Perlukah Hacker Dipenjara?

Ilustrasi-teroris siber.
Sumber :
  • Pixabay/Tigerlily

VIVA.co.id – Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia, Aulia Marinto, mengakui peretasan atau hacking merupakan ilmu khusus yang bisa membawa keuntungan, sekaligus bencana. Baginya, hukuman bui bagi seorang peretas atau hacker adalah sah-sah saja, apabila hacker tersebut menyalahgunakan ilmunya untuk tindak kriminal.

WNA Asal Rusia Kongkalikong dengan Hacker Meksiko Bobol ATM di Palembang

"Begini, buat saya, hack itu adalah ilmu tersendiri. Kalau niatnya jahat sebagaimana para penjahat, ya dipenjarakan. Tapi di banyak belahan dunia, mereka yang melakukan itu (hacking) adalah untuk membuktikan bahwa sebuah teknologi mampu dijebol atau tidak," jelasnya kepada VIVA.co.id usai membuka sebuah acara diskusi, di Sudirman Sahid Center, Jakarta Selatan, Rabu 12 April 2017.

"Kalau di luar negeri itu kan ada istilah hacker jahat dan hacker baik. Hacker baik semisal kita minta staf ahli kita untuk menguji kekuatan situs yang kita buat sendiri. Seberapa tangguh situs ini, bisa dibobol atau tidak. Kalau bobol, kasih tau ke bosnya bobolnya di mana, terus nanti ditambal," katanya menjelaskan.

AS Tuntut 7 Warga China atas Peretasan Jahat yang Disponsori Negara

Aulia mengatakan, beberapa hacker justru menginformasikan kebocoran sistem keamanan secara terbuka kepada situs yang diretasnya. "Jadi jangan digeneralisir. Kita harus tarik garis lurus untuk dapat membedakan mana yang berniat jahat dan mana yang berniat membantu. Karena skill ini sangat dibutuhkan," paparnya.

Mengenai kasus hacker Sultan Haikal yang menjebol salah satu situs e-commerce, Aulia menolak anggapan e-commerce belum mengutamakan infrastruktur teknologi.

Indonesia Mendapat 97 Ribu Serangan

“Kasusnya sama seperti kita punya rumah. Sudah dipasangi sistem pengamanan ketat, tapi masih aja kemalingan. Ini bagian dari effort kita bersama. Itu sebabnya pemerintah bangun cyber security. Diinisiatifkan di salah satu bidang peta jalan untuk mengamankan seluruh sektor yang dijalankan," ujar Aulia.

Selain itu, ia menyebut alokasi investasi perusahaan e-commerce untuk infrastruktur teknologi informasi jumlahnya beragam. Ini bergantung pada jenis bisnis modal perusahaan itu. Dimulai dari yang jumlahnya sangat sederhana, hingga yang kompleks. Dari mulai ratusan juta rupiah, sampai dengan miliaran rupiah.

"Misal nih situs A bisnis modalnya apa, dia investasi bagaimana. Situs B, dia implementasikan seperti apa, ya keluarlah angkanya. Jadi masing-masing. Teknologi yang digunakan juga banyak pilihannya. Mulai dari infrastruktur level, aplikasi level, dan lain-lain. Pilihan masing-masing dan tergantung pasar," kata Aulia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya