Risiko Bunuh Diri Seseorang Bisa Diprediksi

Sumber :

VIVAnews - Peneliti Indiana University School of Medicine menemukan cara memprediksi orang yang berisiko bunuh diri.

Dewas KPK Gelar Sidang Etik Nurul Ghufron 2 Mei terkait Dugaan Penyalahgunaan Wewenang

Penelitian itu berdasarkan analisis serangkaian penghasil gen RNA atau asam ribonukleat. RNA merupakan satu dari tiga makromolekul utama bersama DNA dan protein dalam darah, yang berperan penting dalam menyuplai nutrisi.

Dalam studi yang dilaporkan jurnal Molecular Psychiatry itu, para peneliti menemukan RNA pada tingkat yang signifikan pada darah pasien gangguan bipolar yang berpikir bunuh diri serta pada kelompok orang yang melakukan bunuh diri.

Dilansir laman Scienceblog.com, Rabu 21 Agustus 2013, peneliti utama studi yang juga profesor psikiatri dan medis ilmu saraf, Alexander B Niculescu III, MD, Ph.D meyakini, temuan itu jadi bukti pokok pertama yang memperingatkan secara dini seseorang yang berada pada risiko untuk bunuh diri.

"Bunuh diri adalah masalah besar dalam psikiatri, ini juga masalah besar dalam ranah sipil juga militer. Dan, tidak ada penanda objektif," kata Dr. Niculescu dari Director of the Laboratory of Neurophenomics, Institute of Psychiatric Research di IU School of Medicine.

"Siapa pun tidak akan mengungkapkan mereka memiliki pikiran untuk bunuh diri saat ditanya. Karena itu, kita perlu cara yang lebih efektif untuk mengidentifikasi, mengintervensi, dan mencegahnya," jelasnya.

Ekspresi Gen

Dalam menjalankan studi, Niculescu bersama beberapa koleganya mengikuti kelompok pasien yang didiagnosa mengalami gangguan bipolar. Masing-masing diwawancarai dan diambil sampel darahnya setiap tiga sampai enam bulan.

Selanjutnya, peneliti menganalisis tiap sampel darah dari yang diambil. Peneliti mengidentifikasi adanya perbedaan dalam ekspresi gen antara ekspresi rendah dan tinggi dari pasien.

Kemudian peneliti memperlakukan temuan itu dalam sistem analisis genetik yang disebut Convergent Functional Genomics. Sistem tersebut mengidentifikasi penanda terbaik dengan validasi silang dengan bukti lain.

Akhirnya peneliti menemukan penanda SAT1 dan serangkaian penanda lain yang memberikan sinyal kuat terkait dengan pikiran bunuh diri.

Tahap akhir, peneliti menganalisis hasil tes darah dari dua kelompok pasien tambahan dan menemukan kadar tinggi darah pada penanda berkorelasi dengan korban rawat inap yang kemudian bunuh diri. Temuan yang sama juga terjadi pada masa rawat inap yang terjadi sebelum tes darah.

"Tanda itu bukan hanya menunjukkan risiko saat ini saja, tapi juga jadi penanda sifat yang berkaitan dengan risiko jangka panjang," terang Dr Niculescu.

Sayangnya, semua pasien yang diteliti adalah laki-laki. Untuk itu peneliti akan melanjutkan studi dengan objek pasien perempuan dan kategori pasien yang lebih kompleks.

"Bunuh diri adalah kompleks, selain masalah kejiwaan dan kecanduan yang membuat orang lebih rentan, juga terkait masalah eksistensi kurangnya kepuasan dengan kehidupan seseorang, kurangnya harapan masa depan dan tidak merasa dibutuhkan," ujarnya. (umi)

Neta L

Neta Pamer Mobil SUV Baru Rp200 Jutaan

Neta, pabrikan mobil listrik asal China, memperkenalkan empat model Neta L di pasar domestiknya. SUV berdesain modern ini menarik perhatian dengan teknologi canggih dan j

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024