Dua Perempuan Ini Dobrak Dominasi Pria dengan Mural

Bunga dan Kare
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Siapa bilang dunia mural hanya dominasi para laki-laki? Lewat talentanya, dua perempuan muda asal Indonesia berhasil mematahkan anggap tersebut.

Mau Rasakan Hidup di Desa Menggembala Kambing Hingga Ambil Air Nira? Di Sini Tempatnya

Bunga Fatia dan Karina Deagusta pun berjuang melawan stigma negatif yang kerap melekat pada diri seniman mural. “Orangtua lebih suka aku beli baju daripada beli cat,” cerita Kare, begitu biasanya Karina dipanggil.

Bunga mungkin sedikit lebih beruntung memiliki orangtua yang juga seniman. Tapi itu pun kerap terkendala  keluarganya yang seringkali mengkhawatirkannya.

Soiree Rooftop and Bar! Padukan Taman Tropis, Pantai dan Mural Cantik di Ketinggian

“Mereka punya syarat kalau aku bekerja di pinggir jalan, harus ada laki-laki yang menemani meskipun siang hari,” ujarnya.

Keduanya punya gaya tersendiri dalam mengekspresikan karyanya lewat seni mural. Mata adalah gambar yang selalu terselip di karya Bunga. Sementara Kare lebih identik dengan font unik yang jadi ciri khasnya.

Serunya Corat-coret Mural di J&T Connect Fest

Kare pun sempat menyebut bahwa perempuan yang menjadi street artist lettering, masih sangat jarang. Dunia mural dan street art ini banyak didominasi oleh laki-laki. Hal yang sama juga dirasakan Bunga.

"Pada kenyataannya mural memang didominasi oleh kaum laki-laki. Ketika aku pertama ikutan exhibition, aku satu-satunya anak perempuan yang tertarik sama mural dan street art. Jadi waktu itu aku pikir, ‘oh, enggak ada lagi nih yang suka?'," ujar lulusan Desain Grafis Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Gading Serpong ini.

Tapi ketika ia menampilkan karyanya, semua mata menyorot padanya. Menurut dia, banyaknya laki-laki di dunia karena faktor adrenalin.

"Ada adrenalin, ada faktor di pinggir jalan, dan enggak banyak orang tua yang mengizinkan anak perempuannya main di pinggir jalan," kata Bunga.

Karena itulah, dia kemudian mendirikan Ladies on Wall, komunitas mural dan street artist perempuan pertama di Indonesia.

"Aku merasa perempuan jarang yang suka menggambar mural, lalu ketemu perempuan street art dari berbagai kota lewat social media. Lalu ada yang ngajakin aku gambar. Karena kita merasa garing nih berdua doang gambar, jadi aku minta dia mengajak teman-temannya yang perempuan dan aku juga ajak teman-temanku, kita satuin di satu tempat di Jakarta," tuturnya.

Ia pun kemudian membuat serangkaian acara yang membuat Ladies on Wall makin dikenal. Kini ada lebih dari 30 perempuan yang bergabung. Banyak orang yang menganggap unik hingga mendukung dan membeli karya mereka.

"Jadi melalui komunitas ini juga membernya bisa mendapatkan penghasilan. Kita ada event tahunan juga," kata Bunga.

Pada tahun 2015, Kare juga menjadi person in contact (PIC) dalam kegiatan tahunan Ladies on Wall tahun kedua yang bertemakan Sweetness Overload.

Kiprah di dunia internasional

Berkat karyanya, keduanya diundang ke Singapura pada 4-15 Agustus 2017 untuk mengerjakan proyek mural bersama Ceno2, seorang seniman mural di sana. Sebelum berkolaborasi, keduanya sempat berburu lokasi mural di Singapura. Barulah kemudian keduanya berkolaborasi membuat mural bersama Ceno2.

"Karakter yang didesain oleh Ceno2 digambar dengan baju batik mega mendung dan blangkonnya. Mural ini adalah hasil kolaborasi yang mengangkat unsur terkait area Kampong Glam Singapura dipadu dengan elemen Indonesia," kata Kare yang merupakan mahasiswi Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta jurusan Desain Grafis.

Batik mega mendung sendiri dipilih karena selain maknanya yang diharapkan dapat mendinginkan suasana, kota asal motif batik tersebut, Cirebon, juga merupakan melting pot seperti Singapura. Kini, baik Bunga dan Kare berharap semakin besar kesempatan untuk perempuan menjadi mural arstist.

"Aku pengen jadi international street artists karena cita-cita aku adalah traveling tapi enggak cuma foto-foto makan terus udah, tapi bikin mark," kata Bunga.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya