Cara Berkomunikasi dengan Penderita Demensia

Ilustrasi nenek.
Sumber :
  • Pixabay/Julim6

VIVA.co.id – Penyakit Demensia Alzheimer merupakan penyakit yang diderita orang tua berusia lanjut. Penyakit ini ditandai oleh melemahnya daya ingat, hingga gangguan otak dalam melakukan perencanaan, penalaran, persepsi, dan berbahasa.

Terminal Lucidity, Fenomena Seseorang Mendadak Sehat Sebelum Maut Menjemput

Meski belum diketahui penyebabnya secara pasti, namun para ahli percaya bahwa penyakit Alzheimer umumnya terjadi akibat meningkatnya produksi protein dan khususnya penumpukan protein beta-amyloid di dalam otak yang menyebabkan kematian sel saraf.

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit, seperti pertambahan usia, cidera parah di kepala, riwayat kesehatan keluarga atau genetika, dan gaya hidup. Penyakit Alzheimer sangat rentan  diderita oleh orang-orang yang telah berusia di atas 65 tahun dan sebanyak 16 persen diidap oleh mereka yang usianya di atas 80 tahun.

Sadis, Pegulat WWE Chris Benoit Bunuh Anak dan Istri Lalu Gantung Diri

Bagi Anda yang memiliki orangtua atau menghadapi keadaan demikian Anda perlu mempersiapkan mental yang ekstra. Bahkan Anda harus belajar mengerti kondisi tersebut.

Menurut DY Suharya selaku Founder Alzheimer's Indonesia berkomunikasi dengan penderita demensia alzheimer haruslah lebih efektif dan katakan setuju. Hindari melakukan pembantahan.

Dipengaruhi Hipertensi, Gimana Cara Cegah Demensia di Usia Senja?

"Untuk Anda yang menghadapi orangtua penderita demensia sebaiknya lakukan komunikasi dengan efektif seperti mengiyakan apa yang diinginkan dan jangan lakukan pembantahan," ujar DY Suharya selaku Founder Alzheimer's Indonesia kepada VIVA.co.id di kawasan Jakarta Pusat, Selasa, 27 September 2016.

Dia menambahkan bahwa lebih baik mengalihkan perbincangan daripada memberi alasan. Hindari pula untuk menggurui penderita demensia karena itu akan percuma.

Jangan meminta atau memaksakan sesuatu pada penderita demensia. Namun sebaliknya contohkan hal tersebut agar mereka mengerti.

Gunakan kalimat yang memotivasi dan membuat bangga daripada merendahkan. Anda dapat mengajak penderita bernostalgia masa lalu daripada menggunakan kata ingat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya