Hoax Terus Lahir karena Pemerintah dan Pers Bermasalah

Diskusi dinamika media sosial di The Habibie Center
Sumber :
  • VIVA.co.id/Mitra Angelia

VIVA.co.id – Pegiat media sosial Ferry Koto menyebutkan, informasi palsu atau hoax sudah muncul sejak lama. Menurutnya, dalam bentuk sederhana, seorang yang menyampaikan berita yang tidak sesuai kenyataan kepada orang lain, sudah bisa sebagai hoax. Tetapi, di zaman serba teknologi sekarang ini, penyebaran hoax semakin cepat. 

Raffi Ahmad Geram Dituduh Lakukan Pencucian Uang, Begini Responnya

"Teknologi memberi dampak buruk terhadap penyebaran hoax," kata Ferry, saat diskusi ‘Tech Talk: Menuju Media Sosial yang Memberdayakan, Mungkinkah?" di The Habibie Center, Kemang, Jakarta Selatan, Selasa 31 Januari 2017.

Ferry mengatakan, munculnya internet dan aplikasi-aplikasi seperti media sosial yang penggunanya mulai menjamur, menjadi salah satu faktor penyebab derasnya penyebaran hoax

Tanggapi Berita Hoax, Depe: Setiap yang Viral, di Situ Ada Dewi Perssik!

Dia berpendapat, selain media sosial, kemunculan aplikasi messenger, ternyata punya pengaruhnya lebih besar dibanding penyebaran hoax melalui media sosial. 

"Menurut saya, penyebaran hoax itu terbesar melalui messenger," jelas Ferry. 

Dikabarkan Meninggal Dunia, Gilang Dirga Tak Marah, Kenapa?

Pemerintah dan pers biang hoax

Meski sejak dahulu sudah muncul hoax, Ferry menegaskan hoax semakin menjadi karena faktor pemerintah dan pers yang tidak lagi dipercaya oleh masyarakat. 

Dia mencontohkan kasus pernyataan pemerintah terkait keberadaan TKI ilegal di Indonesia. Isu TKI ilegal dari China berhembus beberapa waktu lalu. Bukti nyatanya, isu tersebut bukan isapan jempol belaka. masyarakat lingkungan sekitar TKI ilegal membenarkan kabar tersebut. 

Namun, atas isu TKI ilegal, pemerintah malah memberikan keterangan yang berbeda-beda. Ada bagian dari pemerintah yang membantah, tetapi ada yang menginformasikan jumlah TKI ilegal China dengan data berbeda-beda. 

Pers juga menjadi sorotan dalam penyebaran hoax. Ferry mengatakan, hal ini muncul saat ada media yang memberitakan foto peristiwa beberapa tahun lalu, tetapi foto tersebut dipakai untuk menggambarkan aksi yang terjadi belum lama ini. Maka foto tersebut dijadikan kambing hitam. 

"Pemerintah dan pers tidak lagi dipercaya," ujar Ferry. 

Melalui pemberitaan dan keterangan pemerintah yang berbeda itu, menurut Ferry, hoax terbentuk dan tersebar terus menerus. Sampai beberapa kalangan membuat situs-situs anti-mainstream dan pemerintah mengambil tindakan pemblokiran yang menurutnya bukanlah solusi. 

"Harusnya, diserahkan ke pengadilan hukum negara. Apakah melanggar, atau tidak," tutur dia.

Solusi tangkal hoax

Ferry menyarankan solusi, agar pemerintah meningkatkan kepercayaan pada informasi, atau berita yang dibuat. Kekompokan antara pemimpin negara dan jajaran menterinya, juga penting diterapkan.

Untuk pers, Ferry memberi catatan, agar muncul dengan informasi yang bertanggung jawab dan dipercaya.

Dia menyarankan, perlunya edukasi dan gerakan masyarakat untuk menumbuhkan sikap kritis dan tidak mudah dipercaya pada pesan-pesan di media sosial. Tidak kalah penting, yaitu counter narative, menyampaikan pesan bahwa berita itu bohong, atau memberikan tautan berita yang sebenarnya. 

"Sebenarnya, dunia ini menjadi tidak nyaman, bukan karena orang yang berbuat jahat, tetapi orang baik yang diam saja," ujar Ferry. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya