final.

Dihantui Kegagalan

Setelah sukses di level timnas, Milla memilih merantau ke Asia, dan klub Al-Jazira dari Uni Emirat Arab jadi pilihannya. Akan tetapi, kariernya di sini berbanding terbaik. Kegagalan paling mencolok adalah gugur di fase grup Liga Champions Asia.

Tergabung dalam Grup A bersama Al-Shahab, El Jaish, dan Tractor Sazi. Milla hanya mampu membawa anak asuhnya merengkuh sekali kemenangan. Mereka dipaksa menelan tiga kekalahan dan dua imbang sepanjang fase awal tersebut.

Sembilan bulan berkarier di Al-Jazira, Milla tak diperpanjang kontraknya. Dia sempat menganggur sekitar dua tahun sampai akhirnya ditunjuk sebagai pelatih CD Lugo, peserta kompetisi kasta kedua di Spanyol. Dan lagi-lagi di sini dia menemui kegagalan.

Satu musim membesut CD Lugo, pencapaian Milla hanya menjadi penghuni peringkat ke-14 klasemen akhir. Dari 42 pertandingan yang dilakoni, mereka hanya mampu mengoleksi 13 kemenangan, 15 kali imbang, dan mengalami 15 kekalahan.

Nasib lebih buruk dialami Milla ketika musim berikutnya menjadi pelatih Real Zaragoza di Segunda Division. Dia dipecat ketika baru 12 kali mendampingi anak asuhnya bertanding. Kekalahan 1-2 dari Real Valladolid di Copa del Rey, serta masing-masing empat kali imbang dan kalah di Liga membuatnya didepak oleh manajemen.

Dan beruntungnya, tawaran dari Indonesia datang hanya selang dua bulan dari pemecatannya. Sehingga, pria yang pensiun sebagai pemain di Valencia tersebut tak mengganggur dalam waktu lama. Bersama Skuat Garuda, dia diharap mampu memenuhi segala ekspektasi yang muncul.

Berbekal persentase kemenangan selama menjadi pelatih yang mencapai 46,7 persen, seperti dilansir laman Transfermarkt, Milla menyandang beban berat. Terlebih lagi, dalam beberapa tahun belakangan kinerja timnas Indonesia disorot tajam. Selamat bertugas, Coach!

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya