Tangkal Ebola, Peneliti Kanada Andalkan Otak Virtual

Ilustrasi Ebola
Sumber :
  • iStock

VIVAnews - Wabah virus ebola menjadi perhatian dunia. Beberapa percobaan vaksin dilakukan peneliti untuk mencegah jatuhnya korban yang lebih banyak.

Tak ketinggalan, tim peneliti Universitas Toronto Kanada turut berpacu untuk menemukan cara mujarab menangkal virus yang telah menewaskan hampir 5.000 orang dan telah menginfeksi lebih dari 13 ribu orang di seluruh dunia.

Melansir Mashable, Rabu 5 November 2014, peneliti Kanada menggunakan terobosan teknologi kecerdasan buatan untuk menemukan cara menangkal virus mematikan itu. Terobosan ini diklaim mampu memprediksi efektivitas obat baru untuk virus, secara lebh cepat, yakni 150 kali lebih cepat dibandingkan metode saat ini.

Health Minister Ensures Hospitals Ready to Handle Dengue Patients

Tim peneliti berkolaborasi dengan sebuah start up, Chematria, yang menyediakan komputer super cepat di Kanada untuk simulasi dan analisis jutaan obat potensial untuk ebola. Peneliti mengatakan, algoritma yang dibawa start up ini digunakan untuk memprediksi efektivitas obat tersebut dalam melawan ebola.

Peneliti mengklaim proses penilaian efektivitas obat itu tak butuh waktu yang berlama-lama dan gelontoran dana yang sangat banyak. Cara yang dikembangkan peneliti diklaim hanya butuh waktu beberapa pekan dan tak perlu pengujian fisik yang menghabiskan biaya di laboratorium.

Sistem analisis ini bekerja dengan memanfaatkan simuasi otak virtual. Di dalamnya, sistem akan mempelajari bagaimana obat-obat bekerja. Dengan analisa ini, otak virtual Chematria bisa memprediksi sejauh mana efektivitas obat hipotetis.

Respons Nagita Slavina Saat Tyas Mirasih Ingin Jual Tas demi Biaya Pengobatan

"Apa yang sedang kami coba bakal dianggap fiksi ilmiah, tapi kami akan mengeksplorasi kemungkinan efektivitas jutaan obat. Dan dengan teknologi kami, itu hanya butuh beberapa hari saja," jelas Dr Abraham Heifets, salah satu pendiri da CEO Chematria.

Chematria bekerja digambarkan sebagai platfrom penemuan obat virtual, yang bakal membantu perusahaan farmasi dalam menentukan molekul mana yang bisa dijadikan obat melawan ebola.

Belum lama ini, Chematria meluncurkan proyek untuk ebola. Dengan menggunakan algoritma, perusahaan ini mengevaluasi molekul yang telah melewati uji klinis dan terbukti aman. Dengan demikian, proses penanganan orang yang membutuhkan pengobatan bsa segera dilakukan dengan cepat.

"Dalam situasi pandemi, Anda berada dalam tekanan waktu yang serius," ujar dia.

Terkait cara menggunakan kecerdasan buatan itu, Dr Jeffrey Lee, profesor departemen patobiologi dan laboratorium obat Universitas Toronto, mengatakan timnya berada di tahap awal mengidentifikasi senyawa yang bisa melawan ebola. Dan hasilnya menawarkan hal yang cukup menjanjikan.

"Kami berfokus pada mekanisme ebola untuk mengaitkan pada sel yang terinfeksi. Jika kita dapat menghentikan proses itu dengan obat baru, maka kita bisa mencegah replikasi virus," ujar Lee yang bekerjasama dengan Chematria.

Teknologi Chematria ini telah digunakan untuk penelitian malaria, multiple sklerosis, leukimia dan penyakit lainnya. (ita)

Kubu Anies dan Ganjar Ingin Hadirkan Menteri jadi Saksi di MK, Airlangga Hartarto Beri Jawaban
Prabowo Subianto

Kunjungan ke Luar Negeri, Prabowo Subianto Akan ke China dan Bertemu Xi Jinping

Menteri Pertahanan juga pemenang Pilpres 2024 Prabowo Subianto akan mengunjungi Beijing China, pada 31 Maret-2 April 2024. Prabowo dijadwalkan bertemu Presiden Xi Jinping

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024