Film 'Cloud Atlas' Dihujani Kritik

Film Cloud Atlas
Sumber :
  • REUTERS/Jay Maidment/Warner Bros Pictures/Handout

VIVAlife - Tak semua novel tampaknya bisa diangkat ke film layar lebar. Setidaknya itulah anggapan beberapa kritikus film terhadap novel Cloud Atlas

Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Temui Presiden Jokowi di Istana

Novel sarat filosofis karya David Mitchell tersebut memang pada akhirnya dibuat film layar lebar berjudul sama. Dengan biaya sekitar US$100 juta dan mengandalkan artis dan aktor papan atas dunia, seperti Tom Hanks, Hugh Grant dan Halle Berry, film ini tentunya berharap besar bisa sukses di box office. 

Namun baru diputar di Festival Film Toronto, Cloud Atlas sudah menuai kritikan. Beberapa kritikus menilai, jalan cerita yang rumit dan struktur alur ambisius tak selalu bisa dipahami para penonton yang belum membaca novel tersebut. 

Pengamat sebut Hadirnya Anies dan Muhaimin di KPU Beri Legitimasi Hasil Pemilu

Surat kabar Inggris Guardian pun hanya memberikan film Cloud Atlas dua bintang dan menyebutnya sebagai suatu kebodohan. "Mereka yang tidak terbiasa dengan buku tersebut akan bingung," tulis Guardian

Tak jauh berbeda dengan Guardian, Indiewire menyebut Cloud Atlas sebagai film yang berani, berantakan, dan mengecewakan dari sisi imajinatif. Kritikan lebih tajam lagi datang dari majalah Slant. Mereka menilai, film Cloud Atlas sebagai bencana yang unik dan benar-benar tak tertandingi. 

Kata Shin Tae-yong Usai Heerenveen Izinkan Nathan Tjoe-A-On Kembali ke Timnas Indonesia U-23

Kritikan ini tampaknya menjadi pukulan awal bagi sutradara Tom Tykwer yang sebelumnya dikenal lewat film Run Lola Run serta dua bersaudara Andy dan Lana Wachowski yang sukses menggarap The Matrix Trilogy

Terdiri dari enam cerita

Cloud Atlas terdiri dari enam cerita dengan latar belakang waktu berbeda, mulai dari 1840-an hingga zaman setelah apokaliptik di masa depan. Film dengan lompatan waktu ini berusaha mengeksplorasi bagaimana sebuah tindakan dapat memiliki konsekuensi di masa lalu, sekarang dan masa depan.  

Sementara novel yang ditulis Mitchell menceritakan enam cerita terpisah namun saling terkait dalam urutan kronologis, yakni bergerak dari masa lalu ke masa depan dan kemudian kembali lagi. 

"Ketika Anda membaca buku tersebut, Anda melihat bahwa ada tema yang sangat resonan di seluruh enam cerita," ujar salah seorang sutradara Cloud Atlas, Lana Wachowski seperti dilansir kantor berita Reuters.

Dalam film ini, Tom Hanks memainkan banyak karakter sesuai latar belakang waktu. Pada tahun 1840-an, Hanks berperan sebagai seorang dokter. Kemudian di tahun 1970-an, ia memerankan seorang ilmuwan nuklir, dan kemudian terakhir berperan sebagai penghuni lembah di masa depan.

Meski peran yang harus dijalaninya cukup menantang, Hanks sendiri tampaknya tak mengalami kesulitan. "Ini seperti pelukan yang semakin erat dan erat," ujarnya. 

"Pada saat saya membaca 40 hingga 50 halaman terakhir naskah, saya benar-benar terlibat dalam setiap perjuangan individu dan memahami bahwa ini adalah karakter-karakter yang harus membuat pilihan antara kekejaman dan kebaikan," katanya menambahkan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya