Penyembuh Ebola Ditemukan, Ilmuwan Masih Ragu

Petugas medis memeriksa darah pasien ebola di Sierra Leone
Sumber :
  • REUTERS/Tommy Trenchard
VIVAnews
Depok Jadi Tuan Rumah Pembukaan Pendaftaran PPK untuk Pilkada 2024
- Para ilmuwan di Amerika sedang berupaya keras bekerja di dalam lab karantina. Mereka ingin segera menemukan obat yang berpotensi sebagai penyembuh Ebola.

KPK Siap Dampingi Program Makan Siang Gratis Prabowo-Gibran dari Potensi Korupsi

Baru-baru ini mereka mengaku telah menemukan sebuah molekul kecil yang bisa menyelamatkan monyet dan hewan pengerat dari virus yang paling mengerikan. Salah satunya adalah Ebola yang bisa menyebabkan pendarahan dan kematian melalui gagal organ pada tubuh.
5 Fakta Menarik Jelang Duel Manchester United vs Sheffield United


Molekul tersebut bernama BCX4430, yang mirip sekali dengan molekul 'A', salah satu bagian pembentuk DNA: adenosine. Adenosine merupakan salah satu dari empat dasar bagian dalam DNA, yang juga digunakan dalam gen virus berbasis RNA, seperti Ebola.


Akan tetapi karena BCX4430 sangat mirip dengan Adenosine, para ilmuwan memprediksi molekul ini hanya bisa mencegah perkembangan anggota keluarga virus Filoviridae, seperti Ebola. Perkembangan virus di dalam sel tubuh bisa diblokir.


Namun, dilansir melalui
Science Alert
, Kamis, 31 Juli 2014, para ilmuwan ternyata salah duga. BCX4430 tidak hanya bisa mencegah perkembangan dan reproduksi virus tapi juga menghentikannya.


Dalam penelitian itu, tim ilmuwan melibatkan sebuah monyet Macaque yang telah lebih dulu diinfeksi oleh virus Marburg yang mematikan. Virus ini merupakan keluarga dekat Ebola. Si monyet diberi dosis BCX4430 dalam sehari selama 14 hari.


Hasilnya, monyet yang tidak diberikan perawatan dua dosis BCX4430 setiap hari, menemui ajalnya di hari ke-12. Yang berhasil bertahan hidup hanyalah monyet yang diberikan perawatan BCX4430 secara rutin. Bahkan seekor monyet tetap bertahan hidup meski diberikan perawatan 48 jam setelah mereka terinfeksi.


Untungnya, hanya virus yang ada di dalam tubuh yang diserang oleh BCX4430. Ini membuktikan jika sel tubuh manusia dan monyet bisa beradaptasi dengan baik dengan molekul tersebut.


Dalam uji coba tersebut juga ditemukan bahwa BCX4430 cukup potensial untuk digunakan memerangi beragam virus lainnya, termasuk SARS, Influenza, campak dan demam berdarah.


Namun begitu, para ilmuwan tersebut belum berani memastikan penemuannya. Pasalnya, masih dibutuhkan tes pada manusia untuk membuktikan keampuhan BCX4430. Tetap saja, ini menjadi berita yang cukup menggembirakan di tengah kekhawatiran penyebaran virus mematikan macam Ebola.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya