NASA Didesak Jangan Dulu Pikirkan Misi ke Planet Mars

Konsep pesawat misi Mars One mendapat di permukaan Planet Mars
Sumber :
  • spaceindustrynews.com

VIVA.co.id –  Ada dua program misi besar yang disasar oleh Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), yakni mengirim manusia ke Bulan dan juga memberangkatkan misi berawak ke Mars. Tetapi, dua program tersebu dikritik, salah satunya oleh Komite Sains, Antariksa, dan Teknologi dari Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat.

Bisa Dihuni Manusia, Ini 10 Fakta Stasiun Luar Angkasa ISS

"Saat ini masa depan program pengiriman manusia oleh NASA jauh dari kejelasan," ujar mantan Direktur Goddard Space Flight Center NASA, Tom Young, seperti dikutip Space, Jumat 5 Februari 2016.

Tom beralasan dengan ada dua program itu, maka fokus yang dijalankan oleh NASA akan terpecah, karena mereka harus menjalankan program secara bersamaan. Sejauh ini, NASA banyak menaruh perhatian untuk misi ke Mars dengan mengampanyekan bahwa manusia bisa pergi ke Planet Merah itu pada 2030-an.

Stasiun Luar Angkasa AS-Rusia Masuk Dalam Ketegangan Geopolitik

Tapi disayangkan, secara bersamaan NASA melupakan sesuatu kalau mereka tengah dihadapi banyak rintangan, mulai dari teknologi hingga fiskal dalam mewujudkan mengirim manusia ke Mars.

"Ada perdebatan terus-menerus tentang kita harus pergi ke Bulan atau Mars atau keduanya. Jelas, sekali lagi, bahwa kita tidak dapat melakukan keduanya. Ada kebutuhan untuk memusatkan perhatian kita, kemampuan, dan sumber daya pada satu pilihan," jelas Tom.

Sampah China Diburu Amerika

Pensiunan Direktur Departemen Luar Angkasa Universitas Johns Hopkins, Amerika Serikat, John Sommerer mengemukakan dalam lingkungan fiskal seperti sekarang, tidak ada jalur yang baik untuk ke Mars. Sommerer memperkirakan misi berawak ke Mars akan dilakukan antara 20-40 tahun dari sekarang. Artinya, paling lambat manusia bisa terealisasi pada 2050-an.

Namun masih ada syaratnya, apabila anggaran misi berawak mencapai US$9 miliar tetap konstan dengan penambahan inflasi, maka nanti bisa menjadi US$180 miliar dengan kondisi daya beli sama seperti sekarang, maka manusia akan bisa merasakan misi tersebut.

"Mungkin lebih baik berhenti berbicara tentang Mars, jika tidak ada keinginan besar dari Kongres dan Pemerintah AS untuk menganggarkan misi berawak dengan lebih tinggi lagi dan tidak ada kemauan untuk memotong program," ucapnya.

Sementara mengenai misi berawak ke Bulan dirasa memungkinkan. Seperti yang dikatakan oleh anggota panel Paul Spudis, yang merupakan ilmuwan senior dari Universities Space Research Association. Dia mengungkapkan alasan kenapa NASA harus kembali meneliti ke Bulan.

"Infrastruktur untuk ke Bulan dari kendaraan transportasi, pementasan node, habitat ruang dalam, pembangkit listrik, dan bahan bakar yang mencukupi," kata dia.

Bahkan, kata dia, manusia dapat mengembangkan potensi yang ada di Bulan, yakni panen air untuk menjaga kelangsungan hidup manusia di luar angkasa. Serta memecah persoalan persediaan oksigen dan hidrogen sebagai bahan bakar di pesawat luar angkasa.

"Program antariksa Amerika Serikat itu berantakan. Apa yang kita butuhkan adalah seperangkat logis untuk mengatur jangka pendek, tujuan merealisasi misi antariksa tidak hanya menarik untuk diri sendiri, tapi pencapaian yang akan mampu membangun jangka panjang," tutur Spudis. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya