Legalisasi Ganja Bisa untuk Eksperimen Kualitas Kesehatan

Jumlah ganja legal di Belanda
Sumber :
  • VIVAnews/Arfi Bambani Amri

VIVAnews - Selama ini di berbagai negara terjadi perdebatan mengenai legalisasi ganja. Banyak kekhawatiran tentang efek negatif ganja, tapi di sisi lain banyak yang menyatakan ganja baik bagi kesehatan.

Para ahli mengatakan, ada beberapa dampak negatif saat ganja digunakan untuk kesenangan atau non-medis. Namun kekhawatiran itu dianggap tak memiliki cukup bukti.

Terlepas dari segala macam perdebatan, para ahli menilai legalisasi ganja di Colorado dan Washington di Amerika Serikat bisa digunakan untuk eksperimen mengenai kualitas kesehatan masyarakat. Dengan demikian para peneliti bisa mengumpulkan informasi akan kerugian atau manfaat dari diberlakukannya legalisasi ganja di AS.

Selasa kemarin, undang-undang legalisasi ganja itu sudah disahkan di dua negara bagian tersebut. Dengan aturan ini, orang dewasa berusia di atas 21 tahun bisa memiliki dan membeli ganja seberat 1 ons untuk kesenangan atau fungsi non-medis.

Sebenarnya, hingga sekarang belum banyak penelitian dari topik kerugian atau manfaat dari legalisasi ganja. Bahkan ini berlaku juga di negara-negara yang sudah melegalkan ganja.

"Ini adalah pertanyaan empiris, dan akhirnya kita akan memiliki data untuk menilai itu," kata Rosalie Liccardo Pacula, Wakil Direktur Research Center Drug Policy, di RAND Corporation, dilansir dari Livescience.

Menurut Pacula, legalisasi ganja berpotensi memiliki dampak negatif. Ganja disebut Pacula bisa merusak memori, koordinasi, dan persepsi, dan dapat mempengaruhi kemampuan mengemudi. Ini tentu membahayakan keselamatan publik.

Beberapa studi juga telah mengungkap, mengemudi setelah beberapa jam menggunakan ganja berpotensi menyebabkan kecelakaan hingga dua kali lipat. Penelitian ini dilakukan oleh Guosha Li, epidemiologist di Columbia University Mailman School of Public Health, yang melakukan penelitian penggunaan ganja saat mengemudi. 

Penggunaan ganja dalam waktu lama juga dapat meningkatkan risiko kerusakan mental. Baru-baru ini ada studi yang menemukan hubungan antara penggunaan ganja di masa remaja, akan berdampak terhadap IQ yang rendah di masa depan.
 
Meski begitu, banyak juga ilmuwan yang mengatakan ganja memiliki dampak positif bagi kesehatan. Itu sebabnya ganja masih bisa digunakan untuk kepentingan medis di sejumlah negara atau negara bagian yang belum lakukan legalisasi ganja.

Misalnya saja, mengutip laman Bussiness Insider, psikiater Tod H Mikuriya telah berikan rekomendasi kepada pasiennya untuk terapi menggunakan ganja sejak tahun 1960an. Menurut Mikuriya, lebih dari 200 penyakit bisa diatasi dengan terapi ganja. Di antaranya dalah insomnia, gagap, dan premenstrual syndrome (PMS).

Bahkan National Cancer Institute sependapat dengan Mikuriya. Lembaga itu mengatakan ganja bisa digunakan untuk mengatasi efek samping dari kemoterapi, mencegah nausea (mual) dan muntah, meningkatkan nafsu makan, mengurangi rasa sakit, dan meningkatkan kualitas tidur.

Bussiness Insider pun menyebut manfaat lain ganja bagi kesehatan. Di antaranya adalah mencegah kebutaan akibat glukoma, mengendalikan penyakit epilepsi, dan mengurangi rasa cemas berlebihan. Adapun zat kimia cannabidiol di ganja dianggap bisa mencegah penyebaran kanker, dan zat aktif THC bisa mengurangi dampak penyakit Alzheimer.

Variabel Lain

Menurut Pacula berbagai studi yang mempelajari efek negatif dari ganja itu dilakukan pada populasi tertentu. Obyek penelitian seringkali merupakan orang-orang yang cenderung menggunakan obat-obat terlarang, dan bukan populasi secara keseluruhan.

Ia menambahkan, efek yang dihasilkan pada kesehatan masyarakat tergantung seberapa sering menggunakan ganja. Faktor lain yang patut dipertimbangkan untuk jadi variabel penelitian adalah penggunaan yang dilakukan secara bersamaan dengan alkohol (yang berpotensi meningkatkan kerusakan), potensi obat-obatan terlarang lain, dan jumlah remaja yang menggunakan.

Pacula pun beralasan, sangat masuk akal jika UU legalisasi ganja akan meningkatkan penggunaan ganja oleh remaja, meski belum jelas seberapa besar peningkatan itu.

Legalisasi ganja juga dapat memiliki dampak jatuhnya harga obat-obatan terlarang. Ini tentu berpotensi meningkatkan penggunaan obat-obatan terlarang, terutama di kalangan remaja.

Variabel lain yang belum diketahui adalah potensi obat-obatan terlarang lain untuk digunakan dalam fungsi non-medis. Potensi ini dapat bermacam-macam, dan potensi yang paling berbahaya adalah kerusakan mental.

"Ketika kita memiliki banyak pengetahuan tentang itu, maka akan bisa diketahui apakah tingkat kesehatan masyarakat itu akan bertambah baik atau makin berkurang," ucap Pacula. (adi)

Cole Palmer Jadi Pusat Perhatian Jelang Man City vs Chelsea
Direktur Jenderal Perkebunan Andi Nur Alam Syah dan Wali Kota Bogor Bima Arya

Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Kementan lepas ekspor komoditas kelor 21 ton ke Cina, komoditas kelapa 33 ton ke Yordania, komoditas teh 200 kilogram ke Turki dan Rusia.

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024