Penyebab Sederhana Anak Tak Gemar Matematika

Ilustrasi anak belajar.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Minat anak-anak Indonesia terhadap matematika masih rendah. Masih banyak yang menganggap bahwa matematika adalah bidang yang sulit dan tidak menyenangkan. Apa yang menyebabkan hal itu?

Kisah Profesor Matematika yang Ditaklukkan Al Quran dan Akhirnya Masuk Islam

Guru Besar Matematika Universitas Gadjah Mada Prof. Dr. rer. nat. Widodo, M.S. mengungkapkan, berdasarkan hasil survei terhadap 1.000 lebih siswa ditemukan ada tiga penyebab utama kenapa matematika masih dianggap sesuatu yang sulit.

"Pertama bukunya, kedua gurunya, ketiga siswanya. Kita lihat di hampir semua toko buku pasti buku matematika itu banyak yang tidak punya konteks, langsung membahas limit itu apa, integral apa, jadi apa menariknya? Berbeda dengan Jepang yang memakai konteks. Matematika yang sedikit konteks akan menjadi matematika yang abstrak," kata Widodo saat acara talkshow 21st Century Math Skills: Change The Focus From Calculation to Exploration di Senayan, Jakarta, Selasa, 4 Oktober 2016.

Merdeka Belajar dan Keterbaikan Masa Depan Bangsa

Kemudian dari sisi guru matematika di Indonesia, Widodo menuturkan bahwa hanya 11,35 persen guru matematika di Indonesia yang memiliki kompetensi dan keterampilan mumpuni dalam mata pelajaran ini. Kebanyakan tidak menguasai pelajaran ini sehingga ketika ada siswa kreatif bertanya, dia akan marah karena ketidaktahuannya itu.

Yang terakhir adalah siswa, dimana sejak dulu kala matematika itu sudah dicap sulit oleh nenek moyang kita. Maka, jika sejak awal matematika sudah dikatakan sulit, dia pun akan menjadi sulit.

Heboh Uang Jajan Anak Artis, Arie Untung dan Fenita Arie Terapkan Kesederhanaan

"Anak perlu motivasi, caranya adalah pertama guru harus memberi kesempatan pada murid bodoh, sedang, dan pandai untuk berhasil satu kali saja. Misalnya, dalam satu semester ada tujuh kali ujian, kalau semua ujian itu dia gagal terus pasti dia akan menyerah. Keberhasilan itu bisa menimbulkan motivasi," ujar Widodo.

Kemudian, Widodo juga mengimbau agar pemerintah membuat buku matematika demgan konteks seperti yang dilakukan pada tahun 2013 untuk SMP dan SMP yang memiliki semboyan tematik plus mapel. Artinya, mengajarkan matematika dikontekskan dengan fisika, masalah keuangan, alat musik, dan sebagainya. Karena konteks itu penting dalam matematika.

"Faktor lain di luar ketiga faktor tadi yang perlu saya tambahkan adalah guru matematika kalau mengajar tidak pernah senyum. Itu salah satu penyebab juga, guru matematika tidak pernah senyum dan tidak memberikan cerita menarik," kata Widodo menambahkan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya