Tingkat Kebisingan Pengaruhi Efektivitas Belajar di Kelas

Ilustrasi murid atau anak di kelas
Sumber :
  • iStockphoto
VIVAlife
Media Asing yang Semula Remehkan Timnas Indonesia Kini Memuji: Kemenangan Paling Dramatis
- Perhatikan bagaimana lingkungan di sekolah anak-anak Anda. Suara bisa pengaruhi kreativitas dan efektivitas anak ketika belajar. Bahkan menyebabkan nilai ujian menjadi buruk.

Kapal KM Bukit Raya Terbakar, Ribuan Calon Penumpang Gagal Berangkat ke Surabaya

Beberapa jenis suara memiliki efek merugikan untuk proses belajar. Sejumlah penelitian selama 15 tahun terakhir membuktikan, anak-anak yang bersekolah di dekat jalur penerbangan, memiliki nilai ujian yang buruk.
Sri Mulyani Ungkap APBN Surplus Rp 8,1 Triliun hingga Maret 2024


Hal ini juga dipaparkan oleh Bridget Shield dari London South Bank University, dan Julie Dockrell dari Institute of Education. Tidak hanya suara lalu lintas, kebisingan yang merugikan juga ditimbulkan oleh suara anak-anak sendiri. Kedua peneliti menciptakan dan membunyikan suara-suara tersebut untuk studi ini, sembari meminta anak-anak mengerjakan tes ujian.


"Ternyata suara lalu lintas dan kebisingan anak-anak sendiri, memiliki dampak buruk, baik dalam berhitung, keaksaraan, maupun ejaan. Suara sangat merugikan, terutama bagi anak-anak disabilitas," kata Bridget Shield seperti dilansir laman
BBC
.


Lebih lanjut, Ravi Mehta dari College of Business di Illionis, melakukan studi tentang jenis-jenis suara tertentu yang dapat menganggu. Suara dari konstruksi bangunan dan obrolan di kedai kopi dimainkan selama siswa-siswa menjalani uji kreativitas. Suara tersebut diatur dengan variasi tingkat kebisingan, dari rendah hingga tinggi.


Ravi menyimpulkan bahwa kegaduhan dengan tingkat suara yang

menengah, membuat siswa lebih kreatif. Namun kebisingan tingkat tinggi akan merusak kreativitas anak di kelas.


"Kebisingan dalam tingkatan tertentu bisa saja meningkatkan gairah belajar, oleh karenanya, kadang musik atau suara seni lainnya berdampak baik untuk peningkatan kreativitas," kata Nick Perham, psikolog dari Cardiff Metropolitan University di Inggris. (eh)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya