Lithium Metal, Baterai Tahan Lama Pesaing Lithium-Ion

Baterai ponsel
Sumber :
  • pacebutler

VIVA.co.id – Jenis baterai baru digadang akan mampu membuat daya tahan baterai lebih lama. Baterai itu baru akan diperkenalkan tahun depan.

Cara Menemukan Ponsel Hilang Meski Baterai Mati

Teknologi dalam baterai tersebut dinamakan lithium-metal. Pengembangnya mengklaim teknologi tersebut dapat menyimpan ion dua kali lebih banyak ketimbang lithium-ion (li-ion).

Diketahui, ion merupakan partikel yang mampu menyimpan daya dalam sebuah baterai. Baterai lithium-ion digunakan untuk produk-produk smartphone yang ada saat ini. Sayangnya daya tahan baterai smartphone sekarang tidak mampu sampai seharian penuh.

Kaca Anti Pecah untuk Layar Ponsel, Bisa Jadi Panel Surya

Dilansir dari Telegraph.co.uk, lithium-metal memungkinkan para manufaktur untuk bisa memproduksi baterai sekecil mungkin namun tetap dengan kapasitas yang lebih besar. Atau bisa juga baterai tersebut dibuat seukuran dengan yang ada sekarang namun daya tahannya bisa dua kali lipat lebih lama.

Daya tahan baterai selalu menjadi permasalahan bagi pabrikan smartphone saat ini. Hampir semua ponsel pintar yang ada di pasaran hanya mampu bertahan kurang dari 24 jam. Sayangnya teknologi li-ion memiliki keterbatasan kimiawi sehingga tidak bisa dikembangkan lagi.

Mitos dan Fakta Baterai Ponsel Awet

Yang menarik, teknologi lithium-metal bisa juga digunakan untuk baterai laptop, wearable dan otomotif. Rencanananya, baterai lithium-metal untuk smartphone, laptop dan perangkat wearable akan diluncurkan tahun depan, sedangkan untuk kepentingan mobil listrik, baru akan diluncurkan tahun berikutnya.

Pengembang lithium-metal adalah SolidEnergy Systems, sebuah perusahaan yang dibangun dari Massachusetts Institute of Technology.

Dijelaskan pihak pengembang, dalam teknologi baterai li-ion, semua ion berpindah dari katoda grafit yang diisi daya secara negatif ke anoda yang diisi daya secara positif. Prosesnya dilakukan melalui solusi yang disebut dengan elektrolit, mengirimkan elektron yang tersemat ke ion melalui sirkuit yang mengisi daya perangkat, seperti ponsel atau laptop.

Karena grafit terbukti hanya mampu menyimpan sedikit ion, peneliti kemudian menggantinya dengan kertas timah, yang mampu menahan lebih banyak ion. Namun dalam penelitian itu diketahui jika kertas timah bereaksi buruk terhadap elektrolit, menyebabkan kelebihan panas, berpotensi mengeluarkan api, dan menghilangkan kapasitas dengan cepat.

"Kami pun menemukan solusi berupa elektrolit hybrid, yang tidak bereaksi buruk terhadap kertas timah lithium-ion. Ini membuatnya aman dan bisa diandalkan untuk pengisian daya sehari-hari. Elektrolit hybrid bisa disamakan dengan harapan baru untuk teknologi baterai," ujar CEO SolidEnergy, Qichao Hu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya