Smartfren Gencar Bundling Guna Hindari Aktivasi Bodong

Peluncuran Smartphone Smartfren
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVAnews - Deputi CEO Smartfren, Djoko Tata Ibrahim, Senin 28 Oktober 2013, menjelaskan mengapa perusahaannya gencar melakukan bundling ponsel terbaru. 
5 Polisi di Kolaka Ditangkap karena Keroyok Warga hingga Babak Belur, Kapolres Minta Maaf

Menurut Djoko, meski tak begitu menawarkan ceruk keuntungan yang begitu besar, model bisnis bundling secara berkelanjutan mampu menjaga target perusahaan. Misalnya, target aktivasi yang real time.
Kunjungan ke Jepang, Sekjen Kemnaker Terus Berupaya Tingkatkan Kerja Sama Pengembangan SDM

"60 persen lebih dari portofolio kami datang dari bundling," kata Djoko di Hotel Crown Plaza, Jakarta, usai peluncuran produk ponsel anyar smartfren.
Respons Surya Paloh Soal Waketum Nasdem Sambangi Rumah Prabowo Subianto Malam Ini

Ia menambahkan, pada portofolio bundling, tingkat perpindahan pelanggan (churn rate) sangat rendah dibanding portofolio lainnya.

"Churn rate smartphone kami kurang dari 1 persen. Kalau yang lainnya misalnya produk kartu perdana lebih besar," tambah dia.

Djoko menambahkan, opsi bundling justru menggambarkan aktivasi yang sebenarnya. Sebab, pelanggan tidak mungkin mengganti kartu Smartfren karena tiap ponsel bundling diberikan dual SIM.

"Jadi kami sudah tidak lagi pakai aktivasi bodong. Kami berjuang aktivasi yang berkualitas, yang benar-benar nyata," katanya.

Aktivasi bodong, kata Djoko, biasa terjadi pada aktivasi kartu perdana. Hal itu memang terjadi karena tuntutan target sebuah perusahaan seluler. 

"Makanya, semua karyawan perusahaan sampai dipaksa aktivasi kartu untuk capai target aktivasi. Padahal, setelah aktivasi kan langsung dibuang," jelas Djoko. 

Justru, Djoko menambahkan, bundling memberikan potensi bisnis yang berkelanjutan. Berbeda dengan kartu perdana yang hanya senilai rata-rata Rp20.000, bundling menawarkan Rp50 ribu per pelanggan. (one)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya