“Dunia Lelaki” Para Wanita Tangguh (II)

Lettu Penerbang Fariana Dewi Djakaria Putri Pilot Helikopter EC-120B Colibri
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVAlife“Uenak… eunak… mulus!” Kalimat ini terlontar dari salah satu pejabat daerah Surabaya saat helikopter yang ditumpanginya mendarat di Madiun, Jawa Timur. Ia tak sendiri. Dua rekannya yang tergabung dalam Muspida Jawa Timur ikut. Semua setuju landing skids helikopter menyentuh landasan tanpa cacat.

Adalah Lettu Fariana Dewi Djakaria Putri. Wanita 30 tahun yang dipercaya mengawaki helikopter milik TNI AU ini. Profesi yang masih sulit ditemui untuk era sekarang ini. Pilot wanita.

Tapi Fariana menyebutnya emansipasi. Keinginan yang diwariskan RA. Kartini di eranya. Meski banyak orang tetap meragukan kemampuannya mengemudikan burung besi ini.. Ia juga menyadari posisinya sebagai minoritas, di antara ribuan kaum adam yang mendominasi profesinya. Justru ini yang menjadi tekatnya, bahwa wanita juga bisa.

Cerita Fariana ini hanya sekelumit kehebatan wanita di dunia pria. Sederet wanita lain yang juga berhasil keluar dari zona kewanitaan adalah:

 
IPTU Anggraini Putri, Tempat Curhat wanita


IPTU Anggraini Putri, Kanit VI PPA dan Mantan Ajudan Menteri

Mengadu nasib di teritori laki-laki juga dilakoni. Kalau ditanya soal cita-cita kecil, ia akan menjawab dokter. Tapi kalau ditanya mengapa ia akhirnya menjadi polisi, itu lain soal. Ia mengaku terserang virus Federal Bureau of Investigation (FBI).

Lulus dari sekolah Taruna Nusantara Magelang, membuat dirinya makin jatuh cinta dengan dunia militer. Seperti panggilan hidup. Demikian ia mengungkap perjalanannya yang tergolong mulus. Ia bahkan mendapat beasiswa ke Akademi Kepolisian.

 Sempat terselip juga ketakutan tentang dunia keras ini. Tapi ia terus berjuang mengalahkan ketakutan. “Semua latihan yang dilakukan di sana sama, tidak ada wanita dan laki-laki. Saat harus memanjat tebing, ya saya harus bisa bersaing dengan para lelaki di sana,” ceritanya.
 
Sama halnya dengan Kamila, wanita berusia 26 tahun ini juga mendapat penolakan dari sang ayah. Apalagi saat dirinya harus melewati latihan-latihan berat. Ayahnya tak henti meneteskan air mata.

Bukan mundur karena tangisan sang ayah, ia justru menjadikannya sebagai cambuk. Sosoknya perlahan mulai terbentuk menjadi wanita kokoh, mandiri, dan disiplin.

Wanita dengan selera humor tinggi inipun menceritakan bagaimana perjalanan kariernya. “Pertama itu jadi Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK),  saya sempat merasakan tugas di lalu lintas jadi Kanit Laka Lantas yang selalu saja mengurusi orang kecelakaan. Tak lama menjabat sebagai Wakil Kapolsek,” kenangnya.
 
Atas prestasinya, anak sulung dari tiga saudara itu langsung tunjuk sebagai ajudan Menteri Kesehatan, Endang Rahayu Sedyaningsih. “Saya hanya 8 bulan menjadi ajudan beliau, sebelum wafat,” ujarnya.
 
Selanjutnya ia bergabung di Polda Metro Jaya dan menjabat sebagai Kanit Perlindungan Wanita dan Anak. Baginya ini merupakan tantangan baru. Dimana ia harus  berhadapan dengan para wanita korban KDRT.

Meski mengurus soal wanita, ternyata ia juga tak luput dari teror. “Dalam dunia saya ini hal biasa, di mana ada dua belah pihak yang dilaporkan dan melaporkan. Jika satu sisi tidak puas, maka mereka akan melakukan cara sendiri untuk membalasnya,” jelasnya.
 
Ancaman dan terror ini bermacam-macan. Pernah suatu saat ia harus memoles ulang seluruh bodi mobilnya yang dibaret pihak tak dikenal. Dan yang paling kerap adalah telepon tanpa nama. 

Hal seperti itu sempat membuatnya urung niat. Tapi ada hal yang kembali membuatnya membulatkan tekad. Berkumpul bersama rekan-rekan prianya. Menurutnya menjadi bagian kecil di daerah laki-laki adalah suatu keuntungan.

 “Biar bagaimana pun tenaga pria tetap lebih kuat. Selain itu dalam bekerja pria juga banyak menggunakan logika ketimbang perasaan dan hati,” jelasnya.

Irmayasari
Gadis SMK yang bertarung di medan tambang


Irmayasari

Selain di dunia militer, penyetaraan gender juga terjadi di dunia pertambangan. Irmayasari misalnya, sejak lulus dari bangku SMK jurusan Manajemen Bisnis, ia langsung bergabung dengan  PT Newmont Nusa Tenggara. Di sana, Irma sapaan akrabnya, bertugas untuk mengemudikan Haul Truck, sebuah kendaraan operator untuk membawa barang tambang.

Jangan salah, alat berat yang dikendalikan ibu dua anak ini  adalah bukalan alat berat biasa. Haul Truck yang harus  dikendarai  berukuran raksasa. Ukurannya adalah 7 x 7 x 13 meter, dengan diameter roda 3,5 meter. Bagi sebagian orang mungkin berpikir, kalau tombol dengan teknologi canggih di dalamnya akan mempermudah pekerjaan.

 Tapi faktanya, Irma harus tetap memilah batuan, apakah mengandung mineral tinggi, sedang, rendah atau sama sekali tidak mengandung mineral. Ini bukanlah perkerjaan mudah, karena dibutuhkan keahlian di dalamnya. Setiap harinya, Irma harus mengendari Haul Truck selama 12 jam per hari, di sumur tambang yang kedalamannya hampir 1 kilometer di bawah permukaan laut. Dalam satu hari, wanita kelahiran tahun 1984 ini hanya beristirahat 1 jam per harinya.

Saat ditanya kendala, Irma mengaku ia sangat menikmati profesi yang telah ditekuninya selama 13 tahun itu. Bekerja di dunia pria dan bisa menjadi sukses adalah sebuah pencapaian istimewa. Menjadi kaum minoritas, seharusnya tidak membuat wanita menjadi mundur dan takut bersaing. (wh) 

Baca juga:

Jurus Turunkan Berat Badan Pakai Protein
Bra

Cup Bra Terlalu Besar Picu Gangguan Kesehatan

Bra yang tidak pas dapat berpengaruh pada postur dan organ internal.

img_title
VIVA.co.id
7 Juni 2013