Persib Terkoyak, Deja Vu atau Karma?

Persib Bandung Kalah, Suporter Rusuh
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Risky Andrianto

VIVA.co.id – Dua pil pahit beruntun ditelan Persib Bandung. Kekalahan 0-1 di markas Bali United dan 0-2 saat dijamu Bhayangkara FC ibarat pukulan telak ke ulu hati Atep dkk. Sempat menjadi satu-satunya kontestan tak terkalahkan hingga laga ketujuh, kini mereka malah terjebak dalam prahara.
 
Persib gontai dan tercecer jauh dari jalur pacu juara Liga 1 2017, internal tim langsung goyah dan tidak kondusif. Kecewa, marah, sedih tercampur aduk. Posisi Djadjang Nurdjaman makin terjepit. Setelah dilibas Bhayangkara FC, ia memeluk satu per satu pemainnya dengan mata berkaca-kaca.  
 
Pelatih di belahan dunia mana pun sudah paham dengan risiko profesinya. Tak terkecuali Djadjang. Pelatih adalah orang pertama yang dimintai pertanggungjawaban ketika performa dan pencapaian skuat asuhannya melenceng dari harapan alias jeblok.  
 
Meski begitu, situasi dan kondisi Djadjang belum tentu sama dengan pelatih profesional di negeri yang sepakbolanya sudah lebih maju. Mereka independen dan beroleh otoritas penuh mengatur timnya secara teknis. Dalam konteks itu, saya tidak yakin Djadjang mendapatkannya di Persib.
 
Terkait empat pemain asing Persib, misalnya. Hanya Vladimir Vujovic yang berkontribusi besar dan selalu menjadi starter di delapan laga. Vujovic tampil 720 menit. Shohei Matsunaga hanya 411 menit, Michel Essien (371 menit), dan Carlton Cole (103 menit).  
 
Imbas regulasi pemain muda? Bisa jadi. Tapi, PSM Makassar yang kini memimpin klasemen mampu memaksimalkan empat pemain asingnya. Steven Paulie, Marc Anthony Klock, Wiljan Pluim, dan Reinaldo Elias selalu menjadi starter. Persib harus jujur mengakui gagal dalam urusan ini.
 
Manajer tim Umuh Muchtar sempat melontarkan kekecewaannya kepada media soal performa pemain asing, terutama marquee player Essien dan Cole. Itu dicetuskan Umuh seusai Persib ditahan Pusamania Borneo FC 2-2 di Stadion Gelora Bandung lautan Api (GBLA).  
 
Sinyalemen ini membuat kita bisa menerka plus terheran-heran: keputusan siapa di balik kedatangan dua marquee player Persib? Yang pasti bukan Djadjang. Sebagai pelatih, Djadjang kemudian dipersalahkan karena gagal meningkatkan kebugaran dan kinerja marquee player Persib, terutama Cole.
 
Kebijakan transfer dengan menumpuk banyak gelandang papan atas juga terbukti tidak efektif. Ada lima pemain senior di sana. Mereka adalah Hariono, Dedi Kusnandar, Kim Kurniawan, Raphael Maitimo, dan Essien. Jumlah bertambah dengan adanya pemain muda Gian Zola dan Ahmad Subagja Basith.  
 
Hasilnya? Permainan Persib tetap saja belum mengesankan sesuai harapan. Sebaliknya, Persib malah sering tampil monoton. Tidak sesuai dengan nama besar pemain yang berstatus gelandang.
 
Di saat Persib panik karena posisi di klasemen terus anjlok, bahkan kini terjepit urutan 11, saya jadi teringat kejadian tahun lalu. Di turnamen Indonesia Soccer Championship (ISC) A 2016 ketika itu, Persib tandang ke markas Bhayangkara FC. Pelatih Dejan Antonic juga dalam posisi terancam.  
 
Hasil akhir laga di luar dugaan. Persib kalah telak 1-4. Buntutnya, Dejan dipecat. Setahun kemudian di Stadion Patriot Chandrabhaga, Bekasi, Persib kalah 0-2 dari lawan yang sama. Buntutnya hampir pasti serupa pula. Jadi, entah bagaimana saya harus menyebutnya: de javu atau karma?

Persib Bandung dalam Atmosfer Bagus Jelang Lawan Borneo FC

(Tommy Welly, pengamat sepakbola nasional)

Pelatih Persib Bandung, Bojan Hodak

Pelatih Persib Puji Timnas Indonesia U-23 Lolos ke Perempat Final Piala Asia U-23

Pelatih Persib Bandung, Bojan Hodak memberikan pujian atas pencapaian Timnas Indonesia U-23 di Piala Asia U-23 2024 Qatar.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024