9 dari 10 Penduduk Eropa Hirup Udara Kotor

Ilustrasi polusi udara
Sumber :
VIVAnews -
Kapan Nama DKI Jakarta Berganti DKJ Resmi Digunakan?
European Environment Agency (EEA) atau Badan Lingkungan Eropa menyatakan di kota-kota Eropa telah terjadi pengurangan polusi emisi bahan kimia dalam skala besar. Tapi, saat ini lebih dari 90 persen penduduk Eropa masih terancam oleh bahaya polusi udara.

Pimpinan DPR Kompak Tak Mau Revisi UU MD3

Melansir
Puan Tegas Bilang Pemenang Pileg 2024 yang Berhak Jadi Ketua DPR
Newscientist, 17 Oktober 2013, Eropa sedang mempertimbangkan untuk melakukan pengetatan aturan terhadap polusi udara, karena sebagian besar negara di Eropa masih belum memenuhi standar keamanan polusi udara.


Menurut EEA, selama satu dekade terakhir, Eropa memang berusaha mengurangi polusi udara dengan menekan jumlah polutan —bahan penyebab pencemaran udara—, misalnya dengan uji emisi kendaraan bermotor dan pengolahan limbah. Namun, masih banyak polutan yang mengotori langit Eropa.


Berdasarkan penilaian terbaru EEA mengenai kualitas udara di Eropa, polutan yang paling banyak mengotori udara di Eropa adalah partikel kecil dengan diameter kurang dari 2,5 mikrometer, atau dikenal sebagai PM2.5.


Saat ini, 91 sampai 96 persen penduduk yang tinggal di kota-kota Eropa terkena dampak dari polutan PM2.5. Jumlah itu hampir sama dengan orang-orang Eropa yang terkena dampak konsentrasi berbahaya dari tingkat ozon tanah, yaitu sebanyak 97 sampai 98 persen.


Tingkat polutan PM2.5 tertinggi berada di negara-negara Eropa Timur, seperti Bulgaria dan Polandia. Sementara tingkat terburuk dari ozon tanah ditemukan di wilayah Italia utara.


Ganggu kehamilan


Sebelum EEA menerbitkan laporan mengenai tingkat polusi udara di Eropa, ada sebuah penelitian epidemiologi terbaru yang menyatakan bahwa polusi udara dapat menggunggu kehamilan, terutama pada janin.


Di antara 74.178 wanita di Eropa yang memiliki bayi pada tahun 1997-2011, rata-rata terkena dampak polutan PM2.5 yang sangat tinggi. Akibatnya janin mengalami pengurangan berat badan yang cukup signifikan.


"Temuan ini menunjukkan sebagian besar kasus pengurangan berat badan janin dapat ditekan dengan mengurangi tingkat polusi udara di Eropa, khususnya pada polutan-polutan berukuran kecil," kata Marie Pedersen, Peneliti dari
Centre for Research in Environmental Epidemiology
di Barcelona, Spanyol.


Dia menambahkan, tingkat polusi udara yang tinggi tidak hanya mempengaruhi kehamilan, tapi juga berdampak pada kesehatan jantung dan paru-paru.


Hasil penelitian tersebut adalah landasan utama bagi Uni Eropa untuk memperketat kualitas udara sesuai dengan rekomendasi World Health Organization (WHO).


"Kami akan terus berupaya mengubah kualitas udara di Eropa menjadi lebih baik. Uni Eropa harus segera membuat regulasi untuk memperketat aturan dan mengurangi tingkat polutan di langit Eropa," kata Hans Bruyninckx, Direktur Eksekutif EEA.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya