Langkah Deteksi Dini Penyakit Diabetes

Ilustrasi pengecekan diabetes.
Sumber :
  • Pixabay/TesaPhotography

VIVA.co.id – Diabetes merupakan penyakit tidak menular di urutan ketiga, yang menyebabkan tingginya beban ekonomi pengobatannya. Padahal, diabetes, khususnya tipe dua, memiliki kemungkinan besar untuk dicegah.

Diabetes Tipe Ini Paling Banyak Diderita Anak-anak

Survei Riskesdas 2013, menunjukkan bahwa terdapat 6,9 persen masyarakat Indonesia mengidap diabetes. Sayangnya, 4,8 persen di antaranya tidak mengenali penyakitnya sejak dini, bahkan tidak mengetahui tubuhnya mengidap diabetes.

"Baru sepertiganya yang tahu, sedangkan yang lain merasa sehat. Ini disebut hidden disease yang bisa menimbulkan komplikasi. Ini yg harus diputuskan untuk mendorong deteksi dini," ujar Kepala Subdirektorat Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolisme, Direktorat P2P PTM, drg. Dyah Mustikawati, dalam acara Pentingnya Deteksi Dini dan Pencegahan Prediabetes, di Dinas Kesehatan, Jakarta, Kamis 4 Mei 2017.

Anak Bertubuh Kurus Bisa Terkena Diabetes, Ini Alasannya

Menurut Dyah, deteksi dini dapat dimulai dari pengembangan Posbindu (Pos Pembinan terpadu) di dalam lingkungan masyarakat sehat. Melalui Posbindu, masyarakat dapat dengan mudah menjangkau akses untuk mendeteksi dini.

"Posbindu digerakkan oleh masyarakat sehat, serta di lingkungan perkantoran. Deteksi dini tersebut mencakup tensi, cek gula darah, serta cek lingkar perut. Dengan demikian, masyarakat mampu mengenali tubuhnya sendiri," ujar Kepala Bidang P2P, Dinkes DKI Jakarta, dr. Widyastuti, MKM., di kesempatan yang sama.

Masyarakat Diminta Waspada Ancaman Penyakit Serius Selain COVID-19

Langkah dalam deteksi dini, bisa dimulai sejak usia muda dengan memberikan edukasi mengenai pentingnya pola hidup sehat. Sedangkan di usia lebih dari 40 tahun, disarankan mulai melakukan deteksi dini di pelayanan kesehatan, yakni posbindu tersebut.

"Cegah sejak usia muda melalui edukasi sejak dini mengenai pola hidup sehat. Kemudian, usia atas 45, cek apakah ada riwayat penyakit jantung dan stroke. Lalu, angka yang lebih pada IMT atas 25, serta lingkar perut atas 80 cm (perempuan) dan atas 90 cm (pria), itu harus diwaspadai," kata dia. (asp)

Ilustrasi nasi

Kurangi Makan Nasi, Bermanfaat Bagi Tubuh Juga Selamatkan Lingkungan

Konsumsi karbohidrat seperti nasi yang berlebihan ditambah gaya hidup sedentari alias ‘gerak minimal, makan maksimal’, bakal memicu obesitas

img_title
VIVA.co.id
20 Desember 2021