VIDEO: Penari Balet Ini Berubah Jadi 'Robot' Tiap Ada Gempa

Penari balet asal Spanyol, Moon Ribas
Sumber :
  • www.sputniknews.com

VIVA.co.id – Ada cara unik dilakukan penari balet asal Spanyol, Moon Ribas, untuk turut merasakan gempa yang terjadi di berbagai wilayah di belahan dunia.

Turun Gunung Atasi Kebakaran Gudang Amunisi Kodam Jaya, Ini Kecanggihan Robot Damkar DKI

Ribas menanamkan sebuah mikrochip di sikunya untuk bisa merasakan gempa di berbagai belahan dunia. Dengan sensor mikrochip yang terkoneksi dengan seismograf secara online, mikrochip yang ada di tubuhnya mengirimkan sinyal dan menghasilkan getaran di tubuhnya. Getaran tersebut mewakili kekuatan gempa yang terjadi di belahan dunia.

Dikutip dari Sputniknews, Minggu 22 Mei 2016, Ribas yang merupakan pendiri dari Cyborg Foundation itu mengatakan usai memakai mikrochip tersebut, dia mengaku hampir tiap saat 'diganggu' oleh getaran dari sinyal mikrochip tersebut.

Robot Bergerak Bantu Padamkan Kebakaran Gudang Munisi TNI Ciangsana Bogor

"Saya masih terbiasa dengan perasaan getaran yang konstan, termasuk di malam hari," kata dia.

Bicara soal getaran yang dirasakan, Ribas menjelaskan seperti merasakan irama dalam jantungnya sendiri. Getaran yang timbul tergantung intensitas gempa bumi.

Getaran yang dirasakan kadang lebih kuat, tapi bisa juga lebih lemah. Sejak memakai mikrochip tersebut, dia mengatakan tak pernah mematikannya dan merasa getaran kecil gempa nyaris terus menerus muncul di tubuhnya.

Arab Saudi Perkenalkan Humanoid Baru, Robot Pria Ini Malah Lakukan Hal Tak Senonoh di Depan Publik

Sang penari balet itu mengatakan, dengan memakai mikrochip tersebut, dia makin dekat dan merasakan apa yang dirasakan oleh para korban gempa.

"Jika suatu tempat di mana pun terjadi gempa besar, saya akan bangun. Saat gempa tersebut berdampak pada kehidupan masyarakat, saya merasakan hal aneh. Karena rasa baru pada saya itu menghubungkan saya, bukan hanya ke planet ini, tapi juga ke orang lain," ujar dia.

Dia mencontohkan saat gempa terjadi di Nepal pada tahun lalu. Ribas ikut merasakan getarannya, meskipun dia terpisah jauh dari Nepal. Ribas mengatakan gempa selalu terjadi dan akan terus terjadi, sebab fenomena itu adalah hal yang alamiah.

Tapi menurutnya, saat ini faktanya orang belum beradaptasi dengan fenomena alami itu. Meskipun setiap orang menyadari Bumi secara konstan bergerak secara evolusioner, tapi menurutnya masyarakat modern saat ini masih punya cara berbeda dalam melihat fenomena gempa.

"Kita belum mempelajari bagaimana kehidupan pada planet kita," ujar dia.

Ribas berpandangan menanamkan chip ke dalam tubuhnya untuk bisa merasakan gempa, adalah hal yang penting. Bukan soal merasakan getaran di tubuhnya tiap ada gempa, tapi lebih dari itu, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menyadari fenomena ini dan mencoba berempati dengan para korban.

"Ini hanya sensasi fisik saja. Jauh lebih penting adalah memperluas kesadaran seseorang, memperdalam perasaan dan lebih memahami (gempa). Saya pikir itu sangat penting untuk punya chip dalam tubuh, agar kita bisa lebih mengembangkan perasaan ini," jelasnya.

Langkahnya menanamkan chip dalam tubuh itu juga merupakan kritik bagi generasi saat ini yang menurutnya punya bias. Hal itu tergambarkan dalam berbagai film sains fiksi, yang menunjukkan bagaimana persatuan antara orang dan teknologi malah menyebabkan hal yang tak baik, dianggap mengancam dan lain sebagainya.

Ribas mengaku mulai mengaplikasikan teknologi tersebut dalam tariannya, termasuk saat menjalani pelatihan di School for New Dance Development di Amsterdam, Belanda. Jadi dalam tiap performa menari, dia menunggu getaran gempa. Begitu getaran terasa, dia menari, menyesuaikan dengan intensitas besar dan kecilnya gempa.  

Sebagai pendiri Cyborg Foundation, dia memiliki tanggung jawab untuk melindungi hak cyborg atau organisme sibernetik dan memperluas bantuan kepada orang yang memutuskan untuk berubah menjadi cyborg.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya