Luar Angkasa Bikin Astronaut Mandul?

Astronot Rusia
Sumber :
  • VIVAnews

VIVAnews - Perjalanan ke luar angkasa yang terlalu lama dikhawatirkan membuat para astronaut menjadi tak subur. Dalam sebuah eksperimen kepada hewan percobaan menunjukkan, organ reproduksi betina dan jantan terdampak oleh kondisi nol gravitasi dan radiasi.

Dikutip dari laman The Telegraph edisi 26 Oktober 2014, temuan itu dikhawatirkan akan menghambat misi perjalanan ke Planet Mars. Para ilmuwan juga menduga, radiasi di luar angkasa juga akan merusak ovarium astronaut perempuan dan produksi sperma pria.

Meskipun sebagian besar astronaut sudah memiliki keluarga saat mereka pergi ke luar angkasa, Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) sangat memperhatikan masalah ini. Sehingga, NASA menawarkan pembekuan telur dan sperma para astronaut.

Badan antariksa AS kini sedang meneliti kegiatan perkawinan sekelompok tikus di International Space Station (ISS) untuk menentukan seberapa serius masalah ini.

Sebelumnya, studi Rusia menunjukkan bahwa tikus jantan dan betina yang dikirim ke luar angkasa tahun 1979, tidak kawin sama sekali. Studi lain tubuh tikus jantan yang ditempatkan di simulator gravitasi nol, tak bisa lagi memproduksi sperma.

Joseph Tash dari Departmen Departemen Molekuler dan Fisiologi Integratif di University of Kansas mengatakan, ada kekhawatiran bahwa para astronaut akan mengalami efek yang sama dengan tikus itu. “Kami memang tak punya data dampak pada manusia. Tapi, kami melihat betapa besarnya dampak pada hewan," kata dia.

Dia juga mengungkapkan, hewan jantan pada percobaan itu tetap memiliki dorongan seksual yang kuat. Sehingga, kata dia, kemungkinan astronaut bisa saja kembali ke Bumi tanpa ada perubahan perilaku. Namun, mereka mungkin tidak menyadari ada masalah ketika ingin memiliki bayi.

“Ini masalah potensial yang perlu diperhatikan. Tentu saja ahli bedah di Johnson Space Centre menyarankan astronaut pria menjalani kriopreservasi semen dan astronaut perempuan diminta mengawetkan telur mereka untuk antisipasi," jelasnya.

Tash yakin, penerbangan ke luar angkasa akan mengganggu reaksi kimia dalam tubuh, terutama berkaitan dengan reproduksi.

Para astronaut juga menghadapi berbagai masalah jika berada dalam kondisi nol gravitasi yang dikenal dengan sindrom penerbangan luar angkasa (space flight syndrome). Misalnya, massa tulang berkurang dan percepatan penuaan sel-sel tubuh.

Radiasi kosmik juga diduga akan membahayaan kesuburan. Dan, tingkat bahaya itu akan meningkat dalam 20 tahun ke depan karena Matahari sedang memasuki fase tenang, dimana angin surya lebih sedikit untuk menjaga galaksi kita dari radiasi.
 
Mata

Dua Mobil Premium BMW Bakal Layani Antar Jemput Pasien RS

Sekitar 80 persen astronaut pria juga dilaporkan mengalami penglihatan setelah enam sampai delapan bulan di luar angkasa. Saat kembali ke Bumi, mereka biasanya memerlukan kaca mata.

Pakar kesehatan yakin, gangguan penglihatan ini disebabkan perpaduan antara radia dan mikro-gravitasi. "Testis dikenal sebagai bagian dari tubuh yang paling sensitif terhadap radiasi. Mata adalah berikutnya yang paling sensitif," kata Tash.

Diberitakan sebelumnya, kru pertama misi The Mars One akan mendarat di sana tahun 2025. Namun, penggagas misi ini sudah memperingatkan para relawan mengenai kondisi luar angkasa. Astronaut yang ke Mars mungkin akan terpapar radiasi level tinggi. Tak hanya karena lamanya misi ini--enam sampai delapan bulan-- tapi astronaut juga akan melakukan perjalanan di luar medan magnet Bumi, yakni sabuk Van Allen.

Namun, Tash meragukan masalah yang sama akan dihadapi para turis luar angkasa. Seperti diketahui, Virgin Galactic berencana meluncurkan perjalanan komersial ke luar angkasa. “Itu jenis paparan saya pikir, tidak cukup panjang-- dalam konteks radiasi untuk membuat banyak perbedaan," kata dia.

Dan, luar angkasa pun berdampak unik pada sperma. Dua eksperimen menunjukkan bahwa sebetulnya sperma bisa berenang lebih cepat di luar angkasa. Kemungkian karena ekor sperma bisa tumbuh lebih panjang di kondisi nol gravitasi. Penelitian ini dipresentasikan di pertemuan American Society for Reproductive Medicine, Hawaii.

Ilustrasi memakai sunscreen

Direkomendasikan oleh IDI, Apa Sih Physical Sunscreen Itu?

Memakai sunscreen atau tabir surya saat keluar rumah sangat penting, terlebih Indonesia merupakan negara tropis yang 'bersahabat' dengan sinar matahari.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024