Facebook Rilis 'Pembunuh' Call Center

Mark Zuckerberg
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Facebook mengembangkan kemampuan fitur percakapannya, Messenger. Situs jejaring sosial populer itu telah memungkinkan para pengembang menciptakan “chatbot” pada aplikasi Messenger-nya. Dengan langkah tersebut, maka Facebook kian mendekatkan pengguna untuk terhubung dan bisa makin leluasa berkomunikasi dengan entitas bisnis.

Puluhan Pelaku Kejahatan Diciduk Polres Depok, 2 di Antaranya Tega Bacok Korban

Dikutip dari Reuters, Rabu 13 April 2016, “chatbot” merupakan program otomatis yang membantu pengguna berkomunikasi dengan entitas bisnis. Diharapkan, komunikasi itu akan bisa membawa pada pembelian online melalui Messenger. Secara sederhana, “chatbot” merupakan program komputer yang dirancang untuk menyimulasi percakapan dengan pengguna di internet.

Facebook bermaksud menghadirkan “chatbot” sebagai cara baru pengguna untuk terhubung dengan bisnis. Strategi ini juga dianggap akan mengancam layanan call center tradisional dan makin efisien dalam biaya operasional beberapa entitas bisnis.

Facebook dan Instagram Down, Pengguna Ramai-ramai Ngeluh di X: Sudah Beberapa Jam Tumbang Semua!

"Jadi, Anda tidak akan pernah lagi menghubungi 1-800 Flowers (untuk membeli bunga) lagi," ujar Chief Executive Officer (CEO) Facebook, Mark Zuckerberg dalam konferensi pengembang F8 di San Francisco, AS.

Platform messaging lain seperti Slack, Kik, dan Telegram sudah lama memperkenalkan layanan seperti “chatbot”. Tapi, “chatbot” Facebook punya modal yang cukup berbeda.

Facebook dan Instagram Down! Pengguna Ngeluh di X dan Jadi Trending Topic

Sebab, ada sekitar 900 juta pengguna Facebook yang memakai Messenger. Dengan modal itu, pengembang akan bisa menciptakan "chatbot” yang bisa mencapai pengguna dengan layanan tertentu, misalnya booking maskapai, pemesanan restoran, dan lainnya.

"Dari enterprise atau perspektif pengembang, mengakses 1,6 miliar orang (pengguna Facebook) adalah sangat menarik. Orang seperti mempersonalisasi pengalaman dan saat “chatbot” bisa mengingat detail personal," kata Lauren Kunze, prinsipal Pandotabot, yang mengembangkan dan memasang “chatbot” bagi beberapa perusahaan sejak 2002.

Perusahaan teknologi telah lama mengenal “chatbot”, namun mereka sangat berhati-hati. Terlebih usai pengalaman tak menyenangkan Microsoft yang merilis “chatbot” bernama Tay. Masalahnya, “chatbot" Microsoft itu merilis percakapan rasis dan seks usai dimanipulasi oleh pengguna Twitter pada bulan lalu. Makanya, Microsoft langsung cepat menarik Tay dari internet.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya