Lima Cara Menumbuhkan Rasa Empati

Adegan iklan pria menawarkan tempat duduk bagi wanita
Sumber :
  • YouTube/thailifechannel

VIVAlife -  Media sosial kini tak ubahnya buku harian yang membagikan kisah dan cerita kehidupan ke dunia maya. Membagi keluh kesah dan emosi di sana sudah biasa.

Usai Nasdem, Presiden PKS Ahmad Syaikhu Sambangi Cak Imin di Markas PKB

Sayangnya, perkembangan teknologi yang seharusnya bermanfaat justru membuat banyak orang, terutama mahasiswa, kurang menunjukkan rasa empatinya.

Hal itu diungkapkan sebuah penelitian yang dilakukan University of Michigan pada tahun 2010 lalu. Dalam penelitian tersebut, para peneliti mengatakan bahwa mahasiswa atau pelajar saat ini menunjukkan rasa empati 40 persen lebih sedikit dibanding mahasiswa dan pelajar di era tahun 1980 dan 1990.

Menurut salah satu peneliti dari Institute for Social Research, Sara Konrath, kurangnya rasa empati itu muncul setelah interaksi tatap muka mulai berkurang dan berganti dengan media sosial seperti Facebook dan Twitter.

Bahkan penulis buku The Art of Connecting, Claire Raines, menyebutkan  menurunnya rasa empati tidak hanya terjadi pada kalangan mahasiswa dan pelajar, tapi juga hampir di semua generasi. Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya orang yang menutup diri dari orang lain.

Memiliki rasa empati memang bukan hal mudah, terlebih ketika kondisi dalam keadaan sulit. Sebab untuk menunjukkan rasa empati, seseorang harus mampu membayangkan diri sendiri menjadi apa yang orang lain rasakan.

Seiring bertambahnya usia, rasa empati seseorang berubah sesuai dengan pribadi mereka. Namun bukan berarti empati tidak dapat ditumbuhkan kembali. Berikut lima hal yang bisa menumbuhkan rasa empati.

Memiliki rasa ingin tahu

Orang yang memiliki rasa empati yang kuat adalah orang-orang yang memiliki rasa ingin tahu terhadap orang lain. Mereka bisa memulai pembicaraan dengan orang asing yang duduk di sebelah mereka di bus dan berbicara tanpa menginterogasi mereka.

Jangan Asal Pilih Lensa Kontak, Bisa Sebabkan 5 Masalah Serius Ini

Rasa ingin tahu memperluas empati seseorang saat berbicara dengan orang di luar lingkungan sosialnya, menghadapi hidup dan pandangannya terhadap dunia.

Tidak berprasangka dan menemukan kesamaan

Orang-orang yang memiliki rasa empati yang kuat tidak mudah memberikan prasangka terhadap orang lain. Mereka justru menantang prasangka dan mencari kesamaan.

Jasad Wanita Open BO yang Dibunuh Hanyut Dibuang di Kali Bekasi Hingga ke Pulau Pari

Sebuah kisah mengenai hubungan ras kulit putih dan kulit hitam di Amerika menggambarkan hal tersebut. Pria bernama Claiborne Paul Ellis yang berkulit putih diharuskan bekerja dengan masyarakat kulit hitam yang dibencinya.

Tapi bukannya menghindar, ia justru mencari kesamaan untuk dapat bekerja sama dengan melihat bahwa ia dan ras kulit hitam itu sama-sama berasal dari keluarga miskin.

Mencoba menjadi orang lain

Pepatah pernah mengatakan, berjalanlah satu mil dalam sepatu orang lain sebelum Anda mengkritiknya. Memahami apa yang dirasakan oleh orang lain, membuat Anda mengerti mengapa mereka membutuhkan bantuan atau melakukan hal-hal yang tidak pernah terbayangkan.

Mendengarkan dan bersikap terbuka

Ada dua ciri yang dibutuhkan untuk menjadi orang yang berempati, yaitu mendengarkan dan bersikap terbuka. Seorang psikolog, Marshall Rosenberg, mengatakan bahwa jika ingin mengerti seseorang maka dengarkan dan lakukan semua yang mereka bisa untuk memahami keadaan dan kebutuhan emosional mereka. Setelah itu, ungkapkan perasaan Anda kepada seseorang untuk menciptakan ikatan empati yang kuat.

Manfaatkan media sosial

Jika selama ini Anda menggunakan media sosial untuk menulis keluh kesah maka kini saatnya mengubah media sosial sebagai alat menarik empati banyak orang.

Misalnya, memberikan informasi mengenai kekeringan di Afrika atau bencana alam yang baru saja terjadi. Dengan demikian, media sosial Anda tidak hanya sekadar menjadi buku harian tapi juga koneksi empatik.


Sumber: USAToday/Psychologytoday/greatergood.berkeley.edu

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya