5 Bulan di Wilayah El Chapo, Guardiola Matangkan Filosofinya

Manajer Manchester City, Pep Guardiola.
Sumber :
  • Reuters / Eddie Keogh

VIVA.co.id – Pep Guardiola diketahui sangat mengagumi Johan Cruyff. Filosofi permainan yang membuatnya jadi manajer top di dunia sekarang ini, banyak terinspirasi dari legenda sepakbola Belanda itu. Namun, Guardiola ternyata menempuh perjalanan jauh, untuk mematangkan semua pemikirannya.

Bicara Kekalahan dari Madrid, Bek Barcelona Silang Pendapat dengan Xavi

Dilansir dari New York Times, Rabu 19 Oktober 2016, seorang mantan gelandang Argentina, Angel Morales, menceritakan kisah satu dekade silam. Satu hari di Hotel Lucerna, Culiacan, Meksiko, Guardiola menyampaikan visinya tentang gol yang sempurna.

Keduanya menghabiskan waktu lima bulan bersama, saat bermain untuk klub kecil Meksiko, Dorados de Sinaloa pada 2006. Sebelum dipercaya menangani Barcelona, Guardiola mencari saran dari beberapa figur, seperti Marcelo Bielsa dan Ferran Adria.

Real Madrid Vs Barcelona Seperti Final LaLiga

Jelang akhir masa bermainnya di Barcelona, Guardiola berkunjung ke Culiacan untuk menemui Juan Manuel Lillo. Guardiola terkesan dengan gaya permainan Lillo, setelah pertandingan antara Oviedo dan Barcelona pada 1998. Namun, baru beberapa tahun kemudian dia mencari Lillo, hingga ke sebuah kota berbahaya di Meksiko.

Ketika, itu Lillo hanya menjadi pelatih Dorados de Sinaloa, tim kecil yang bahkan kesulitan membayar gaji pemain mereka. Lillo harus melatih para pemainnya di taman. Dia tidak menduga, Guardiola bakal setuju saat dia memintanya menandatangani kontrak jangka pendek di klub itu.

Dikalahkan Real Madrid, Kiper Barcelona Kecam LaLiga

Culiacan adalah kota yang sangat berbahaya, ada di tengah wilayah yang dikendalikan organisasi kartel paling berkuasa di Meksiko, Sinaloa. Kelompok itu dipimpin oleh Joaquin Guzman Loera, atau lebih dikenal dengan julukan El Chapo. Lillo menyebut selalu ada kematian dan pembunuhan di sana.

Kerja sama keduanya tidak berakhir menyenangkan. Dorados terkena degradasi, dan Guardiola hanya bisa 10 kali bermain karena cedera. Namun, kesan yang ditinggalkan Guardiola disebut sangat besar. "Hanya dengan bermain bersamanya, melihatnya, mendengarnya, membuat saya jadi pemain lebih baik," kata mantan gelandang Dorados, Marco Mendoza.

Tujuan utama Guardiola, adalah mendapatkan semua pemikiran Lillo tentang sepakbola. Keduanya berbicara setiap hari, membahas dan bertukar ide tentang sepakbola. Namun, Lillo yang kini menjadi asisten pelatih Sevilla, menolak mengakui pengaruh dirinya pada Guardiola.

Lillo menegaskan mereka bukan guru dan murid. Dia menyebut cukup menyebut Guardiola sebagai teman, dia tidak perlu meyakini bahwa di Culiacan Guardiola mematangkan filosofinya, hingga menjadi pelatih hebat seperti sekarang.

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya