Komunitas SabangMerauke Ciptakan Duta Perdamaian

Komunitas SabangMerauke.
Sumber :
  • instagram.com/sabangmerauke

VIVA.co.id – Berangkat dari kegelisahan akan minimnya toleransi di antara keberagaman masyarakat Indonesia, terbentuklah komunitas SabangMerauke yang merupakan kependekan dari Seribu Anak Bangsa Merantau untuk Kembali.

Sukses di India, Aplikasi Extramarks Bidik Pendidikan RI

Mengandalkan basis relawan dari komunitas, SabangMerauke bercita-cita untuk menciptakan Duta Perdamaian melalui program pembelajaran dengan pengalaman langsung kepada siswa-siswa SMP di seluruh Indonesia.

"Kami pertama kali berdiri pada 28 Oktober 2012, namun pelaksanaan pertama dilakukan pada Juni 2013. Kegiatan ini didasari kegelisahan kami akan pentingnya pemahaman pemahaman toleransi pada anak muda. Karena menurut kami toleransi itu harus dirasakan dan dialami bukan sekadar diajarkan," kata Meiske Yoe, Tim Penggagas Komunitas SabangMerauke kepada VIVA.co.id di FX Sudirman, Jakarta, Rabu, 14 September 2016.

Intip Cara Mengelola Media Sosial secara Maksimal

Meiske beserta rekannya yang lain juga sempat merasakan dan menyaksikan sendiri bagaimana toleransi masih menjadi isu besar di daerah terpencil yang hampir tidak pernah terpapar pendidikan layak.

Di wilayah Halmahera misalnya, Meiske menceritakan, bahkan banyak anak kecil yang sudah terdoktrin akan perselisihan antar umat beragama. Ini tentu akan menjadi persoalan serius jika pandangan mereka akan keberagaman tidak diluruskan secara benar.

Coastal Beach Clean Up di Hari Peduli Sampah Nasional

Karena itulah, komunitas SabangMerauke menggagas sebuah pendidikan informal bagi anak-anak di berbagai daerah khususnya yang masyarakatnya homogen untuk merasakan langsung hidup berdampingan dengan keberagaman.

"Kami turunkan kurikulum toleransi dengan metode moving class. Mereka datang ke Jakarta selama tiga minggu dan tinggal di house family dan belajar tiga nilai toleransi," imbuh Meiske.

Selain itu, mereka juga diajak berdialog dengan berbagai pemimpin agama dan rumah ibadah untuk belajar tentang perbedaan. Kemudian mereka juga mendatangi kampus-kampus untuk belajar mengenai cita-cita karena kebanyakan dari anak daerah ini tidak terpapar pendidikan.

Harapannya, kata Meiske, setelah mereka mendapatkan pelajaran ini, mereka akan kembali ke tempat asal mereka dan berbagi apa yang mereka dapat kepada sekitar mereka.

Menciptakan duta perdamaian. Sesederhana menceritakan kalau mereka tetap diperlakukan dengan baik walaupun tinggal di keluarga yang berbeda keyakinan. Setidaknya ketika kembali mereka lebih percaya diri berbicara di depan publik, berani bicara tentang perdamaian," kata Meiske.

Program ini, lanjut Meiske, sudah berjalan sebanyak empat kali dan tahun depan Komunitas SabangMerauke berencana melaksanakan program berikutnya di mana anak-anak yang dipilih adalah anak-anak Jakarta yang akan dikirim ke daerah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya