Trump Menang, Ilmuwan Dunia Marah dan Depresi

Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat.
Sumber :
  • REUTERS/Mike Segar

VIVA.co.id – Kemenangan Donald Trump dalam pertarungan Pemilihan Presiden Amerika Serikat melawan Hillary Clinton disambut kekecewaan sebagian ilmuwan yang berkarier di Negeri Paman Sam. 

Samudra Tersembunyi Ditemukan di Perut Bumi, Tiga Kali Lebih Besar dari Lautan Biasa

Banyak peneliti dari luar AS yang berpikir meninggalkan Negeri Adi Daya tersebut. Ada juga yang mengkhawatirkan dampak Trump terhadap riset di AS, pengurangan pendanaan untuk ilmu pengetahuan sampai fokus pemerintahan Trump untuk perubahan iklim. 

Dikutip dari Nature, Kamis 10 November 2016, peneliti pascadoktoral elektrokimia dan konversi energi terbarukan di Technical University of Denmark, Maria E. Escribano mengaku dengan kemenangan Trump, dia mempertimbangkan untuk memilih pulang kampung ke Eropa

5 Fakta Menarik Gerhana Matahari Total pada 8 April 2024

"Kemenangan ini mengerikan bagi ilmu pengetahuan, riset, pendidikan dan masa depan Bumi kita. Saya pertimbangkan ini waktunya bagi saya untuk pulang ke Eropa," tulis peneliti itu dalam akun Twitter @MariaEsEsc. 

Sementara peneliti neurologi dari Peking University, China, Yi Rao mengaku prihatin dengan hasil pemilihan Presiden AS tersebut. 

Ilmuwan Selangkah Lagi Menemukan Alien

Yi Rao mengatakan, dia merasa sedih untuk ilmuwan AS yang akan terancam dengan kebijakan Trump yang kurang peduli dengan dunia ilmu pengetahuan. Rao pun menyarankan agar peneliti yang merasa tak nyaman dengan kemenangan Trump bisa pindah dan tinggal di China. 

Kekhawatiran Trump akan mengurangi pendanaan penelitian makin membuat peneliti merasa was-was dengan masa depan mereka di AS. 

Mahasiswa doktoral yang mempelajari DNA dan penyakit Lyme, Sarah Hengel mengaku khawatir dengan pendanaan riset di masa Trump. 

"Saya menjalani riset kanker payudara untuk studi doktoral saya. Menakutkan, bukan hanya masa depan saya tapi juga masa depan riset dan bujet penelitian National Institutes of Health di tahun mendatang," ujar Sarah dalam akun Twitternya, @Science_SRH. 

Nada kecewa juga terlontar dari Peter Peregrine, pakar antropologi Lawrence University di Wisconsin dan Santa Fe Institute di New Mexico, Amerika Serikat.

"Saya pusing, marah dan depresi. Perasaannya seperti saya mendapat komentar penolakan dari pengulas paper yang merobek karya saya," ujar dia. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya