Siasat Perusahaan Ekspedisi Lokal Bersaing di Era E-Commerce

Managing Director TIKI, Tomy Sofhian.
Sumber :
  • Dok. TIKI

VIVA.co.id – Pemain bisnis jual beli online (e-commerce) di Indonesia diperkirakan terus bertumbuh seiring dengan semakin banyaknya perusahaan yang mulai mengembangkan usaha ke ranah digital.

Shopee Luncurkan Program Baru, Garansi Tepat Waktu

Bahkan, Bank Indonesia memperkirakan terdapat 24,7 juta orang yang berbelanja online. Nilai transaksi e-commerce diprediksi mencapai Rp144 triliun pada 2018, atau melonjak dari 2016 yang sebesar Rp69,8 triliun, dan Rp25 triliun pada 2014.

Pasar perusahaan jasa pengiriman barang ikut terdampak dari maraknya e-commerce. Sebagaimana diketahui, semakin banyak bermunculan perusahaan jasa pengiriman barang (ekspedisi) saat ini.

Viral Tanah Kuburan Dijual di E-commerce Bikin Geger Warganet, Bisa Buat Pesugihan?

Sebut saja TNT, RPX, Pandu Logistic, dan yang terbaru, J&T Express asal China. Belum lagi layanan transportasi aplikasi online, Gojek dan Grab, yang merambah bisnis antar barang kilat.

Menanggapi perkembangan e-commerce dan persaingan bisnis ini, PT Citra Van Titipan Kilat mengaku tidak khawatir, meskipun euforia e-commerce sangat berpengaruh terhadap industri kurir Tanah Air.

Gandeng Tokopedia, Segini Dana yang Dibawa TikTok ke Indonesia

"Kita harus cepat menangkap peluang itu. Strategi kami adalah memperkuat sumber daya manusia dan IT," kata Direktur Pelaksana Tiki, Tomy Sofhian, di Jakarta, Minggu, 24 September 2017.

Ia menjelaskan, maraknya e-commerce justru membuat Tiki ingin menjadi perusahaan jasa pengiriman tercepat dalam mengirim barang.

Oleh karena itu, sistem kerja yang modern dengan teknologi komputer memudahkan untuk memonitor, mulai dari awal pengiriman, tracking hingga barang di tangan penerima dengan cepat.

"Sistem IT kami memang dikembangkan secara in-house berdasarkan fungsi-fungsi yang dioptimalkan sesuai kebutuhan. Kami ingin jadi yang pertama yang tercepat," tutur dia.

Tomy melanjutkan, dengan pertumbuhan pasar ekspedisi domestik 35 persen setiap tahunnya, maka pihaknya tidak akan mengurangi namun justru menambah SDM.

"Kami tidak mungkin memangkas. Hitungannya begini, 35 persen (pangsa pasar) maka 20 persen SDM dan 15 persen IT. Paling tidak dalam 5-10 tahun ke depan tidak akan terjadi pengurangan SDM di bisnis ini," Tomy menegaskan.

Terkait persaingan dengan jasa kurir on demand seperti Go-Send milik Gojek dan Grab Parcel milik Grab, Tomy lagi-lagi mengaku tidak khawatir. "Itu beda segmen. Kami tidak merasa terganggu," ungkapnya. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya