Sejarah Panjang Sampo Dimulai dari Pijat Kepala

Sampo dan kondisioner
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sampo disebut sebagai cairan untuk mencuci rambut dan kulit kepala. Sampo biasa terbuat dari campuran tumbuh-tumbuhan dan bahan kimia.

Rambut Capek Sering Bikin Mood Jelek? Yuk Cek Ciri-cirinya!

Sampo pun kini dikenal sebagai produk perawatan rambut yang digunakan untuk menghilangkan minyak, kotoran, partikel kulit, ketombe, polusi lingkungan, dan partikel kontaminan lain, yang secara bertahap menumpuk di rambut.

Tujuannya adalah untuk menghilangkan komponen yang tidak diinginkan, tanpa membuat rambut menjadi sulit diatur. Biasanya, sampo pun digunakan ketika keramas dan sering diikuti dengan penggunaan kondisioner. Hal ini dilakukan, agar kesehatan rambut terjaga dan rambut juga menjadi lembut mudah ditata.

Cara Efektif Hilangkan Ketombe Menurut Dokter, Kenali Dulu Penyebabnya

Mungkin tak banyak yang tahu, Sampo aslinya berarti pijat kepala dalam bahasa India Utara, baik kata dan konsep itu diperkenalkan ke Britania dari Kolonial India.

Kata sampo sendiri sudah dikenal sejak sekitar 300 tahun lalu. Kata sampo dalam bahasa Inggris berasal dari Hindi champo. Di India, champo digunakan untuk pijat kepala, biasanya dengan beberapa bentuk minyak rambut.

Menantikan Gatotkaca Lounge, Bakal Ada Kompetisi Mabar Seru

Istilah dan layanan pijat kepala (keramas) diperkenalkan di Britania oleh pengusaha Sake Dean Mahomed pada 1814. Mahomed juga dikenal sebagai seorang musafir Bengali Anglo-India yang memperkenalkan champo lewat buku berjudul The Travels of Dean Mahomed pada 1974. Buku ini juga merupakan buku pertama yang ditulis oleh orang India dalam bahasa Inggris.

'Travels' sendiri ialah sebuah teks epistolary, atau serangkaian surat yang konon disusun untuk seorang teman selama berada di luar negeri. Dalam satu surat, Mahomed mengenalkan pembacanya dengan teknik terapi terapeutik India yang mencakup "praktik champing", yang berasal dari bahasa China.

Mahomed menuliskan, kala itu, tukang pijat wanita, atau champo sangat lihai melakukan pijatan ke seluruh area tubuh, tanpa terkecuali kepala dengan menggunakan minyak pewangi.

Ketika dia pindah ke London, Mahomed juga sempat mendirikan sebuah pemandian yang juga menerapkan pijatan-pijatan di bagian kepala dengan minyak wewangian, yang belakangan dikenal sebagai sampo. Tempat pemandian itu dinamakan, 'Mahomed's Indian Vapour Baths' di Brighton, Inggris.

Mandi keramasnya seperti mandi Turki, di mana klien menerima pengobatan India champi (keramas), atau terapi pijat. Pelayanannya itu mendapat penghargaan dan mendapat gelar 'Bedah keramas' oleh George IV dan William IV.

Pada 1900-an, arti kata bergeser dari arti pijat bahwa penerapan sabun ke rambut. Sebelumnya, sabun biasa (mandi) telah digunakan untuk mencuci rambut. Namun, sabun (mandi) membuat rambut tidak nyaman, mengganggu, dan tampak tidak sehat.

Selama tahap awal perkembangan sampo, penata rambut dari Inggris merebus campuran sabun dalam air dan ditambahkan herbal untuk memberikan efek rambut bersinar dan aroma pada rambut. Kasey Hebert adalah pembuat sampo yang pertama dikenal.

Awalnya, sabun dan sampo produk yang sangat mirip, keduanya mengandung surfaktan, sejenis deterjen. Sampo modern seperti yang dikenal hari ini pertama kali diperkenalkan di tahun 1930-an dengan Drene, yang merupakan sampo sintetik pertama (non- sabun).

Berikutnya, sampo bubuk>>>

Sampo bubuk

Menurut Kamus Etimologi Online, istilah "sampo", pertama kali tercatat berkenaan dengan arti "mencuci rambut seseorang" pada 1860 dan sebagai kata benda, yang berarti "sabun yang digunakan untuk keramas rambut" beberapa tahun kemudian, pada 1866.

Tetapi, perawatan rambut tetap menjadi beban yang tidak nyaman, terutama bagi rambut mereka yang memiliki rambut lebih berat dan lebih panjang. Beruntung bagi mereka, ahli kimia mulai bereksperimen dengan solusi untuk masalah ini.

Pada 1898, ahli kimia Berlin Hans Schwarzkopf membuka apotek dengan bagian yang didedikasikan untuk parfum. Ketika bagian bisnisnya terbukti berhasil, ahli kimia memusatkan upayanya untuk mengembangkan produk baru untuk produk tersebut - yang terpenting, produk untuk rambut.

Dalam situs perusahaan itu disebut bawa pendirinya tidak menyukai minyak mahal dan sabun keras yang digunakan untuk mencuci rambut, dan mengilhaminya untuk menciptakan solusi yang lebih baik.

Schwarzkopf pun mengembangkan sampo bubuk yang bisa larut dalam air. Kemudahan penggunaan membuat produk sampo begitu populer, sehingga pada tahun berikutnya, Schwarzkopf mulai memasok sampo bubuknya ke hampir semua apotek di Berlin. Meski ada serbuk sampo, produk sabun yang masih terkandung menyebabkan reaksi alkalin yang tidak diinginkan.

Pada Mei 1908, New York Times juga sempat menurunkan sebuah artikel berjudul 'How To Shampoo The Hair' yang mengulas cara wanita merawat rambut.  Pada tulisan itu disebutkan, "setiap wanita menyukai agar rambutnya tidak hanya kusut dan dengan sendirinya mudah diatur, tapi juga lembut dan glossy dalam penampilan dan tekstur, dan sampo adalah bagian penting dari perawatan."

Artikel itu juga menjelaskan bahwa rambut paling baik dikeramas di malam hari, diikuti dengan disisir dan disikat secara menyeluruh, dan kemudian dengan secara hati-hati dikeringkan untuk menghindari ujung rambut bercabang. 

Setelah sabun Kastilia berbasis minyak zaitun dioleskan dengan sikat kaku, rambut dibilas empat kali, yang terakhir dibilas dengan air dingin untuk mencegah kepala terlalu panas dan membatasi potensi terkena flu.

Mulai dari situ, industri kosmetik khususnya sampo juga terus berkembang. Seperti Hans Schwarzkopft yang kemudian dikenal dengan Schwarzkopft dan Henkel" dan berkantor pusat di Dusseldorf, Jerman. Merek Henkel terkenal di Amerika Serikat, bertanggung jawab atas merek besar seperti Dial and Right Guard.

Meski demikian, dalam tulisannya di Live Science, Christopher Wanjek, jurnalis dan penulis buku Bad Medicine, mengatakan secara alami rambut mengeluarkan minyak yang disebut sebum untuk melindungi struktur protein rambut, sehingga tidak mudah rontok.  

Tapi minyak yang sama, sayangnya, cenderung mengumpulkan kotoran dan serpihan kulit kepala. Dengan berkembangnya kimia modern, ilmuwan mengembangkan surfaktan untuk menghilangkan kotoran secara efisien sambil memberikan nuansa lembut.

Dia mengatakan, beberapa sampo, seringkali yang lebih murah, mengandung bahan kimia berbahaya yang bisa diserap melalui kulit. Ini termasuk natrium lauril sulfat, natrium lauret sulfat, propilena, atau butilena glikol, isopropil alkohol dan tar batu bara.

Studi terkait masih belum mencapai kesimpulan, sebagian besar dokter dan petugas kesehatan menganggap ini aman. Tetapi, penelitian pada hewan menunjukkan bahwa, jika Anda cukup menyerapnya, pada akhirnya mereka bisa menghancurkan kulit, atau organ tubuh dengan cara yang tidak pasti, seperti sel kanker, meski memiliki rambut lebat

"Alternatif sampingan yang umum untuk sampo adalah baking soda dengan bilas cuka pendingin. Ini baik-baik saja, tetapi Anda akan berbau seperti acar," tulis Wanjek.

Untungnya, akhir-akhir ini, ada banyak sampo alami, sehingga tidak ada alasan untuk mengurangi kotoran. Jika merasa mahal, Wanjek menyarankan, untuk bisa menerima saran dokter spesialis standar untuk mencuci beberapa kali dalam seminggu.

"Rambut lurus membutuhkan lebih banyak pencucian pada umumnya daripada rambut keriting; dan Anda mungkin merasa perlu keramas setiap hari atau lebih, jika berkeringat setiap hari atau berenang di kolam," tulis dia.

Lebih jauh, dia juga mengatakan, tidak mencuci rambut tidak akan terlalu merugikan. Minyak perlu berhenti berproduksi, setelah beberapa hari, setelah tubuh menyadari itu tidak perlu menghasilkan lagi.

"Ini adalah sikap balik yang menolak bahwa sampo modern sangat berbahaya, sehingga sedikit berlebihan," kata dia. (diolah dari berbagai sumber/asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya