Pengamat: Validasi Registrasi Prabayar Bisa Contoh Perbankan

Ilustrasi.
Sumber :
  • REUTERS/Benoit Tessier
VIVAnews
Neta Pamer Mobil SUV Baru Rp200 Jutaan
- Operator menyambut baik program registrasi ulang pelanggan prabayar dan juga perubahan kebijakannya yang lebih ketat. Namun yang harus dipertanyakan adalah memastikan keakuratan data yang diberikan oleh pelanggan prabayar.

Dewas KPK Gelar Sidang Etik Nurul Ghufron 2 Mei terkait Dugaan Penyalahgunaan Wewenang

Pengamat telekomunikasi yang juga founder IndoTelko Forum, Doni Darwin menyambut gembira ada wacana untuk pembatasan aktivasi prabayar. Namun dirinya meminta pemerintah untuk lebih berhati-hati dalam melaksanakan program ini, tentunya dengan belajar dari program registrasi melalui SMS 4444 yang dijalankan 2005 lalu.
Media Asing Beri Julukan untuk Timnas Indonesia U-23: Tim Pengacau


"Obyektif dari aktivasi diperketat adalah data yang valid. Lalu apakah pemerintah bisa menyediakan komparasi data validasi, dalam hal ini data kependudukan dengan data pelanggan operator seluler?" katanya kepada
Vivanews
, Kamis, 17 Juli 2014.


Dikatakan Doni, tahun 2005, kala registrasi dijalankan, operator sempat kehilangan 25 persen pelanggan karena banyak nomor yang tidur.


"Sejak dulu isunya sama, validasi. Selama Indonesia tidak punya data kependudukan akurat, sama saja. Operator dan para outlet dibebani pekerjaan sia-sia dengan registrasi," paparnya.


Hal lain, dijelaskan Doni adalah aktivasi di outlet, juga masalah koordinasi dan pengawasan outlet.


"Ada 1.1 juta outlet dan banyak yang tidak berada di naungan distributor. Jika pelanggan harus datang ke outlet, lalu bagaimana dengan pelanggan di pelosok? Apakah harus ke kota hanya untuk memberikan data mereka? Energi operator selular akan habis hanya untuk urusan ini" ujarnya.


Lebih lanjut Doni menyarankan pemerintah untuk memfokuskan diri pada pola registrasi ulang pelanggan yang masih eksis saat ini dan memikirkan proses validasi.


"Tahun 2005 pelanggan sudah sukarela melakukan pendaftaran ke 4444. Namun tidak ada upaya untuk memvalidasi. Operator tidak mungkin dateng ke rumah pelanggan, memvalidasi satu per satu. Tapi bisa dengan outbound call atau meminta pelanggan untuk mengirimkan NPWP atau KTP melalui fax atau email. Mirip seperti validasi di perbankan," usulnya.


Menurutnya pola validasi yang selama ini dilakukan oleh perbankan merupakan proses yang paling mungkin dan masuk akal. Hanya mungkin, yang paling harus diperhatikan adalah bagaimana memvalidasi pelanggan yang menggunakan sim card untuk layanan data atau M2M.


"Perbankan rigid saja, validasinya masih nakal. Tapi mengadopsi pola validasi bank paling masuk akal," katanya.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya