- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVAnews - Pembangunan di kota dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Gedung-gedung menjulang tinggi menghiasi pemandangan metropolitan.
Di satu sisi, ini merupakan kemajuan. Namun, di sisi lain, ini bisa berdampak negatif. Sebuah penelitian baru-baru ini menyebutkan kota-kota besar yang berada di pesisir laut terancam tenggelam.
Penelitian tersebut menyatakan beberapa daerah di dunia, khusus kota-kota yang dekat dengan laut, kontsruksi tanahnya akan turun 10 kali lebih cepat, sedangkan air laut malah makin meninggi. Hal ini dikarenakan aktivitas manusia yang ada di kota.
Berdasarkan laporan BBC, Rabu 30 April 2014, Gilles Erkens dari Deltares Research Institute di Utrecht, Belanda, mengungkapkan tanah di kota-kota besar di pesisir seperti Jakarta, Ho Chi Minh, Bangkok, dan kota lainnya mengalami penurunan konstruksi. Sebaliknya, permukaan air laut makin meninggi.
“Penurunan tanah dan kenaikan permukaan air laut secara bersamaan menimbulkan permasalahan yang lebih kompleks. Banjir bisa lebih lama karena genangannya besar pula,” kata Erkens.
Menurut dia, ada beberapa faktor yang bisa menghentikan bahaya itu. Salah satunya dengan tidak mengkonsumsi air minum yang berasal dari air tanah di kota dan mengalihkannya ke sumber air minum yang lebih aman.
Upaya Antisipasi
Tokyo dan Venesia merupakan kota yang mengalami musibah tersebut. Namun kedua kota itu belajar mengantisipasinya. “Tokyo dan Venesia sudah melakukan metode tersebut dan berhasil,” katanya.
Venesia yang terkenal dengan Kota Airnya, mengalami penurunan yang signifikan karena ekstraksi air dari bawah tanahnya.
Menurut peneliti dari University of Padova, Pietro Teatini, permasalahan yang dihadapi kota pesisir ini tergantung dari lokasi dan cara menanganinya.
“Seberapa dalam penurunannya itu tergantung dari padat tidaknya tanah di bawah bangunan tersebut,” kata Pietro Teatini. (ren)
Anggota DPR Salut Kejagung Berani Usut Dugaan Korupsi di Sektor Tambang
Keberanian Kejagung itu karena seperti mengusut dugaan kasus tambang yang merugikan negara hingga ratusan triliun rupiah.
