- Adib Ahsani (Madiun) VIVA
VIVA – Kebiasaan ngemil atau konsumsi camilan di luar tiga waktu makan, dilakukan oleh hampir semua orang. Tak terkecuali di Indonesia.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Mondelez International belum lama ini, 1 dari 3 masyarakat Indonesia mengonsumsi lebih dari tiga camilan per hari (heavy snacker). Sisanya? Adalah light snacker, ngemil hanya saat diperlukan.
Survei ini dilakukan terhadap 1.500 masyarakat dewasa Indonesia serta 500 ibu rumah tangga dengan cakupan usia anak antara 3-12 tahun.
"Hasil penelitian menyebutkan, rata-rata 1 dari 3 orang Indonesia mengonsumsi lebih dari tiga jenis camilan per harinya di luar makan besar. Artinya mereka mengonsumsi makanan sekitar enam kali atau lebih setiap harinya," ujar Khrisma Fitriasari, Head of Corporate and Government Affairs Mondelez Indonesia saat diskusi ‘Snack Talk’ di Jakarta, belum lama ini.
Tiada hari tanpa ngemil, barangkali itu pula yang melekat pada orang Indonesia. Dari survei yang sama, sebanyak 78 persen rutin mengonsumsi camilan setiap hari.
Tak hanya itu, kebiasaan ngemil di Indonesia lebih banyak dipengaruhi faktor sosial dan emosional ketimbang lapar. Ngemil dijadikan sebagai alat perekat antarsesama, alat interaksi sosial.
"Orang Indonesia tipenya sangat sosial. Hanya 34 persen yang mengonsumsi snack sendirian. Sisanya mengonsumsi snack bersama teman, keluarga atau anaknya," tutur Khrisma.
Dua temuan menarik dari survei ini adalah pertama, masyarakat Indonesia sangat berusaha untuk mengonsumsi camilan homemade, sehat dan bergizi. Makanan sehat akan menjadi penyeimbang saat usai mengonsumsi makanan yang dianggap kurang sehat.
Kedua, ternyata bukan mi, kerupuk atau kripik yang jadi camilan favorit orang Indonesia. Biskuit adalah camilan yang paling banyak dikonsumsi di luar makan besar. Menarik, bukan? (art)
