Kartini Masa Kini

Tyas Marisca, Ibu Muda yang Jago Terbangkan Pesawat

Tyas Marisca
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Dokumentasi Tyas Marisca

VIVA.co.id – Di sebuah kamar dengan dua ranjang terpisah, rutinitas pagi perempuan bernama lengkap Tyas Marisca Anggraini, tak jauh berbeda dengan ibu muda kebanyakan. Tyas, yang baru saja melahirkan empat bulan lalu, selalu memulai harinya dengan menghampiri tempat tidur bayi kecilnya, dan memberikannya ASI.

Selamat! Pranata Humas BRIN Terpilih Jadi Kartini Humas Indonesia

Usai menyusui, Tyas yang selalu memandikan sendiri bayi mungilnya yang bernama Mohamad Raja Alfatif, selalu menyisipkan canda dan tak pernah alpa mengajak putra pertamanya itu bermain. Sesekali, perempuan kelahiran 29 Mei 1993 ini juga mengajak buah hati hasil pernikahannya dengan suaminya Mohamad Andi Sandyrosa, berkeliling kompleks rumah untuk menghirup udara segar.

Sayangnya, kebersamaannya dengan sang buah hati tak bisa lama. Ia bahkan tak bisa seharian penuh memperhatikan tiap jengkal tumbuh kembang buah hatinya. Akhir bulan ini (April) masa cutinya akan segera berakhir. Mulai awal bulan depan (Mei), perempuan yang pernah menjalani pendidikan di Deraya Flyng School, harus kembali siap, memastikan setiap penumpang yang dibawanya terbang dan mendarat dengan selamat.

Biografi RA Kartini, Tokoh Perjuangan Emansipasi Wanita di Indonesia

Impiannya menjadi seorang pilot, pertama kali terlitas sewaktu dia masih mengenakan seragam putih abu-abu. Dengan latar belakang sang ayah yang juga seorang penerbang, membuatnya semakin memantapkan hati, menekuni dunia aviasi ini.

"Soalnya aku senang naik pesawat suka lihat pemandangan dari atas, suka lihat awan dari dekat, terus papa suka cerita, pemandangan-pemandangan bagus yang enggak bisa semua orang lihat kalau kita lagi terbang," ungkapnya kepada VIVA.co.id.

Pemda Provinsi Jabar Beri Penghargaan 27 Perempuan Berprestasi

"Kayak pas kita lewatin atas gunung, terus lihat matahari terbit atau tenggelam langsung pas tiap kali terbang, ngelihat bintang langsung dari cockpit kalau terbang malam, pokoknya seru."

Meski bahagia bisa merasakan keinginan yang sudah diimpikan sejak lama, Tyas mengakui, mewujudkan cita-citanya bukanlah hal yang mudah. Terlebih masih lekatnya pandangan yang meragukan kemampuan perempuan di bidang penerbangan.

"Waktu itu sih masih ada ya, kalau orang-orang nanyain memang cewek bisa jadi pilot apa enggak?" kata dia.

Meski demikian, keyakinannya terus membawanya melangkah untuk menggapai impiannya. Dari ratusan pendaftar sekolah pilot tempatnya mengenyam pendidikan, Tyas merupakan satu dari dua perempuan yang berhasil lolos. Sedangkan 15 pendaftar lainnya ialah laki-laki.

"Bawa pesawat itu kaya kita naik sepeda saja, awalnya susah, tapi (lama-kelamaan) jadi bisa," ungkap dia.

Selama kurang lebih dua tahun menjalani pendidikan, dia pun akhirnya berhasil dipercaya untuk bekerja dan terbang bersama salah satu maskapai penerbangan swasta. Rute penerbangannya mulai dari, Malaysia, Singapura, Bangkok, Johor Penang, hingga beberapa rute domestik.  

"Tantangan sekarang di airline kita kan harus profesional ya, timing semuanya enggak boleh telat, terus semua di atur sama schedule terbang kita. Jadi harus pintar-pintar bagi waktu sama istirahat, keluarga, sama main sama teman," kata dia.

Pengalaman menarik selama dia menjadi pilot, ialah ketika terbang dengan rute Surabaya-Johor. "Keinget banget itu pas gerhana matahari, aku lihat gerhananya pas banget lagi terbang, (jadi) dari dekat."

Lebih dari itu, menurutnya pekerjaan sebagai pilot merupakan salah satu pekerjaan yang cukup ramah bagi perempuan. Dengan jam kerja tiga hari kerja satu hari libur, menurutnya pekerjaan ini lebih baik dibanding kerja kantoran yang mengharuskan tiap hari dihabiskan di kantor.

Berbicara soal risiko, menurutnya, setiap pekerjaan punya risikonya masing-masing. "Tapi kita kan terbang punya SOP (Standar Operasional Prosedur). Asal strict (patuh) sama SOP buat terbangnya, rest hour cukup, mudah-mudahan risiko pasti (bisa) diminimalisir kan ya," kata dia.

Menjadi seorang pilot, sekaligus ibu dan juga seorang istri, tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi Tyas. Terlebih profesi sang suami yang juga seorang pilot. Praktis, waktu kebersamaannya pun tak seperti pasangan suami istri kebanyakan.

"Jadi buat aku, suami sama baby itu prioritas utama, jadi begitu libur enggak terbang, atau pulang terbang, biasa kita langsung habisin waktu bareng," ungkap dia. "Terus kalau lagi terbang penting banget komunikasi terus. Biar jauh jadi enggak berasa jauh."

Meski di belahan bumi yang berbeda, video call dengan sang suami menjadi sebuah kewajiban di hampir setiap dirinya berhasil mendaratkan pesawatnya ke bumi. Dia juga merasa beruntung, mengambil keputusan untuk menikah muda.

"Aku senang banget sampai sekarang, kemarin ambil keputusan untuk nikah muda, jadi berasa lebih dewasa, dan makin berasa sudah punya keluarga kecil  sendiri yang selalu mendukung," ungkap dia.

Dengan dukungan keluarganya itulah, yang kemudian semakin membuatnya yakin untuk terus menekuni profesinya saat ini. Bahkan hingga kelak menjadi captain. Dia juga berpesan untuk seluruh perempuan, untuk tak pernah takut menggapai impian.

"Kalau kita sendiri yakin sama diri kita hal sesulit apapun pasti jadi lebih mudah, tapi jangan lupa juga ya kodrat kita sebagai wanita."

Ilmu yang didapat setinggi apapun, katanya, nanti bakal diturunkan untuk anak, dan para generasi penerus.

"Karena menjadi ibu berarti menjadi madrasah pertama untuk anak."

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya