Brexit dan Masa Depan Startup

Merchandise pendukung Inggris keluar dari Uni Eropa.
Sumber :
  • Reuters/Neil Hall

VIVA.co.id – Inggris telah memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa pada akhir pekan lalu. Hasil referendum memang tipis. 52 persen memilih Inggris meninggalkan Uni Eropa, atau dan sisanya sebaliknya, ingin Inggris tetap jadi anggota Uni Eropa.

Mengingat Momen Mudik Maut di Brebes Exit Tahun 2016, Belasan Orang Tewas

Hasil referendum tersebut memang mengecewakan bagi kalangan perusahaan rintisan di Inggris.

Dikutip dari PC Authority, Senin 27 Juni 2016, para pegiat startup di ,mayoritas menginginkan remain, atau Inggris tidak keluar dari Uni Eropa.

Resident in UK Can Only Buy Three Tomatoes, Peppers and Cucumbers

Dalam studi yang dilakukan badan perdagangan non profit, Coadec, beberapa waktu lalu sebelum referendum, menunjukkan Inggris ingin agar Negeri Ratu Elizabeth II itu tak keluar dari Uni Eropa.

Badan tersebut mewawancarai setidaknya 175 responden. Hasil survei saat itu mengungkapkan, hanya 19 persen saja dari responden yang berharap Inggris lepas dari Uni Eropa.

Tak Kunjung Dapat Pekerjaan, Thomas Tuchel Terancam Diusir dari Inggris

Sementara itu, sisanya menginginkan Inggris tetap jadi anggota Uni Eropa, dengan alasan mendasar, yaitu pasar tunggal yang luas di Uni Eropa bisa terakses dengan leluasa dan kebebasan gerakan buruh.

Hasil tak jauh beda juga ditunjukkan oleh survei yang dilakukan Tech London Advocates. Survei itu mengungkapkan, 87 persen komunitas teknologi London menginginkan Inggris tetap di Uni Eropa.

Menanggapi hasil referendum tersebut, Chief Executive Officer (CEO) dan salah satu pendiri firma pengecekan Onfido, Husayn Kassai mengatakan, ada kekuatan yang tak mudah dalam referendum British Exit (Brexit).

Dia mengatakan, ada banyak ketidakpastian sekitar referendum keluar dari Uni Eropa. Kassai menganggap, hasil referendum itu menjadi kabar buruk bagi industri teknologi khususnya di Inggris.

"Sudah pergi harapan kami untuk pasar tunggal digital, ada tanda tanya atas London menjadi pusat keuangan dan teknologi dan kemungkinan bakal lebih sulit menarik talenta teknologi ke Inggris," kata dia.

Kassai mengatakan, dengan hasil referendum keluar dari Uni Eropa, maka industri teknologi Inggris harus mencari cara agar tetap maju.

Salah satu kekhawatiran kalangan startup dengan keluar dari Uni Eropa, yaitu potensi dan nilai pasar Inggris menjadi tidak seseksi sebelumnya.

Inggris diperkirakan, tak lama lagi tidak menjadi pusat inovasi yang bernilai dan bisnis yang berkembang. Namun, masih ada yang tetap optimistis dengan pasar Inggris, usai referendum.  

Pendiri firma investasi, Hoxton Ventures, Hussein Kanji mengaku menanggapinya secara biasa saja. "Kami pikir, memang pasar (Inggris) membangun kemenangan global dan memesatkan perusahaan teknologi," kata dia.

Tetapi, dia juga mengatakan, ada sedikit kekecewaan dengan ketidakpastian bisnis di Inggris menyusul hasil referendum.

"Startup cukup tidak pasti untuk menangani (masalahnya) dan kita akan lebih suka bagi para startup, agar tak mengkhawatirkan risiko mata uang, perjanjian perdagangan, dan kebijakan imigrasi," ujarnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya