Al Safinah Jadi Nama Bintang Paling Terang

Ilustrasi rasi bintang Orion
Sumber :
  • www.pixabay.com/mmvazc

VIVA – Persatuan Astronomi Internasional, atau IAU menyetujui 86 nama baru untuk bintang-bintang di alam semesta. Nama tersebut diambil dari tradisi dan budaya berbagai belahan dunia mulai dari Aborigin, China, Koptik, Hindu, Maya, Polinesia sampai Afrika Selatan. 

Ilmuwan Ini Berhasil Ciptakan Koper Bertenaga Al, Permudah Tunanetra Navigasi Lingkungan

86 nama baru bintang yang ditetapkan merupakan hasil dari persetujuan usulan 227 nama bintang pada tahun lalu oleh Divisi C Working Group on Star Names (WGSN) IAU. 

WGSN terdiri dari kelompok astronom internasional yang mengatalogkan dan menstandarisasi nama bintang-bintang.

Begini Cara Realme Sukses Lawan Samsung, Apple dan Xiaomi

"Working Group on Star Names IAU meneliti nama-nama bintang tradisional dari budaya seluruh dunia dan mengadopsi nama dan ejaan unik itu untuk menghindari kebingungan dalam katalog astronomi dan atlas bintang," ujar Kepala dan Koordinator WGSN, Eric Mamajek dalam keterangannnya, dikutip dari Universe Today, Rabu 13 Desember 2017. 

Nama-nama baru bintang itu diharapkan membantu memastikan dan melestarikan warisan astronomi tak berwujud dari pengamat langit di seluruh dunia. 

Lima Trik Bikin Wi-Fi di Rumah Makin Ngebut

Dari 86 nama tersebut, bintang yang paling terang diambil dari nama Arab, Al Safinah yang artinya kapal. Nama Al Safinah ini oleh astronom IAU ditetapkan dengan nama Alsephina. Bintang Al-safinah ini disematkan untuk menamai bintang yang dikenal Delta Velorum. 

Nama Al-Safinah merujuk pada konstelasi bintang pada tradisi Yunani kuno, Argo Navis atau kapal Argonaut. Nama Argo Navis kembali muncul dalam terjemahan bahasa Arab pada abad ke-10 yang disusun ahli geografi kelahiran Mesir, Ptolemy pada abad ke-2. 

Nama bintang yang lain diambil dari budaya China. IAU menetapkan ada 11 bintang yang diambil dari zodiak dalam tradisi China. 

Kemudian, dua bintang diambil dari nama zodiak dalam tradisi Hindu kuno, yaitu Revati dan Bharani. Dua nama bintang itu masing-masing untuk menamai bintang yang dikenal dengan nama Zeta Piscum dan 41 Arietis. 

Dalam mitologi Hindu kuno, nama Revati merupakan nama anak Raja Kakudmi dan istri Dewa Balarama, kakak laki-laki Dewa Krishna. Sedangkan Bharani merupakan nama kedua dari zodiak dalam astronomi Hindu kuno. 

IAU juga menamai bintang baru dengan Xamidimura dan Pipirima, yang masing-masing diambil dari tradisi orang Khoikhoi di Afrika Selatan dan masyarakat Tahiti. Kedua nama itu disepakati untuk menamai bintang Mu¹ and Mu² Scorpii, bintang yang membuat sistem biner berlokasi di konstelasi Scorpio. 

Nama Xamidimura berasal dari nama bintang xami di mura dalam tradisi masyarakat Khoikhoi. Nama xami di mura berarti mata harimau. Sedangkan nama Pipirima merujuk pada si kembar tak terpisahkan dari mitologi Tahiti, yaitu seorang bocah cowok dan cewek yang minggat dari orang tua mereka dan menjadi bintang pada malam hari. 

Tradisi Maya Yucatec tak ketinggalan menyumbangkan nama untuk bintang. Astronom mengambil nama Chamukuy untuk menjadi nama bintang. Chamukuy diambil dari nama burung kecil yang mengganti nama Theta-2 Tauri, bintang terletak di kluster bintang Hyades di Taurus. 

Selanjutnya, astronom IAU menambahkan nama bintang Larawag, Ginan, Wurren dan Unurgunite dari suku aborigin Australia. Bintang Larawag mengganti nama bintang Epsilon Scorpii, Ginan menamai bintang Epsilon Crucis, Wurren menamai bintang Zeta Pheonicis dan Unurgunite menamai bintang Sigma Canis Majoris. Nama-nama dari tradisi Abogirin itu telah eksis pada 65 ribu tahun lalu.

Dengan masuknya 86 bintang baru tersebut, maka katalog bintang IAU kini terdiri dari 313 bintang.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya