3 Langkah Penting Menuju Revolusi Industri Keempat

Ilustrasi Revolusi Industri 4.0.
Sumber :
  • www.pixabay.com/geralt

VIVA – Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla mengatakan, revolusi mental akan terus dijalankan untuk mengubah pola pikir negatif, serta ketakutan terhadap revolusi industri keempat.

Rektor IPDN Mendorong Kesiapan Hadapi Revolusi Industri

Menurut dia, transformasi teknologi yang pesat ini merupakan tantangan dalam mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Untuk itu, dalam menghadapi era Revolusi Industri 4.0 dan strategi Making Indonesia 4.0, diperlukan sumber daya manusia yang unggul dan menciptakan inovasi.

"Sekarang ini yang diperlukan gaya kepemimpinan berbasis sistem, bukan lagi kepemimpinan yang ‘silo’ (tertutup dalam berbagi informasi). Esensi dari proses transformasi tersebut terdiri dari tiga langkah," kata JK, dalam keterangannya, Jumat 8 Juni 2018.

'Smart Mining' di Industri Pertambangan

Pertama, membuka pemikiran dan wawasan peserta. Kedua, membuka hati, dan ketiga, membuka kemauan untuk bertindak secara kolektif agar terjadi transformasi.

Ketua Yayasan Upaya Indonesia Damai, Mari Elka Pangestu menuturkan, untuk poin ketiga, perlu dibangun keinginan dan kemampuan untuk membangun hubungan lintas sektor yang didasarkan pada rasa saling percaya.

Dunia Terus Berubah, Inovasi Tak Bisa Ditawar-tawar

"Dengan begitu memungkinkan terciptanya kolaborasi dan sinergi untuk mencari solusi dan aksi kolektif agar dapat mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Sekarang saatnya kita mengubah mindset dan bekerja secara team work. Tidak jalan sendiri-sendiri," ujar Mari.

Ia menyebutkan, metodologi Systems Thinking dan U-Theory, harus diterapkan karena bagian dari tiga langkah yang telah disebutkan sebelumnya di masing-masing pemerintahan, baik pusat maupun daerah.

Mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ini mengakui, kedua metode tersebut mengajak para pemimpin untuk berpikir terbuka, hadir utuh dan sadar penuh dalam setiap kegiatan yang dilakukan.

"Intinya, sebagai pemimpin harus rajin sensing atau blusukan sehingga peka terhadap isu riil di lapangan. Sebab, bisa berdampak luas karena lintas sektor, lintas isu, lintas kelompok dan lintas daerah," ujar mantan Menteri Perdagangan ini. (mus) 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya