Dulu Pemain Timnas Indonesia, Kini Tukang Ayam Goreng

Mantan pemain Timnas Indonesia era Primavera, Supriyono Prima.
Sumber :
  • VIVA.co.id/M Ali Wafa

VIVA.co.id – Nama Supriyono Prima sangat lekat dengan pecinta sepakbola nasional era 1990-an. Maklum, dia merupakan pemain Timnas Indonesia di era Primavera.

Momen Tegang dan Panik Saat Bus Pawai Timnas U-22 Masuk Terowongan Semanggi

Berposisikan sebagai bek sayap, Supriyono menjadi salah satu pesaing kuat Aji Santoso. Dia menjadi salah satu pemain muda yang menjanjikan.

Tapi, Supriyono harus pensiun cepat, tepatnya saat usianya masih 23 tahun. Ketika itu, dia terpaksa pensiun lantaran kompetisi dihentikan akibat situasi force majeure.

5 Fakta Marselino Ferdinan, Pemain Timnas yang Lagi Viral

Kerusuhan yang terjadi pada Mei 1998 membuat kompetisi harus terhenti. Nasib kompetisi musim 1998/99 juga tak jelas. Akhirnya, di sana dia harus memilih jalan selain sebagai pesepakbola.

"Ketika itu, kondisi sepakbola nasional tak kondusif. Saya putar otak untuk bisa melanjutkan hidup selain dari sepakbola. Keluarga punya modal resep rahasia dan bisa dikembangkan. Akhirnya saya putuskan untuk buka usaha rumah makan yang mengandalkan menu ayam goreng," kata Supriyono kepada VIVA.co.id, baru-baru ini.

5 Fakta Iwan Bule Trending di Twitter Karena Unggahan Situs PSSI

Usaha Supriyono sudah berjalan selama sekitar 17 tahun. Rumah makannya bernama Ayam Nikmat, yang terletak di Jalan Sunda, Bandung.

Rumah makan ini cukup terkenal di Kota Kembang, dan termasuk ke dalam restoran yang menjadi favorit pemburu kuliner. Omzetnya pun terbilang besar.

"Saya juga sempat buka di Jakarta. Tapi, karena biaya operasional tinggi, akhirnya tutup. Perkembangan di Bandung ternyata lebih menjanjikan. Jadi, saya putuskan fokus mengembangkannya di sini," ujar pria yang juga berprofesi sebagai komentator tersebut.

Mantan pemain Timnas, Supriyono Prima, kini jadi pengusaha rumah makan

Apa yang terjadi dengan Supriyono bisa saja menimpa pemain di Indonesia sekarang. Seperti diketahui, PSSI telah menyiapkan aturan yang cukup ekstrem di sepakbola nasional.

Pemain di atas usia 35 tahun, akan dibatasi jumlahnya pada kasta Liga 1. Aturan lebih keras lagi kemungkinan diterapkan pada Liga 2. Setiap klub di Liga 2 dibatasi memiliki pemain di atas 35 tahun sebanyak lima orang saja.

Dengan kondisi ini, bakal lebih banyak pemain yang harus pensiun dini. "Kontrak pemain sekarang lebih besar. Seharusnya, mereka punya modal yang bagus untuk memulai usaha. Jangan pernah takut untuk memulai hal yang baru," kata Supriyono.

Salah satu tren yang menaungi para pesepakbola untuk membuka usaha, diungkapkan Supriyono, adalah gengsi dan takut. Gaya hidup yang sempat dilakoni para pesepakbola, pastinya akan bergeser jika mereka menjadi pengusaha rumah makan atau melakoni profesi lain.

"Intinya, jangan gengsi. Ketika mulai membuka usaha, saya masuk ke pasar. Pilih bumbu, ayam, dan lainnya, sendiri. Saya juga belajar masak dan sekarang bisa mengolah ayam goreng sendiri. Pesepakbola tak boleh gengsi dan takut. Dengan situasi sekarang, mereka harus siap dan punya modal untuk bekal pensiun nanti," terang Supriyono.

PSSI sebenarnya menawarkan jalan keluar kepada para pemain yang sudah berusia di atas 35 tahun untuk mengambil lisensi kepelatihan. Mereka diharapkan bisa menjadi pilar dalam pembinaan usia muda di Indonesia.

Terkait opsi ini, Supriyono pun angkat bicara. Menjadi pelatih SSB, belum tentu menjanjikan.

"Saya juga punya SSB. Belum tentu juga lahannya menjanjikan. Sebab, iuran dari siswa belum tentu mencukupi kebutuhan hidup. Jadi, pesepakbola harus memiliki alternatif lain," kata Supriyono. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya